Minggu, 29 Januari 2023

Sejarah Surakarta (66): Pendudukan Jepang di Soerakarta, Bagaimana Masa Pendudukan Inggris; Era Belanda Berlalu, RI Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Pendudukan Jepang terjadi di Hindia Belanda (1942-1945). Pada saat yang sama Indonesia sudah terbebaskan dari rezim colonial Belanda. Apakah dalam kebebasan ini Jepang melakukan tindakan penjajahan di wilayah Indonesia (eks Hindia Belanda)? Secara khusus, bagaimana dengan situasi dan kondisi di wilayah Jawa khususunya di di wilayah Soerakarta? 


Eksploitasi Ekonomi Pendudukan Jepang di Surakarta (1942-1945). Julianto Ibrahim. Abstrak. Tulisan ini mengungkapkan eksploitasi ekonomi yang dilakukan pemerintah militer Jepang di Surakarta. Kebijakan dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber bahan makanan pokok dan penanaman paksa terhadap tanaman yang menguntungkan untuk perang. Sumber bahan makanan pokok yang wajib dikumpulkan adalah padi, gaplek, jagung, kapas, dan rosela. Pengumpulan padi dan gaplek yang sangat eksploitatif menyebabkan masyarakat Surakarta mengalami kekurangan pangan, sehingga banyak di antara mereka mengkonsumsi makanan yang tidak layak dimakan, yaitu bonggol pisang dan bonggol sente (https://journal.ugm.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Soerakarta, bagaimana masa pendudukan Inggris? Seperti disebut di atas, lain Belanda lain pula Inggris dan Jepang. Dalam hal ini apakah Jepang penjajah atau tidak? Lalu bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Soerakarta, bagaimana masa pendudukan Inggris? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pendudukan Jepang di Soerakarta, Bagaimana Masa Pendudukan Inggris; Era Belanda Berlalu, Masa Depan RI

Orang-orang Jepang sudah lama ada di Hindia Belanda. Begitu kuatnya kekuatan politik Jepang saat itu, pada tahun 1897 Pemerintah Hindia Belanda mengkategorikan orang-orang Jepang di Hindia Belanda sebagai warga kelas satu (setara orang Eropa/Belanda). Pada tahun 1915 sudah ada tiga konsulat Jepang di Hindia Belanda yakni di Batavia, Soerabaja dan Medan (tentu saja di wilayah Inggris di Singapoera). Pada masa inilah hubungan persahabatan antara Jepang dengan orang pribumi.


Salah satu hubungan akrab antara Jepang dan orang pribumi ini terjadi di Medan. Pada tahun 1918 yang belum lama berhasil membongkar kasus penerapan poenalie sanctie. Parada Harahap menginvestigasi kekejaman para planter di perkebunan-perkebunan terhadap kuli asal Jawa yang membuat heboh di Jawa. Lalu, Parada Harahap membongkar kasus prostitusi dan trafficking wanita-wanita Jepang di hotel-hotel di Medan (yang didatangkan melalui Singapoera). Konsulat Jepang memuji dan mengapresiasi upaya Parada Harahap tersebut. Sementara itu orang-orang Jepang sudah banyak yang berdaganga di berbagai tempat termasuk Tsukimoto di Padang Sidempoean.

Hubungan persahabatan Jepang dengan orang Indonesia semakin intens tahun 1930an termasuk di Soerakarta. Hubungan tersebut tampak dalam urusan pers pribumi dan urusan perdagangan dengan para pedagang pribumi. Pada saat ini di Batavia, Parada Harahap adalah ketua organisasi perdagangan pribumi (semacam KADIN masa ini) dan pemimpin dari surat kabar yang bersifat revolusioner Bintang Timoer. Ketika pers pribumi dibreidel oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1932 dan atas penangkapan Ir Soekarno, Parada Harahap dalam suasana genting di Hindia Belanda, memimpin tujuh revolusioner berangkat ke Jepang pada bulan Novermber 1933. Dua diantara rombongan ke Jepang adalah Drs Mohamad Hatta (yang belum lama pulang studi dari Belanda) dan Dr Sjamsi Widagda (doktor lulusan Belanda dalam bidang ekonomi, asal Soerakarta). Rombongan kembali ke tanah air pada tanggal 14 Januari 1934 dan mendarat di pelabuhan Tanjung Perak, Soerabaja dan pada hari yang sama, Ir Soekarno diberangkatkan ke pengasingan di Flores dari pelabuhan Tanjung Priok, Batavia.


Pada bulan September 1934 di Soerakarta diadakan Kongres PERDI (organisasi wartawan Indonesia, semacam PWI sekarang) yang mana dalam kongres ini dihadirkan seorang wartawan senior Jepang yang juga banyak terlibat dalam urusan perdagangan Jepang dengan Hindia Belanda. Wartawan tersebut berbicara di dalam kongres itu. Beberapa hari sebelumnya, di Soerakarta diadakan pertemuan para pemimpin surat kabar yang kemudian terbentuk organisasi penerbit surat kabar (semacam SPS sekarang). Kehadiran wartawan Jepang tersebut di Solo tentu merupakan bentuk lebih lanjut hubungan Jepang dan orang-orang Indonesia.

Demikianlah seterusnya hubungan lama Jepang dengan orang-orang Indonesia yang sudah terbentuk lama tetap terus terjaga hingga pada detik-detik berakhir Belanda di Indonesia. Dengan kata lain, misi pendudukan Jepang di Hindia sudah terindikasi lama dan akan mendapat sambutan dari pihak orang Indonesia ketika militer Jepang bertindak. Dalam hal ini, invasi Jepang ke Hindia Belanda (baca: Indonesia) adalah satu hal, hubungan yang terbentuk diantara orang-orang Jepang dengan orang-orang Indonesia adalah hal lagi. Dua hal inilah yang kemudian pada saat terjadi pendudukan Jepang, langsung terbentuk hubungan akrab antara militer Jepang dengan para pemimpin Indonesia (termasuk Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta yang sudah terbebaskan dari pengasingan).


Jelang kehadiran Jepang terinformasikan di Soerakarta seorang raja di Jawa Tengah memerintahkan agar doa dipanjatkan di masjid utama Islam untuk kemenangan demokrasi melawan Jepang. Pemimpin umat Islam di Surakarta mengimbau kepada semua umat Islam di seluruh Hindia Belanda untuk menempatkan "semua kekuatan dan kekuasaan di belakang pemerintah" (lihat Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 05-01-1942). Lalu tidak lama kemudian surat kabar Algemeen Handelsblad, 06-03-1942 memberitakan sebagai berikut: ‘Jepang Mendarata di Batavia. Tokio, 6 Maret. (DNB). Markas Kekaisaran Jepang melaporkan bahwa pasukan Jepang menduduki Batavia tadi malam. Keseluruhan pendudukan selesai pada pukul setengah sembilan tadi malam, meskipun Sekutu melakukan perlawanan keras terhadap pergerakan militer Jepang. Dalam berita ini juga disebut sambungan kereta api antara Surabaya dan bagian barat pulau ini telah dipatahkan oleh penaklukan Surakarta (Solo) yang terletak 65 km sebelah barat Surabaya. Sedikitnya sebelas kota di Jawa Tengah telah direbut tentara Jepang. Menurut radio Australia, unit Jepang bergerak maju dengan kecepatan sekitar 15 mil sehari di beberapa tempat.  

Pendudukan militer Jepang di Soerakarta dan Jogjakarta tidak hanya penting untuk geostragis perang juga wilayah Soerakarta adalah menjadi target pertama di (pedalaman) Jawa. Mengapa? Satu yang jelas, setelah Jepang menduduki Sumatra Selatan dan Bali, praktis pulau Jawa sudah dalam posisi terkepung (lihat Algemeen Handelsblad, 06-05-1942). Disebutkan lebih lanjut, dalam permulaan pendudukan Jawa, saat mana posisi Jawa terkepung tersebut militer Jepang mulai menyerang di pulau Jawa: Soerabaja, Madioen, Malang dan Magetan. Lalu sebelum menduduki Soerakarta militer Jepang terlebih dahulu mematahkan jalur kereta api di Madioen (dengan demikian jalur kereta api antara barat Jawa dan timur Jawa terhenti).


Algemeen Handelsblad, 06-05-1942: ‘Jepang merebut sisi utara dan barat Laut Jawa, dan (pulau) Jawa tampil di hadapan sebagai target berikutnya. Memulai operasi melawan Jawa, "Westdeutscher Beobachter", pasukan terjun payung dan pasukan lintas udara melakukan penyerangan ke Palembang (Sumatera) pada tanggal 14 Februari. Dari sana ke Telok Betong tercapai pada tanggal 20 Februari, dan segera seluruh Sumatera Tenggara berada di tangan Jepang. Di timur Jawa, pulau Bali diduduki dari 20 hingga 22 Februari. Pada saat yang sama, pasukan Jepang mendarat di Timor (20 Februari). Di selatan Jawa. Di wilayah Inggris di Christmas Island terlibat dalam operasi angkatan udara Jepang dan Jawa dikepung. Pada tanggal 1 Maret, pasukan Jepang mendarat di empat titik di pulau itu, di Teluk Peper di Provinsi Banten, di Serang, di Indramajoe dan di Rembang. Operasi tiga kelompok pertama diarahkan ke pusat pemerintahan Batavia-Buitenzorg-Bandoeng. Pada tanggal 4 Maret, Jepang mencapai Tangerang dan Soebang, masing-masing mengancam Batavia dan Bandoeng.Pada tanggal 6 Maret, ibu kota jatuh; hari berikutnya Buitenzorg diambil. Pasukan yang mendarat di Rembang sudah merebut Blora pada hari pendaratan; apalagi, pasukan diluncurkan di Madura. Dalam aksi ke barat dan selatan, Semarang (6 Maret), Surakarta (7 Maret) dan Djokjakarta (8 Maret) diduduki, membelah Jawa menjadi dua. Surabaya diambil pada hari yang sama dengan Djokjakarta (8 Maret). Terakhir pada 7 Maret pukul 11 malam penyerahan bagian barat pulau ditawarkan. Penyerahan sebenarnya terjadi pada 9 Maret. Dengan pendaratan di New Guinea, (wilayah) Hindia Belanda telah jatuh sepenuhnya ke tangan Jepang’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Era Belanda Berlalu, Masa Depan RI: Beladan vs Jepang di Mata Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar