*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Fungsi akademisi dan perguruan tinggi sangat
strategis dalam bernegara dan menata proses bernegara yang baik dan benar. Para
pemimpin Indonesia sebelum kemerdekaan sudah banyak yang memiliki tingkat pendidikan
tingkat perguruan tinggi. Berbeda dengan di Malaysia yang hingga menjelang pemberian
kemerdekaan oleh Inggris tahun 1957 sarjana Malaysia (Federasi Malaya) hanya
dapat dihitung dengan jari. Dalam memulai bernegara, Indonesia jauh lebih siap
dalam ketersediaan orang-orang akademisi (dalam hal ini orang terpelajar begelar
akafdemik sarjana).
Dalam berbagai segi antara Indonesia dam Malaysia sangat banyak perbedaannya. Dalam hal yang terkait dengan peran akademisi dapat diperhatikan antara produk awal dalam bernegara antara konstitusi Indonesia (UUD 1945) dengan konstitusi Malaysia (sehiubungan dengan pembentukan negara Federasi Malaysia tahun 1963) yang dikenal sebagai MA (Malaysia Agreemen 1963). Satu yang pasti bahwa MA63 dapat dikatakan produk (pemikiran) orang-orang Inggris, Berbeda dengan Indonesia baik UUD 1945 dan maupun turuanannya dapat dikatakan hasil pemikiran anak bangsa sendiri (bangsa Indonesia) yang terbebas dari asing. Apa yang menjadi isi konstitusi Melaysia 1963 tidak ada yang memikirkan kecuali hanya disepakati dan cukup dijalankan saja. Satu yang penting dalam fase awal Malaysia ini adalah soal bagaimana pengembangan bahasa resmi negara (bahasa Melayu) dan soal pengembangan pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Masih sangat mendasar. Sementara di Indonesia sudah berbicara soal demokrasi, korupsi reorganisasi-reorganisasi dalam tubuh pemerintahan (pusat hingga daerah).
Lantas bagaimana sejarah kontribusi akademisi
Malaysia dan akademisi Indonesia dalam (proses) bernegara? Seperti disebut di atas, ada perbedaan antara
Indonesia dan Malaysiia sejak awal, termasuk perbedaan dalam akademisi. Dalam
konteks inilah kita berbicara tentang kontribusi para akademisi dalam bernegara.
Lalu bagaimana sejarah kontribusi
akademisi Malaysia dan akademisi Indonesia dalam (proses) bernegara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Kontribusi Akademisi Malaysia dan Akademisi Indonesia dalam Bernegara; Dinamika Masa ke Masa
Dari berbagai isu yang tumbuh dan berkembang di Indonesia, sejak era Hindia Belanda adalah perbedaan diantara penduduk, ada keberagaman suku/bangsa. Puncak peradaban Indonesia yang merupakan kontribusi pada akademisi Indonesia adalah persatuan dan kesatuan, apapun suku bangsanya. Misinya pada awal persatuan dan kesatuan itu adalah dalam upaya mewujudkan suatu negara bangsa yang merdeka (bebas dari penjajahan). Negara bangsa tersebut adalah Bangsa Indonesia. Lalu bagaimana dengan di Malaysia?
Perjuangan nama Bangsa Indonesia itu diproklamirkan yang bebas dari
penjajahan dengan jelas dinyayatakan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang dibacakan Ir Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945: ‘Kami bangsa
Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai
pemindahan kekoeasaan dll, diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo
jang sesingkat-singkatnja. Soekarno/Hatta’. Seperti diketahui nama Bangsa
Indonesia ini sudah diikrarkan oleh para pemuda Indonesia pada era Hindia
Belanda dalam Kongres Pemuda 1928.
Nama Indonesia, nama Bangsa Indonesia dan kemerdekaan Indonesia harus diingat sebagai kontribusi para akademisi penduduk pribumi. Para akademisi ini berasal dari berbagai daerah di Hindia yang beragam suku bangsa. Berbeda dengan di Semenanjung Malaya. Nama yang diusung adalah nama Malaya dengan nama bangsa Melayu pada saat Federasi Malaya mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957. Padahal faktanya di Tanah Malaya tidak semua orang bersuku-bangsa Melayu. Menjadi runyam Ketika pembentukan negara Federasi Malaysia tahun 1963. Nama negara adalah nama baru (Malaysia) tetapi bahasa resmi yang ditetapkan adalah bahasa Melayu. Inilah akar masalah dari awal yang tidak pernah terselesaikan di Malaysia hingga masa ini. Masalah yang sama di Indonesia sudah selesai pada tahun 1945.
Nama Indonesia sudah muncul pada tahun 1850 di dalam tulisan-tulisan
akademik untuk menggantikan nama Hindia Belanda. Namun secara politis baru diperjuangkan oleh
mahasiswa-mahasiswa pribumi dalam Kongres (Mahasiswa) Hindia di Belanda pada
tahun 1917. Dalam kongres ini hadir berbagai organisasi yang berasal dari
Hindia termasuk organisasi mahasiswa Cina, organisasi mahasa Belanda. Mahasiswa
pribumi yang tergabung dalam organisasi mahasiswa Hindia (Indische Vereeniging)
mengusulkan nama mereka (pribumi) disebut dan dipanggil (orang) Indonesia.
Sejak itu berbagai organisasi (kebangsaan) di Hindia semakin banyak yang
menamai organisasinya dengan nama Indonesia. Pada tahun 1928 saat mana para
pemuda dari berbagai organisasi melakukan kongres sepakat dengan satu
keputusan: Satu Nusa, Indonesia; satu bangsa. Bangsa Indonesia; dan satu
bahasa, Bahasa Indonesia. Para pemuda yang berkongres tahun 1928 umumnya para
akademisi muda (mahasiswa/pelajar) Indonesia. Pada tahun 1932 orang-orang muda
terpelajar Arab juga mulai menggunakan nama organisasinya dengan nama
Indonesia; lalu kemudian disusul organisasi-organisasi Cina dengan menggunakan nama
Indonesia yang bersamaan dengan perubahan nama Cina menjadi Tionghoa. Pada
tahun 1945 dua diantara orang terpelajara Indonesia yang bergelar sarjana
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ata nama Bangsa Indonesia. Keduanya
adalah Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dinamika Indonesia vs Malaysia Masa ke Masa: Persepsi Akdemisi di Malaysia dan di Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar