*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Paser atau Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asal leluhurnya berada di
sepanjang bagian Selatan dari provinsi Kalimantan Timur. Orang Dayak Paser mendiami
di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan. Juga
ada di Samboja yang kini masuk kabupaten Kutai Kartanegara, Bongan, Resak dan
Pringtali yang kini masuk Kabupaten Kutai Barat.
Tempat penutur bahasa Pasir ialah sepanjang tepi, hulu, dan muara sungai Kendilo, Pasir, Tanjung Aru, teluk Adang, muara Telake, Long Ikis, Long Kali, Batu Sopan, Muara Komam dan Batu Kajang. Selain di Kabupaten Pasir, penutur bahasa Pasir terdapat juga di Kotamadya Balikpapan dan Batu Besar di Kabupaten Kotabaru. Sampai saat ini belum diketahui jumlah penutur bahasa Pasir yang past;' Diperkirakan sebanyak 60% penduduk atau 40.000 jiwa adalah penutur asli bahasa Pasir. Di Kabupaten Pasir terdapat pula suku Banjar dan Bugis disamping suku-suku lain yang jumlahnya keciL Mereka menggunakan bahasa mereka masing-masing. Orang Banjar dan orang Bugis yang kawin dengan orang Pasir dan tinggal turun-temurun di Pasir dapat juga berbahasa Pasir. Mereka berbahasa Pasir dengan orang Pasir. Bahasa Pasir terdiri atas t7 dialek yang dikelompokk atas Olo Oot Danum, Olo Ot Ngaju. Induk bahasa Pasir adalah bahasa Peteban yang dipakai di kalangan istana kesultann Pasir dahulu (lihat Bahasa Pasir oleh Darmasyah dkk. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1979)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Pasir, suku
Dayak Paser di pantai timur Kalimantan? Seperti disebut di atas bahasa Pasir
dituturkan oleh orang Pasir di Kalimantan. Bahasa Pasir, bahasa daerah di Ibu
Kota Negara (IKN) Nusantara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pasir, suku Dayak
Paser di pantai timur Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe,
semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan
sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Pasir, Suku Dayak Paser di Pantai Timur Kalimantan; Bahasa Daerah di Ibu Kota Negara Nusantara
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Daerah di Ibu Kota Negara Nusantara: Bahasa Pasir dan Bahasa Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar