*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Rencana pertama tidak selalu disegerakan, juga yang pertama tidak salalu duluan sampai ke tujuan, tetapi yang pertama justru ditempatkan terakhir. Itulah kisah awal pembangunan jalur kereta api di Bekasi. Penduduk Bekasi harus menunggu 23 tahun impian itu baru terwujud. Realisasi pembangunan jalur kereta api yang pertama adalah ruas Semarang-Ambarawa.
Rencana pertama tidak selalu disegerakan, juga yang pertama tidak salalu duluan sampai ke tujuan, tetapi yang pertama justru ditempatkan terakhir. Itulah kisah awal pembangunan jalur kereta api di Bekasi. Penduduk Bekasi harus menunggu 23 tahun impian itu baru terwujud. Realisasi pembangunan jalur kereta api yang pertama adalah ruas Semarang-Ambarawa.
Jalur rel kereta api Bekasi (Peta 1898); jembatan Tjikarang, 1900 |
Jalan yang buruk adalah keseharian penduduk
Bekasi jika harus ke Meester Cornelis. Ketika muncul rencana konsesi
eksploitasi kereta api tahun 1864 penduduk Bekasi sumringah. Namun
rencana-tetap rencana, impian penduduk Bekasi terbebas dari masalah
transportasi tidak pernah terwujud. Berbeda dengan di jalur sungai Tjiliwong, penduduk
Bekasi terus terisolasi dan kota Bekasi tenggelam. Lalu kapan impian kereta api
penduduk Bekasi terwujud? Itu yang mau kita cari. Mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Jembatan kereta api di Tjikarang (1900) |
Sejarah Awal Kereta Api di Bekasi
Sejatinya, rencana pembangunan jalur kereta apai
di (pulau) Jawa dimulai di Batavia menuju Butenzorg melalui Bekasi. Rencana ini
muncul di ’sGravenhage (kini Den Haag) pada tahun 1864. Yang mendapat hak
konsesi ini adalah JE Banck Cs. Rencana ini sudah dituangkan dalam proposal dan
sudah dipetakan. Jalur kereta api yang dilalui adalah Batawia, Buitenzorg, Bekasi,
Tjibidong, Tjilengsi dan Tjitrap (Citeureup).
Rencana konsesi pembangunan kereta api Bekasi 1864 dan 1865 |
Namun dalam perkembangannya pembangunan jalur
kereta api ruas Batavia-Buitenzorg tidak segera dimulai. Sementara jalur kereta
api di wilayah Semarang berlangsung sesuai rencana dan sudah mulai beroperasi
pada tahun 1867. Apa yang menyebabkan kelambatan untuk pengoperasian kereta api
jalur Batavia-Buitenzorg diduga karena alasan-alasan teknis (berdasarkan studi
kelayakan lebih lanjut).
Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873 |
Pada tahun 1882 kembali muncul soal pembanguna
jalur kereta api ke Bekasi. Ini terkait dengan terbitnya beslit tanggal 9 Januari
1882 nomor 4 yang menyatakan konsesi pengoperasian kereta api di Batavia (lihat
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 14-01-1882).
Disebutkan konsesi tersebut diberikan kepada HJ Meertens dan Firma Tiedeman en van
Kerchen untuk pembangunan dan pengoperasian kereta api mulai pusat kota Batavia
melalui Gedoeng Roeboeh, Soenter Poeloe dan Poeloe Gadoeng ke Bekasi dan dari
Poeloe Gadoeng ke Klender di Meester Cornelis dan dari Gedoeng Roeboe ke Passar
Senin (Weltevreden).
Namun
tetap tidak segera terealisasi. Pasang surut kembali terjadi. HJ Meertens dan Firma
Tiedeman en van Kerchen boleh jadi akhirnya menolak karena berbagai
pertimbangan. Boleh jadi karena jalur yang diproyeksikan pemerintah adalah
wilayah yang kurang mendukung ke tujuan bisnis pengoperasian seperti biaya
pembangunan yang lebih besar dan potensi angkutan barang dan penumpang kecil.
Atau boleh jadi karena pemilik land tidak bersedia dalam pembebasan lahan.
Lalu kemudian terbit kembali beslit tanggal 19
Februari 1884 yang merupakan modifikasi konsesi yang diberikan berdasarkan
beslit 9 Januari 1882 nomor 4 (De locomotief : Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 25-02-1884). Disebutkan konsesi diberikan kepada Factorij der
Nederlandsche Handelmaatschappij di Batavia oleh Pemerintah untuk pembangunan
dan pengoperasian kereta api dari Batavia, Pasar Senen dan Meester Cornelis hingga
ke Bekasi.
Java-bode. 09-05-1885 |
Akhirnya rencana pembangunan jalur kereta api
Batavia-Bekasi selesai dan mulai dioperasikan untuk publik. Keputusan pembukaan
pengoperasian ini tertuang dalam keputusan tanggal 11 September 1887 (lihat Bataviaasch
handelsblad, 14-09-1887). Ini dengan sendirinya sejak September 1887 babak baru
moda transportasi di Bekasi dimulai. Jika dibandingkan dengan rencana awal
sebelumnya tahun 1864, itu berarti penduduk Bekasi harus bersabar selama 23
tahun untuk menikmati moda transportasi modern.
De locomotief, 11-02-1890 |
Bagaimana hasil pengoperasikan jalur kereta api
ruas Batavia-Bekasi mulai dilaporkan pada awal tahun 1890 (lihat De locomotief
: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-02-1890). Disebutkan hasil dari
pengangkutan di jalur kereta api Batavia-Bekasi untuk bulan November 1889
berjumlah f9.633,38 atau f11,89 per hari kilometer dan untuk bulan Desember sebesar
f8.827,49 atau f10,54 per hari kilometer. Angka ini tampaknya relatif kecil
jika dibandingkan dengan jalur Batavia-Buitenzorg pada awal pengoperasiannya. Lantas
apakah potensi pendapatan ini yang menjadi faktor utama mengapa terhambat
pembangunan jalur kereta api ke Bekasi? Lalu ke depan, apakah perluasan jalur
kereta api hingga Tjikarang atau Krawang akan lebih memberikan keuntugan yang
lebih besar? Kita lihat nanti.
Bataviaasch nieuwsblad, 05-07-1890 |
Setelah beroperasinya jalur kereta api ruas
Batavia-Mester Cornelis ke Bekasi, tidak lama kemudian jalur kereta mulai
diperluas hingga ke Tjikarang dan Krawang. Pembangunan jalur kereta api
dilaporkan sudah berjalan dan tengah berlangsung di Tamboen dan Tjikarang
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-03-1890). Pada bulan Juli jalur kereta api
sudah selesai hingga Tjikarang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 05-07-1890).
Disebutkan jalur kereta api Batavia-Krawang selesai sampai Tjikarang dan dibuka
untuk umum. Pos terdekat adalah Tandjong Poora; Krawang akan segera mengikuti.
Karena itu penyelesaian keseluruhan dapat diharapkan segera tercapai.
Jalur kereta api Batavia-Krawang (Peta 1898) |
Pelan tapi pasti, perluasan jalur rel kereta api
ke arah timur terus dilakukan. Dalam laporan rpat pemegang sahan tercatat bahwa
ruas Tjikarang-Kedong Gede tengah dikerjakan (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig
dagblad, 13-03-1891). Disebutkan bahwa pengerjaan bagian pertama 17 Km sudah
dikerjakan sejak bulan Agustus (1890) dan bagian sisa sepanjang 13 Km sudah
dikerjakan sejak Januari 1891. Pembangunan bagian terakhir ini sedikit tertunda
karena hujan lebat pada bulan November dan Desember yang telah merusak tanggul
kereta api. Pendapatan usaha sangat memuaskan setelah perluasan ke Tjikarang.
Setelah Kedong Gede akan dilanjutkan ke Krawang.
Setelah
beberapa tahun, Residen Batavia mengeluarkan peraturan pembatasan kecepatan
kereta api (ligat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 11-12-1895). Disebutkan untuk mengemudikan kereta api dari
gigi tiga pada jalan pos besar dari Batavia ke Buitenzorg dan jalan ke Bekasi
dengan kecepatan 25 kilometer per jam harus dianggap berbahaya untuk lalu
lintas umum. Batasan ini sesuai Staatsblad 1895 No 190. Jalan pos besar dari
Batavia ke Buitenzorg dan jalan ke Bekasi ke titik akhir di Kampung Melaijoe
tidak dapat dikendarai dengan kecepatan lebih cepat daripada 15 kilometer per
jam. Boleh jadi itu karena banyak ternak berkeliaran.
Singkat cerita: sehubungan dengan telah
terhubungnya jalur kereta api Batavia-Tjikampek (Krawang) dengan Chirebon dan
dengan Bandoeng, pada tahun 1918 rel antara Batavia hingga Tjikampek dengan
panjang 72 Km digandakan (lihat De Preanger-bode, 04-06-1918). Dalam hubungan
pembangunan rel ganda ini pekerjaan besar dilakukan di beberapa titik, yakni:
kali Malaka, kali Tjakoeng, kali Bekasi, kali Djambe, kali Srengseng, kali
Djeroek, kali Tjikarang dan kali Tjitaroem serta jurang di Gedong Gedeh.
Demikian juga terjadi pekerjaan besar di area rawa Doekoeh dekat Bekasi, rawa
Tjibitoeng dekat Tamboen dan rawa Plawas dekat Gedong Gedeh.
Satu
hal yang perlu dicatat bahwa rencana awal pembangunan kereta api antara Bekasi
dan Buitenzorg tahun 1864 pada kenyataan telah dibangkitkan kembali. Konsesi
diberikan kepada van der Parra Breton Vincent (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-06-1910). Disebutkan
izin konsesi telah diperpanjang satu tahun dan akan berakhir hari iini, Tuan
van der Parra sebagai pemegang izin konsesi telah mengajukan permintaan untuk
mentransfer ke orang lain. Namun menurut opini dari editor bahwa siapa yang
mengajukan diri sulit muncul karena pertimbangan pendapatan melalui jalur itu
tidak menguntungkan. Jalur Buitenzorg-Bekasi ini melewati Tjiteureup dan
Tjileungsi dengan dengan perpnajangan jalur melintasi Tjibaroesa ke Lemahabang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar