*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Kebayoran kini terdiri dari dua kecamatan: Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Kebayoran Baru sesungguhnya sebuah rekonstruksi yang bermula dari suatu pembentukan kota satelit di selatan batas Batavia/Djakarta yang masuk ke Afdeeling Meester Cornelis. Rekonstruksi ini dimulai pada tahun 1949 oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA dib bawah yayasan yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Area kota satelit ini berada diantara sungai Kroekoet di timur dan sungai Grogol di barat. Pembentukan kota satelit Kebajoran ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak.
Kebayoran kini terdiri dari dua kecamatan: Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru. Kebayoran Baru sesungguhnya sebuah rekonstruksi yang bermula dari suatu pembentukan kota satelit di selatan batas Batavia/Djakarta yang masuk ke Afdeeling Meester Cornelis. Rekonstruksi ini dimulai pada tahun 1949 oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA dib bawah yayasan yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW). Area kota satelit ini berada diantara sungai Kroekoet di timur dan sungai Grogol di barat. Pembentukan kota satelit Kebajoran ini dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak.
Master Plan Kota Sateli Kebajoran (1949) |
Bagaimana sejarah awal Distrik Kebajoran dan pembangunan
kota satelit Kebajoran tidak tertulis secara komprehensif. Sejarah Kebajoran
(Baru) ditulis seadanya tanpa rujukan yang tidak jelas. Oleh karena itu, untuk
melihat sejarah evolutif Distrik Keajoran dan sejarah revolutif Kota Satelit
Kebajoran tentu masih menarik untuk diperhatikan. Untuk merekonstruksi memori
masa lampau di sekitar kawasan Kebajoran pada masa lampau mari kita telusuri
sumber-sunber tempo doeloe.
Kampong Kebajoran Menjadi Nama Distrik
Kebayoran sebagai nama sebuah kampung, Kampong Kuboejoran
sudah terpetakan paling tidak sejak tahun 1824. Kampong ini berada di sisi
barat sungai Grogol, sedangkan kampong yang berada di sisi timur sungai adalah
kampong Djatie. Kampong Djati ini berada di jalur lalu lintas perdagangan dari
pedalaman (Buitenzorg ke Batavia) yaitu jalan Panglima Polim/Sisingamangaraja
yang sekarang.
Kampong Kebajoran (Peta 1824) |
Dalam pembentukan wilayah administratif yang lebih kecil,
kampong Kebajoran masuk ke dalam wilayah Afdeeling Meester Cornelis. Wilayah
Afdeeling Meester Cornelis yang beribukota di Meester Cornelis (kini
Jatinegara) termasuk kampong Kebajoran.
Dalam resolusi tahun 1854, Residentie Batavia terdiri dari tujuh afdeeling
(semacam kabupaten): Tangerang, Batavia, Weltevreden, Meester Cornelis,
Tandjong, Tjibinoeng dan Buitenzorg. Afdeeling
Stad en voorsteden Batavia, de
hoofdstad der Residentie dan wilayah sekitarnya: Molenvliet; Noordwijk,
Rijswijk, Batoe toelis; Pasar baroe; Parapattan; Tanah-abang (Tanabang);
Weltevreden, Kramat: Struiswijk; Goenoeng Sari; Tanah Njonja. Afdeeling Meester Cornelis: Meester
Cornelis, hoofdplaats der Afdeeling dan wilayah sekitar yakni Zuiden van
Weltevreden: Bekassi, aan de Tji-Lingsi en den Krawangschen weg (lihat Dr.
Hollander, 1869). Sejauh ini kampong Kebajoran termasuk wilayah Afdeeling
Meester Cornelis. Hal ini terindikasi bahwa wilayah Afdeeling Meester Cornelis
termasuk wilayah Zuiden van Weltevreden.
Pada tahun 1867 nama
Kebajoran sudah diidentifikasi sebagai sebuah nama distrik (lihat Java-bode :
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-10-1867).
Disebutkan distrik Meester Cornelis dan distrik Kebajoran di Afdeeling Meester
Cornelis. Wilayah yang disebut Zuiden van Weltevreden sebelumnya telah
diadministrasikan sebagai Distrik Kebajoran.
Pada tahun 1888 Soetan Abdoel Azis,
pejabat di kantor Asisten Residen Mandheling en Ankola di Padang Sidempoean
diangkat menjadi Asisten Demang di District Kebajoran dan pada waktu yang
bersamaan Asisten Demang di District Weltevreden adalah Maharadja Soetan
(Kepala Koeria Batoenadoea Padang Sidempoean). Anak Abdoel Azis bernama Haroen
Al Rasjid lulus Docter Djawa School tahun 1902; Anak Mahardja Soetan bernama
Soetan Casajangan lulus Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Soetan
Casajangan (setelah megabdi menjadi guru selama 10 tahun di Padang Sidempoean)
pada tahun 1905 berangkat studi ke Belanda (untuk mendapat akta Kepala
Sekolah). Pada tahun 1908 Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan mendirikan
sekaligus Presiden pertama Perhimpoenan Indonesia (Indisch Vereeniging) yang
kelak menjadi cikal bakal PI tahun 1924 di Belanda (era M. Hatta). Haroen Al
Rasjid memiliki dua anak yang hebat: Mr. Gele Haroen (alumni sekolah hukum
Universiteir Leiden) dan Dr. Ida Loemongga, Ph.D (alumni sekolah kedokteran
Universiteit Amsterdam). Ida Loemongga Nasution adalah perempuan Indonesia
pertama bergelar doktor (Ph.D) tahun 1931. Mr. Gele Harun Nasution adalah
advokat dan Residen pertama Lampoeng (kini tengah diusulkan menjadi Pahlawan
Nasional dari daerah Lampung).
Batas Batavia dan Meester Cornelis (Peta 1897) |
Ibukota Distrik Kebajoran berada di Kebayoran Lama yang
sekarang (lihat Peta 1914). Ibukota Distrik Kebajoran ini dilalui jalur kereta
api dari Stasion Tanah Abang menuju Rangkasbitoeng (Banten). Akses utama ke
ibukota distrik Kebajoran ini dari Tanah Abang melalui Soekaboemi dan
Kemandoran. Dari Meester Cornelis (ibukota Afdeeling) dapat diakses melalui
Tebet, Pantjoran, Mampang Prapatan, Pela dan Gandaria (lihat Peta 1925). Secara
teknis tidak/belum ada akses langsung dari Koningsplein di Weltevreden ke
ibukota Kebajoran. Gambaran ini tidak berubah hingga tahun-tahun berikutnya
seperti terlihat pada Peta 1934 dan Peta 1940.
Ibukota Distrik Kebajoran (Peta 1914) |
Pembangunan Kota Satelit Kebajoran
Pada tahun 1942 Jepang melakukan invasi terhadap
Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Selama pendudukan Jepang (1942-1945) sulit
menemukan informasi tentang geogrfis di Djakarta (nama baru untuk Batavia).
Tentu saja masa yang singkat tidak banyak yang berubah. Demikian juga ketika
kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, belum banyak yang bisa diperbuat di
Djakarta karena tidak lama kemudian Pemerintah Hindia Belanda/NICA sudah
berkuasa kembali. Sebagaimana diketahui pada bulan Januari ibukota RI
dipindahkan dari Djakarta ek Jogjakarta. Djakarta yang telah dikuasai
Belanda/NICA berganti nama kembali menjadi Batavia.
Setelah berpindahnya ibukota RI ke Jogjakarta, situasi keamanan di wilayah
Djakarta/Batavia tidak menentu. Tentara Republik Indonesia (TRI) terus
melancarkan perang di sekitar Batavia/Djakarta. Tahun-tahun ini disebut perang
kemerdekaan. Akibat adanya perlawanan Republiken lalu Belanda melakukan agresi
militer Juli 1947 yang kemudian dilakukan perundingan Renville). Dalam
perundingan (Renville 17 Januari 1948), Belanda hanya mengakui Jawa Tengah dan
Jogjakarta serta Sumatra. Sejak saat inilah sejumlah wilayah berada di bawah
kekuasan Belanda/NICA.
Situasi dan kondisi di sekitar Batavia yang telah aman
bagi Belanda, pada tanggal 11 Maret 1948 terbit peraturan (beslit) pemerintah
Belanda untuk pembiayaan rekonstruksi dan pembangunan rumah baru. Dalam
rekonstruksi ini pemerintah mengundang swasta (lihat De locomotief : Samarangsch
handels- en advertentie-blad, 08-07-1948).
Disebutkan untuk mengkonsolidasikan tujuan itu dibentuk yayasan rekonstruksi
pusat yang disebut Centrale Stichting Wederopbouw (CSW).
Foto Bandjir Kanaal di Menteng, 1935 |
Pada tangga 30 Aguistus 1948 keluar Surat Keputusan
Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 6 dan pada tanggal 1 September 1948
No. 205 yang menjelaskan hal terkait dengan kegiatan CSW. Di dalam keputusan
ini ditetapkan pembangunan perumahan yang terletak di Kota Batavia. Pembangunan
perumahan lainnya juga dilakukan Distrik Kebajoran, Afdeeling Meèster-Cornelis,
Residentie Batavia yang meliputi sebagian di Grogol Oedik, Pelapetogogan,
Gandaria Utara dan Senajan yang menjadi
kota satelit Batavia. Untuk realisasi pembangunan kompleks perumahan di kota
satelit itu diperlukan jalan penghubung dengan stadgemeente Batavia (lihat De
nieuwsgier, 18-09-1948).
Nieuwe courant, 27-01-1949 |
Pada bulan Januari 1949
kantor CSW mengumumkan tentang rencana pembangunan jalan dan jembatan
penghubung dari Gemeente Batavia ke kota satelit Kebajoran (lihat Nieuwe
courant, 27-01-1949). Disebutkan jalan penghubung utama yang akan dibangun dari
Batavia ke kota satelit Kebajoran yang diproyeksikan menyediakan jembatan di
atas Bandjir kanaal dan jalur kereta api pada titik yang sejalan dengan
Koningsnlein-West. Bangunan jembatan sepanjang 106 meter dan lebar 17 meter dan
dengan ketinggian sekitar 7 meter di atas permukaan tanah. Pembangunan jembatan
ini harus diserahkan siap untuk digunakan pada pertengahan bulan Oktober
(1949). Total biaya konstruksi berjumlah sekitar f930.000. Juga disebut yang
ikut tender dan sebagai pemenang tender adalah NV de Kondor dengan tawaran
f608.000. Spek jembatan disebutkan akan dibuat seluruhnya dari beton bertulang
dan fondasi tiang pancang Kondor.
Peta 1940 dan googlemap |
Realisasi pembangunan
jalan dan jembatan Batavia-Kebajoran ini pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1
April 1949 (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te
Batavia, 02-04-1949). Disebutkan pencangkulan pertama proyek, setelah upacara
singkat dilakukan oleh Direktur CSW Ir E Hens. Dalam kata sambutan disebutkan bahwa
jembatan ini adalah kunci menuju Kebajoran, dimana jembatan ini salah satu yang
terbesar di Jawa dari jenis ini. Selain Ir. E Hens, turut memberikan sambutan
Ir. Semawi (Departemen Pengelolaan dan Rekonstruksi Air); A. Th. Bogaardt (Sekretaris
Negara Departemen Sosial); Direktur. NV Aanneming Maatschappij ‘De Kondor,
perusahaan yang mana yang melakukan pekerjaan proyek.
Sketsa rencana jembatan (Het dagblad, 02-04-1949) |
Sementara pembangunan
jalan dan jembatan menuju kota satelit Kebajoran berlangsung, pelaksanaan
pekerjaan di kota satelit di Kebajoran juga berlangsung (lihat Het nieuwsblad
voor Sumatra, 19-07-1949). Disebutkan di lahan yang kaya pohon yang menjadi kota
baru, mesin truk truk, traktor dan buldoser sepanjang hari lalu lalang melalui
lanskap hijau dan di atas jalan beraspal sementara. Masih ada terlihat gubuk tempat
tinggal diantara pohon-pohon yang masih dipertahankan yang nantinya di tempat
tersebut akan dibangun gedung-gedung bank, kantor-kantor pemerintah, toko-toko,
gereja dan masjid dan bioskop yang akan memenuhi kebutuhan penduduk kota.
Pembangunan rumah model mewah |
Peta Master Plan Kota Satelit Kebajoran |
Pemabangunan jalan penghubung Batavia-Kebajoran |
Posisi jembatan mulai menaik di ujung jalan Telok Betong |
Biaya rumah bervariasi antara f6.000
dan f27.000. CSW telah menetapkan tujuan untuk membangun rumah kecil satu, dua
atau tiga kamar tidur. Rumah-rumah ini dijual yang disertai halaman. Setiap
rumah akan diberikan koneksi ke pasokan air. Pasokan air akan dilakukan dengan
menggunakan sumur bor artesis. Masalah elektrifikasi juga akan diselesaikan
untuk Kebajoran segera. Program tahun ini juga mencakup pembangunan delapan
sekolah, pasar-pasar, kantor pemerintah dan kantor polisi. Rencana sedang dalam
persiapan untuk pembangunan rumah sakit besar, kantor pos dan telegraf dan
bangunan publik lainnya. Dari pihak swasta, ada permintaan besar untuk
pembangunan toko-toko, bioskop, dll. Rumah-rumah yang dibangun telah terbukti
menarik bagi berbagai pelamar, terlepas dari kenyataan bahwa desain keseluruhan
ditujukan untuk membuat pembangunan kota satelit ini menjadi objek yang
menguntungkan bagi Central Reconstruction Foundation.
Dalam pelaksanaan proyek
kota satelit Kebajoran ini telah dibuat desa kerja yang luasnya 5 hektar (lihat
De locomotief:Samarangsch handels- en advertentie-blad, 21-07-1949). Desa kerja ini bersifat sementara yang berada di
tengah areal perumahan baru. Desa kerja ini telah dibangun tempat kantor,
kantin, gudang, garasi pekerjaan. tempat dan rumah sementara untuk staf
rendahan. Di tempat lain implementasi permanen perumahan yang dibangun untuk
staf pengawas. Rumah-rumah ini akan dihuni bulan ini.Penghuni pertama sudah
menetap di sana.
Kantor Proyek CSW di Kebajoran |
Last but not leas: Usul pembangunan perumahan dengan
konsep kota satelit (Kebajoran) muncul dari Oppenbestuur Z. Exc. Neher pada
tahun 1948. Lalu Semawi dan Hens bekerja untuk mengkonsolidasikan dan membentuk
suatu komite. Komite pembangunan yang terbentuk diketuai oleh Mr. MAF Zwager.
Para anggota komite terdiri dari Ir. EWH Clason, Ir. M. Soesilo dan Hadji
Masoud (Bupati Kebajoran). Sebagai penasehat komite adalah Gubernur federal Batavia Hilman Djajadiningrat
(lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-01-1949).
Disebutkan komite ini telah berhasil mendapatkan area setidaknya 731 Ha dengan
nilai sebesar f14.849.891. Dalam perkembangannya Ir. EWH Clason ditetapkan
sebagai ketua komite pembangunan.
Kota Satelit Kebajoran dan Pembangunan Fasiltas Asian Games 1862
Sementara proses
pembangunan jalan dan jembatan serta pembangunan perumahan di kota satelit
Kebajoran berlangsung, sejak bulan Agustus 1949 telah terjadi proses politik
yang drastis di Djakarta. Rekonsiliasi antara Belanda dan RI mulai dijalin.
Langkah pertama adalah persiapan berbagai pihak ke konferensi KMB di Den Haag.
Para pemimpin RI sendiri seperti Soekarno dan Mohamad Hatta sejak bulan Juli
telah berada di ibukota RI di Jogjakarta. Sehubungan dengan persiapan
konferensi KMB tersebut kabinet RI kembali dibentuk yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Mohamad Hatta (yang juga akan memimpin delegasi Indonesia ke Den Haag).
Dalam konferensi KMB di Den Haag,
satu keputusan yang terpenting adalah (kerajaan) Belanda mengakuai kedaulatan
Indonesia dan membentuk negaras RIS (Republik Indonesia Serikat). Belanda pada
tanggal 27 Desember 1949 akan menyerahkan kedaulatan Indonesia tersebut kepada
RIS (bukan kepada RI). Dalam menjelang detik-detik penyerahan tersebut Perdana
Menteri RI Mohammad Hatta akan menjadi Perdana Menteri RIS dan membentuk
kabinet baru. Dan benar bahwa pada tanggal 27 Desember 1949 penyerahan
kedaulatan itu dilaksanakan kepada Pemerintah RIS yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Mohamad Hatta. Untuk jabatan presiden sendiri adalah Ir. Soekarno.
Dalam hal ini posisi Presiden Soekarno hanya dijadikan sebagai simbol negara. Dalam
Pemerintah RIS keberadan (orang-orang) Belanda juga masih terdapat di berbagai
fungsi. Sebab dalam perjanjian hasil KMB, Pemerintah RIS dan pemerintah
(kerajaan) Belanda berkolaborasi dalam sejumlah fungsi seperti pertahanan,
moneter dan permasalahan luar negeri. Bidang kepolisian sepenuhnya telah
menjadi Indonesia.
Bagaimana kelanjutan
proyek pembangunan kota satelit Kebajoran? Apakah proses politik yang terjadi
akan berdampak pada proses pembangunan kota satelit Kebajoran? Kolaborasi
diantara Indonesia dan Belanda terjadi di banyak bidang, seperti perbankan
(bank sentral), perguruan tinggi dan sebagainya. Sementara bidang-bidang yang
dijalankan swasta seperti perusahaan (perdagangan, perkebunan, manufaktur dan
lainnya) tetap berjalan sendiri-sendiri. Dalam hal ini tentu saja kolaborasi
juga terjadi di dalam yayasan rekonstruksi yang dalam hal ini CSW.
Ibukota distrik Kebajoran dan Rencana Kota, 1940 |
Pada fase awal
Pemerintahan RIS ini desakan nasionalisasi mulai berhembus. Proses
nasionalisasi yang pertama terjadi adalah akuisisi Bank Java sebagai bank sentral
akan digantikan dengan pembentukan Bank Indonesia. Di Universiteit van
Indonesia juga terjadi peroses peralihan secara gradual. Kepemimpinan
(orang-orang) Belanda di Universiteit van Indonesia secara berangsur-angsur
telah digantikan oleh orang Indonesia. Lantas bagaimana dengan orang-orang
Belanda di CSW?
Realisasi proyek 1950 dan 1951 |
Seperti diputuskan
sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda/NICA sebelumnya bahwa CSW adalah
lembaga/yayasan swasta dan para investornya adalah swasta Belanda maka
keberadaan CSW ini tetap eksis dan program kota satelit Kebajoran tetap berjalan.
Pada tahun 1950 beberapa blok dari perumahan di kota satelit Kebajoran telah
selesai dikerjakan dan telah diserahkan kepada pembeli.
Pada tahun 1950 proses politik masih
terus berlangsung. Sejumlah daerah yang sebelumnya membentuk negara federal tetapi
dalam perjalanannya mulai muncul keinginan kembali menjadi bagian dari negara
kesatuan. Akibatnya pada bulan Agustus 1950 bentuk pemerintah federasi (RIS)
dibubarkan. Indonesia kembali menjadi negara kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Selanjutnya kabinet baru dibentuk, Mohamad Hatta yang sebelumnya
Perdana Menteri RI dikembalikan posisinya menjadi wakil presiden untuk mendampingi
Soekarno. Kabinet baru dengan Perdana Menteri Mohamad Natsir.
Oleh karena pada Agustus
1950 negara RIS dibubarkan dan kembali menjadi negara kesatuan NKRI maka semua
unsur pemerintah (kerajaan) Belanda harus kembali ke Belanda. Salah satu yang
pertama dikembalikan adalah kesatuan militer Belanda (KNIL). Struktur militer di
Indonesia emudian menjadi sepenuhnya adalah TNI. Demikian juga unsur Belanda di
jajaran pemerintahan diserahkan kepada pejabat Indonesia. Namun karena dalam
hubungan ini CSW sebagai lembaga/yayasan swasta, kegiatan pembangunan di
Kebajoran tetap berlangsung apa adanya. Dengan kata lain penyelesaiaan program
perumahan di kota satelit Kebajoran tetap berjalan. Jumlah rumah yang selesai
dibangun dari waktu ke waktu semakin banyak.
Setelah
bulan April dilakukan perubahan nama jalan, kembali pada bulan Oktober 1950
sebanyak 30 buah nama jalan diubah dari nama Belanda ke nama Indonesia (lihat
Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950). Nama-nama jalan yang baru
diubah tersebut antara lain: Molenvliet West menjadi Djalan Gadjah Mada dan
Molenvhet Oost menjadi Djalan Hajam Wuruk. Ke dalam daftar ini termasuk Nieuwe
weg van Gambir Selatan (Kebonsirih) menjadi Djalan [MH] Thamrin. Informasi ini
mengindikasikan bahwa jalan penghubungan Batavia/Djakarta ke Kebajoran sudah
selesai dan jalan baru ini benar-benar baru (nieuwe weg).
Pada tahun 1951 area
pembangunan sudah melampaui separuh dari areal yang terdapat di dalam Master
Plan Kota Satelit Kebajoran. Ini mengindikasikan proses politik yang terjadi
tidak begitu mengganggu proses penyelesaian program penyedian perumahan.
Orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia mulai tidak nyaman dengan pergeseran sistem pemerintahan dari RIS ke
NKRI. Sebagian dari mereka telah menjual propertinya kepada pihak asing atau pengusaha
Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang secara dejure berada di bawah pemerintah
(kerajaan) Belanda mulai dinasionalisasi pemerintah Republik Indonesia,
terutama perusahaan-perusahaan strategis yang kemudian dibentuk menjadi BUMN.
Dalam hal ini, CSW juga menjadi bagian dari proses nasionalisasi tersebut. Proses
estafet ini berjalan normal dalam peralihan penguasaan CSW dan karenanya program
pembangunan perumahan di Kebajoran juga tetap berlangsung sesuai rencana. Perhatian
pemerintah untuk menyediakan perumahan yang layak, program pembangunan
perumahan di kota satelit Kebajoran akhirnya rampung pada tahun 1955.
Selesainya program
pembangunan perumahan di kota satelit Kebajoran, maka salah satu permasalahan
dalam penyediaan tempat tinggal telah memberi pengaruh besar di wilayah
Djakarta. Namun karena lokasinya yang jauh dari Djakarta, perumahan kota
satelit di Kabajoran dari sudut pandang sosial tetap terpencil. Akses terhadap
kegiatan-kegiatan ekonomi, pemerintahan dan lainnya di Djakarta jelas jauh dari
Kebajoran. Banyak rumah-rumah yang tidak ditempati penghuninya.
Setelah hengkangnya Belanda dari
Indonesia, pembangunan perumahan kembali marak terjadi di Djakarta. Pemukiman
padat timbul dimana-mana dan disana sini juga muncul pemukiman kumuh. Akibatnya
solusi penataan kota dengan pembangunan kota satelit menjadi hanya bersifat
parsial. Posisi kota satelit Kebajoran tetap berada di belakang/pinggiran.
Sebaliknya pembangunan perumahan justru semakin masif terjadi di Djakarta.
Indonesiasi perumahan di Djakarta terjadi.
Indonesiasi nama jalan juga terus
berlangsung. Salah satu nama jalan yang diubah pada bulan Desember 1953 adalah
Djalan Mampang (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 24-12-1953). Disebut jalan Djalan Mampang diganti namanya
menjadi Djalan Teuku Tjiditiro. Nama Teuku Tjiditiro adalah pemimpin perlawanan
di Aceh. Pada bulan November 1954 kembali dilakukan perubahan nama jalan (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
27-11-1954). Nama jalan Djalan Hadji A. Salim untuk menggantikan Djalan Geredja
Theresia. Sedangkan nama jalan Geredja
Theresia digeser menempati nama jalan Djalan Sunda. Sedangkan nama Djalan Sunda
sendiri menempati jalan yang baru dibangun, yaitu jalan yang menghubungkan
Djalan [MH] Thamrin dengan Djalan Hadji Agus Salim.
Nama jalan Mampang (Mampangweg)
paling tidak sudah dilaporkan adanya pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan ini dibangun tahun 1913 yang
merupakan terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 05-08-1913). Jalan ini merupakan jalan paling besar dari
Koningsplein menuju selatan kota (tentu saja belum ada jalan penghubung atau jalan
MH Thamrin yang sekarang). Disebut jalan Mampang karena arahnya menuju selatan
di Land Mampang. Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan dengan pembangunan
Orangeboelevard (kini jalan Diponegoro). Pembangunan dua jalan ini dalam rangka
eksploitasi pembangunan pemukiman yang baru. Pada tahun 1918 Mampangweg ini
terpotong karena dibangunnya Bandjir Kanaal. Namun demikian di atas kanal
dibangun jembatan, sehingga layout pembangunan perumahan Menteng tidak terlalu
terganggu. Pada masa kini terkesan sebagian wilayah perumahan Menteng menjadi
terpisah di wilayah Guntur yang sekarang.
Di Land Mampang sudah sejak lama
dikenal Prapatan Mampang, suatu persimpangan jalan dari Tanah Abang ke Doerian
Tiga/Pedjaten dan dari Pantjoran ke Slipi. Pada Peta 1938 jalan dari Mampang
Prapatan ke Menteng yang kini menjadi jalan Rasuna Said (Kuningan) yang tegak
lurus ke utara belum ada (jembatan belum ada). Jalan yang sudah ada adalah dari
Prapatan Mampang se arah barat laut menuju Tanah Abang melalui Doekoeh. Dalam
perkembangannya, jalan dari Mampang Prapatan yang menuju ke arah Doerian Tiga
disebut jalan Mampang Prapatan. Sementara terus jalan Mampang Prapatan disebut
jalan Warong Boentjit (jalan Warong Rawa Djati Barat). Pada masa kini, jalan
Mampang tidak dikenal karena yang eksis adalah jalan Mampang Prapatan. Nama
Jalan Mampang telah lama tiada karena nama Jalan Mampang telah diganti menjadi
Djalan Tjiditiro. Pada tahun 1962 untuk menjaga arus lalu lintas, prapatan
jalan baru Batavia/Djakarta-Kebajoran dengan jalan lama Pantjoran-Slipi
dibangun menjadi Jembatan Semanggi.
Sehubungan dengan
Indonesia sebagai penyelenggara Asian Games tahun 1962, kota satelit Kebajoran
kembali diperthitungkan. Pemerintah RI membangunan fasilitas olahraga di
Senajan. Lokasi pusat olahraga ini berada diantara perumahan Menteng dan
perumahan Kebajoran. Nilai sosial dan nilai ekonomi perumahan di kota satelit
Kebajoran drastis meningkat. Asian Games 1962 mendapat berkah bagi penghuni di
perumahan Kebajoran. Sementara ketika perumahan kota satelit Kebajoran
dirancang Belanda sejatinya tidak hanya untuk menyediakan perumahan bagi
penduduk Indonesia di Batavia tetapi juga dimaksudkan untuk melokalisasi
sebagian penduduk Indonesia ke tempat terpencil di Kebajoran. Presiden Soekarno
menyadari atau tidak telah mengangkat harkat sosial penduduk Indonesia di kota
satelit Kebajoran melalui mekanisme yang terintegrasi dalam proses persiapan
menjadi tuan rumah Asian Games 1962.
Peta 1985 |
Sejak adanya fasilitas
olahraga/stadion di Senayan dan peningkatan jalan timur-barat (Panjoran-Slipi)
dengan membangun interchange Jembatan Semanggi maka wilayah yang dulunya sepi
di sekitar Jembatan Semanggi lambat laut menjadi tujuan penduduk untuk
bertempat tinggal. Perumahan Tebet dengan perumahan kota sateli Kebajoran
lambat laun semakin terintegrasi sebagai suatu kawasan pemukiman yang sangat
luas di selatan Djakarta. Intesnsitas pemukiman juga semakin ramai ke timur
Jembatan Semanggi di Pantjoran dan Tjawang maupun ke arah barat di Slipi dan
Grogol.
Peta 1985 |
Pada masa ini blok-blok perumahan
tersebut berada di lingkungan perumahan Kebayoran Baru, yakni:
Blok-A di sekitar jalan Panglima
Polim.
Blok-B di sekitar jalan Barito.
Blok-C di sekitar jalan Kyai Maja.
Blok-D di sekitar jalan Gandaria.
Blok-E di sekitar taman Pakubuwono .
Blok-F di sekitar jalan Sisingamangaraja.
Blok-G di sekitar jalan Hang Lekir.
Blok-H di sekitar jalan Asia Afrika.
Blok-I di sekitar jalan Senopati
Blok-J di sekitar taman Mpu Sendok
Blok-K di sekitar jalan Trunojoyo.
Blok-L di sekitar jalan Wijaya
Blok-M di sekitar pertemuan
jalan Panglima Polim dan jalan Sisingamangaraja
Blok-N di sekitar jalan Melawai
Blok-O di sekitar jalan Prapanca.
Blok-P di sekitar jalan Darmawangsa.
Blok-Q di sekitar jalan Kertanegara.
Blok-R di sekitar jalan Erlangga.
Blok-S di sekitar jalan Wolter
Monginsidi.
Itulah sejarah panjang
secara singkat asal-usul Kota Satelit Kebajoran yang kini lebih dikenal sebagai
Kebayoran Baru yang berpusat di sekitar Blok-M yang dari dulu hingga kini
sangat terkenal. Anda ingin menulis sejarah baru Kebayoran Baru, jangan lupa
menyertakan sejarah lama Kebayoran Lama. Kata kuncinya: Kampong Kebajoran,
Distrik Kebajoran, CSW, Kota Satelit, Blok-M serta Jembatan Bandjir Kanaal.
Siang, apakah ada nomor peraturan atau berita yang menyatakan bahwa pemerintah Belanda memberi perintah untuk pembiayaan rekonstruksi dan pembangunan rumah baru? Terimakasih
BalasHapus