Pada tahun 1908 muncul sebuah iklan di surat kabar Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, edisi 21-08-1908 tentang dodol terkenal Dodol Depok
(de bekende Dodol Depok). Iklan ini pada intinya menginformasikan dodol
tersebut dapat dibeli di stasion Depok dan juga stasion Weltevreden (Gambir),
stasion Bandoeng dan stasion Padalarang. Dodol Depok ini adalah produksi Ny.
Laurens.
Het nieuws van den dag voor NI, edisi 21-08-1908 |
Dodol dari Depok yang sudah beredar luas tentu saja sudah
diproduksi jauh sebelum iklan tahun 1908. Dodol Depok tidak hanya sekadar
penganan asli yang sudah diiklankan, juga menjadi nama yang kerap
diperbicangkan di masyarakat (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-10-1911).
Dodol Betawi
dan Dodol Garut Muncul
Dodol van Depok, meski sudah diperdagangkan secara luas,
namun dari segi keekonomian masih termasuk
ekonomi lemah yang perlu ditingkatkan (De Indische courant, 28-11-1923).
Dodol Depok tidak hanya Toko Betawie di Batavia yang menjualnya tetapi juga
dijual di Toko Bandoeng di Belanda (Het Vaderland : staat- en letterkundig
nieuwsblad, 05-02-1931). Hingga tahun 1934, dodol Depok masih dianggap dodol
terkenal (bekende Depoksche dodol) sebagaimana terungkap dalam artikel surat
kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-09-1934. Sebuah iklan
toko menyebut Dodol Depok seharga f0.15 per pak (De Indische courant, 19-05-1938).
Pada masa perang kemerdekaan Dodol Depok masih eksis. Sebuah iklan menyebut
harga Dodol Depok f2.5 per pak (Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 24-03-1947). Saat Dodol Depok masih berkibar, muncul
kali pertama sebuah iklan tentang Dodol Betawi (Nieuwe courant, 19-06-1948).
Setelah Dodol Depok yang sudah ada sejak lama dan menjadi
terkenal dan Dodol Betawi yang muncul belum lama ini, pada tahun 1950 muncul
lagi dodol merek baru yakni Dodol Garut. Dalam sebuah iklan, Dodol Garut dilabel dengan harga f1.5
per pak (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 25-10-1950).
Dodol Garut makin populer dengan semakin intensnya muncul di iklan toko yang
menjual Dodol Garut (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 12-12-1952).
Pada tahun 1956 hanya ‘merek’ Dodol Depok dan Dodol Garut yang terus eksis.
Hal ini paling tidak tercermin dalam daftar dagangan sebuah toko di Djakarta. Dodol
Betawi tidak termasuk, padahal toko itu berada di lingkungan Betawi. Iklan itu
dimuat di surat kabar yang terbit di Bandoeng, Algemeen Indisch dagblad: de
Preangerbode edisi 29-10-1956.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar