Setiap jelang detik-detik terakhir hingga pergantian tahun baru ditunggu banyak orang. Detik-detik waktu ini sebagai dimulainya penanda Tahun Baru. Tradisi ini kota-kota besar sudah merasuk kemana-mana. Pemberitaan live di televisi membuiat lebih heboh, sehingga terkesan ada rangkaian tahun baru berkesinambungan yang dimulai di Jayapura, kemudian di Makassar dan selanjutnya di kota-kota lain seperti Jakarta. Hal ini karena di Indonesia terdapat pembagian tiga waktu jam (WIT, WITA dan WIB).
Blog 'Tapanuli Selatan Dalam Angka', detik-detik 2018 |
Perayaan
semacam ini tidak sesemarak tempo doeloe. Perayaan Tahun Baru terutama di kalangan
orang-orang Eropa/Belanda hanya dilakukan di tengah keluarga di rumah. Beberapa
hari sebelumnya sejumlah tokoh atau (perwakilan) nama perusahaan sudah
memberikan ucapan selamat tahun baru di surat kabar (dalam bentuk iklan).
Tradisi ucapan selamat ditemukan pada surat kabar Sumatra Courant yang terbit
di Padang (akhir 1800an).
Dalam almanak-alamanak
VOC belum ditemukan penanggalan hari-hari besar (peringatan/perayaan). Baru
pada Almanak (pendudukan Inggris, 1815) penanggalam hari besar dinyatakan baik
untuk orang Inggris maupun untuk orang Belanda. Untuk orang Inggris dibedakan Moveable
feast maupan Immoveable feast. Dalam immoveable feast antara lain 25 Desember
(hari Natal) dan 30 May (hari Penaklukan Jacatra). Di kalangan orang-orang
Belanda dibedakan antara Onbwreglyke feest dagen (hari meriah) dan bukan hari
meriah. Tahun baru 1 Januari dikategorikan bukan hari perayaan meriah.. Dalam
Alamanak ini juga dinyatakan Nieuw Jaar of Maand Soero dan Hari Maulid,
kelahiran Nabi Muhammad (1816 M, 1232 H). Penanggalan hari besar Tinghoa (paling
tidak) sudah ada tahun 1838 (lihat Almanak 1838). Perayaan hari besar Tionghoa
(Chineesch Feestdagen) antara lain: Nieuwjaar, Tjap Gome, Go Gooe Tje (Petjon)
Tradisi
Chineesche Niew Jaar
Sejak kapan perayaan tahun baru bermula sulit
diketahui. Hal ini karena perayaan tahun baru yang sudah diadakan bukan berita
penting. Di kalangan orang-orang Eropa/Belanda hanya ditandai sekadar ucapan
selamat tahun baru di surat kabar. Perayaan Tahun Baru Cina kali pertama
dilaporkan di Medan. Tong A Fie merayakannya secara besar-besaran di mansionnya
di Medan. Semua pejabat pemerintah di Medan hadir (lihat De Sumatra post,
22-01-1921).
Almanak, 1838 |
Perayaan dalam
Agama Islam
Di
Jawa, perayaan 1 Suro sudah sejak lama dilakukan. 1 Suro menandai penanggalan
baru dalam tarikh Hijriah. Perayaan ini tampak lebih semarak jika dibandingkan
dengan hari (raya) Idul Fitri maupun Idul Adha. Oleh karenanya, pemerintah
Hindia Belanda hanya mencantumkan dalam Almanak tanggal 1 Suro dan tanggal hari
Maulid. Hari idul Fitri dan Idul Adha belum dinyatakan secara eksplist dalam
almanak. Namun dalam tradisi yang berlangsung di masyarakat, pemulaan puasa
cukup menarik perhatian karena ditandai dengan pemukulan bedug.
Bataviaasch
nieuwsblad, 20-03-1893: ‘Poeasa. Kemarin pukul empat sore mengumumkan dengan
memukul bcdoeks oleh masyarakat asli sebagai tanda dimulainya puasa’. Bataviaasch
nieuwsblad, 01-04-1895: ‘Di Bantam bulan
poeasa bulan terlihat kurang bahagia. Ini telah menarik tol besar pada
kesabaran kita. Malam demi malam, seluruh penduduk kita satu bulan dari tidur
kita terganggu dan yang terburuk adalah pada malam tanggal 27 ke tanggal 28
bulan ini ketika sampai pagi suara memekakkan telinga, dengan beduk keras dan
berteriak keras dibuat, sehingga mustahil untuk beristirahat dengan baik saat
malam. Itu adalah kehidupan neraka seolah-olah semua setan diberi longgar.
Semua orang penganut agamanya untuk teguh iman dengan cara serupa itu dengan
cara yang membuatnya sangat mengganggu orang lain; ini sama sekali bertentangan
dengan konsep kebebasan beragama, yang merupakan hambatan dan gangguan lain
tidak mentolerir. bahkan memberi kesempatan pribumi untuk beduk dan doa-doa
mereka untuk isi hati mereka dan berteriak sampai tengah malam, tapi dengan
lisensi yang bagi semua bangsa malam dari mengganggu; atau akan takut gejolak?’
Di
Medan, untuk menandai permulaan hari poeasa tidak ada berita yang digunakan
dengan pemukulan bedug atau kentongan. Permulaan puasa ditandai dari (halaman)
kesultanan. Penanda dimulainya puasa dilakukan dengan penembakan meriam.
De Sumatra post,
05-11-1937: ‘Permulaan Poeasa. Tadi malam terdengar dari halaman istana Maimoen
(Maimoenpaleis) tiga kali tembakan meriam. Untuk Islamis, khususnya dibawah
dari ZH. Sultan Deli ini berarti bahwa tanggal, bulan puasa, Ramadhan telah
dimulai. Di kalangan Islam tradisi ini muncul lagi, seperti yang terjadi di
tahun-tahun sebelumnya, tetapi ada perbedaan pendapat tentang awal bulan puasa
(Poeasamaand). Dengan demikian, ada kelompok Islam di Medan yang mulai puasa
kemarin. Almanak Pemerintah menunjukkan awal dari Poeasa tidak disebutkan, tetapi
dua hari di akhir Poeasamaand ditunjuk sebagai hari libur resmi, yaitu tanggal
5 dan 6 Desember’.
Pada
tahun 1940 perayaan Hari Raya Idul Adha semakin menggema. Untuk menandakan Hari
Raya Idul Adha dilakukan dengan tembakan meriam dari halaman istana Sultan (De
Sumatra post, 20-01-1940). Tembakan meriam serupa ini telah lebih awal
dilakukan untuk menandakan Hari Raya Idul Fitri. Pada hari raya Idul Adha (yang
sekarang), kantor negara ditutup.
Tahun, Bulan, Minggu, Hari, Jam, Menit dan Detik
Peringatan perubahan tahun sudah lama menjadi
tradisi. Peringatan tahun baru dilakukan setiap tahun. Diantara perubahan tahun
baru yang pernah dilalui, perubahan tahun baru dari tahun 1999 menjadi tahun
2000 cukup heboh. Kehebohan tidak hanya karena suasananya yang lebih meriah
dibanding tahun-tahun sebelumnya, tetapi juga terjadi kehebohan di dalam sisten
komputer.
Perubahan abad terjadi pada tahun 1999 pada tanggal 31
Desember 1999 pukul 23, menik 59, detik 59. Saat itu, ada dua hal yang menarik,
yakni saat berubah tahun 1999 menjadi tahun 2000 yang mana terdengar bunyi
petasan dan kilauan kembang api di langit Jakarta. Disamping itu, terjadi
perubahan sentting penanggalan di dalam komputer.
Sejak era digital, perubahan waktu tidak
hanya terjadi pada perubahan tahun, tetapi juga perubahan bulan dan perubahan
minggu. Tiga ukuran waktu ini sudah lazim: perubahan tahun berarti perubahan
tahun anggaran (pemerintah atau swasta); perubahan bulan biasanya dikaitkan
dengan gajian, pembayaran tagihan dan sebagainya; perubahan minggu dihubungkan
dengan hari pekan, hari libur; sedangkan perubahan hari dikaitkan dengan
berubahnya malam menjadi siang atau peralihan edisi suratkabar hari kemaring
dengan hari ini (harian surat kabar).
Perubahan waktu juga semakin pendek. Perubahan jam,
perubahan menit dan perubahan detik. Perubahan jam sejak dari dulu sudah
dikaitkan dengan perubahan waktu solat. Penggunaan perubahan menit juga sudah
dikaitkan dengan pelajar atau mahasiswa yang tengah menghadapi ujuan. Llu
kemudian hitungan detik muncul di era digital. Salah satu surat kabar online menggunakan
nama Detik (www.detik.com). Tidak diketahui mengapa harus diberi nama detik,
sebab kenyataannya berita yan disajikan tidak muncul dalam hitungan detik,
paling tidak baru muncul dalam hitungan menit.
Diantara satuan-satuan waktu yang digunakan
dalam melihat perubahan hanya bulan dan hari yang memiliki nama. Nama-nama
bulan: Januari, Februari hingga Desember; sedangkan nama-nama hari adalah
Senin, Selasa hingga Minggu. Tidak lazim ada nama-nama tahun, minggu, jam,
menit dan detik. Mengapa ada nama-nama bulan dan nama-nama hari? Apakah ada
nama-nama tahun, nama-nama minggu, nama-nama jam, nama-nama menit dan dan nama-nama
detik.
Konversi waktu: 1 tahun = 12 bulan; 1 bulan = 4 minggu; 1
minggu = 7 hari; 1 hari = 24 jam; 1 jam = 60 menit; dan 1 menit = 60 detik.
Konversi turunannya adalah 1 bulan = 4 minggu; 1 bulan = 30 hari (plus 28 atau
31); 1 lustrum = 5 tahun; 1 windu = 8 tahun; 1 dasawarsa = 10 tahun; dan 1 abad = 100
tahun.
Nama-nama jam (TJ Willer, 1846) |
Nama-nama hari (TJ Willer, 1846) |
Tidak hanya
nama-nama jam, juga penamaan nama-nama hari. Umumnya nama hari adalah tujuh,
akan tetapi di Mandailing dan Angkola jumlah nama hari ada sebanyak 30 hari.
Hari pertama adalah Haditia (bulan baru/Nieuwe maand), bulan kelimabelas Toela
(Bulan pernama/Volle maand). Tampaknya tidak dikenal satuan waktu minggu. Jika
satu minggu adalah tujuh hari dan satu bulan adalah empat minggu, tampak bahwa
tujuh hari pertama diadopsi dari Bahasa Sanskerta (Hindoe?). Tujuh nama hari
tersebut secara umum berulang untuk tujuh hari berikutnya dengan pemberian
keterangan (nama) tambahan. Oleh karenanya satu minggu sesungguhnya terdeteksi
tetapi penamaan hari lebih cenderung untuk mengedepankan hari sebagai ukuran
hari dalam satu bulan. Untuk hari keduapuluh sembilan dan hariketigapuluh
diberi nama Hoerong dan Hoerong hoeririt. Nama-nama bulan ada 12: Pasada, Padoean,
Patoloe, Paopat, Palima, Paonom, Papitoe, Pawaloe, Pasambilan, Pasapoeloe; Li
dan Hoerong.
Nama-nama arah (TJ Willer, 1846) |
Penentuan ukuran waktu jam dan hari tersebut
di Mandailing sangat terikat dengan tanda-tanda alam (bulan dan matahari) yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. TJ Willer (1846) juga menyebutkan
adanya sistem penanggalan sebagaimana tarikh (tahun) dalam tahun Masehi, tahun
Hijrah, tahun Jawa dan tahun China. TJ Willer mengamati tanggal pertama dalam
bulan Pasada adalah 29 Mei tahun 1843. Pada tahun 1844 tanggal satu bulan
Pasada 18 Mei; tahun 1845 adalah 7 Mei. Catatan tambahan: di Mandailing dan
Angkola juga terdapat penentuan arah mata angin yang spesik tidak hanya timur,
selatan, barat dan utara tetapi juga nama arah diantara dua nama arah utama, misalnya
selatan-timur adalah Anggoni (Tenggara).
Di Makassar
tidak pernah dilaporkan adanya nama-nama bulan, tetapi nama bulan yang ada
mengacu pada nama bulan Islam. Boleh jadi di masa lampau ada, sebab di Bugis
terdapat nama-nama bulan. Nama-nama bulan ini banyaknya 12 (satu tahun) dengan
merujuk pada jumlah 30, 31 dan 32 hari dalam satu bulan. Namun jumlah hari
dalam satu minggu dihitung sebanyak lima hari. Sistem penanggalan ini mirip
dengan sistem penanggalan Jawa. Untuk arah mata angin Makassar memiliki jumlah
delapan. Peanggalan dan arah dalam hal ini mengacu pada sistem matahari dan
bulan. Apakah penunjukkan arah menurut sistem bintang (terutama di dalam
pelayaran) terdapat di Makassar?
.
Perayaan Tahun Baru 1 Januari Masa Kini
Ukuran waktu detik telah digunakan untuk
memantau seberapa dekat kepada perubahan waktu. Penggunaan ukuran waktu detik
dulu hanya digunakan untuk saat peluncuran roket (ke angkasa), Lalu kemudian
ukuran detik digunakan di dalam racing seperti balam mobil, balap motor. Pada
masa kini ukuran waktu detik sudah semakin kerap diperhatikan sebagai ukuran
penanda seberapa dekat kepada perubahan tahun baru. Kejadian ini semakin lazim
digunakan oleh stasion televisi untuk menghitung mundur berapa detik lagi
terjadinya tahun baru.
Dalam penulisan
artikel ini juga, sambil menunggu perubahan tahun baru, diharapkan tulisan ini
selesai sebelum bergantinya tahun. Ini adalah artikel ke-206 tahun ini di blog Poestaha Depok. Sambil editing terakhir sudah terdengar
bunyi petasan dan terlihat kilauan kembang api di udara, sesekali melihat
perubahan menit dan detik pada jam blog. Tepat pada pukul 23 menit 59 detik 59
jam blog di screen print siap-siap untuk merekam detik pertama tahun baru 2018 . Mari kita mulai dengan detik pertama: 00-00-01.
.
Selamat Tahun Baru, 2018
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar