*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku Dayak Bakumpai (Belanda:
Becompaijers/Bekoempaiers/Becompayer) adalah salah satu subetnis Dayak Ngaju, mendiami
sepanjang daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah yaitu dari kota Marabahan, sampai kota Puruk Cahu, Murung Raya. Suku
Bakumpai banyak mendapat pengaruh bahasa, budaya, hukum adat, dan arsitektur
Banjar, karena itu suku Bakumpai secara budaya dan hukum adat termasuk ke dalam
golongan budaya Banjar, namun secara bahasa, suku Bakumpai memiliki kedekatan
dengan bahasa Ngaju.
Bahasa Bakumpai adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Barito Raya yang dituturkan oleh suku Bakumpai maupun suku Dayak Bara Dia (Suku Dayak Mengkatip) yang mendiami aliran sungai Barito di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Bahasa Bakumpai merupakan bahasa suku Dayak di daerah DAS Barito Dayak yang mendapat pengaruh bahasa Banjar. Bahasa Bakumpai juga memiliki sejumlah peribahasa. Penutur bahasa Bayan menggunakan bahasa Bakumpai jika berbincang dengan non penutur bahasa Bayan. Kesamaan leksikal bahasa Bakumpai terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Ngaju dan 45% dengan bahasa Banjar. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Bakumpai di daerah
aliran sungai Barito? Seperti disebut di atas, bahasa Bakumpai di daerah aliran
sungai Barito. Bahasa Banjar di hilir dan bahasa Dayak Ngaju di hulu. Lalu bagaimana
sejarah bahasa Bakumpai di daerah aliran sungai Barito? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Bakumpai di Daerah Aliran Sungai Barito; Bahasa Banjar di Hilir dan Bahasa Dayak Ngaju di Hulu
Bahasa Bakumpai. Mengapa nama bahasa disebut Bakumpai? Yang jelas ada nama Bakumpai dan juga ada nama Marabahan. Nama Marahaban diduga merujuk pada suatu wilayah yang mengindikasikan muara sungai (mara) Bahan. Bagaimana dengan Bakumpai? Nama Bakumpai paling tidak sudah disebut pada tahun 1825 (lihat (lihat Bataviasche courant, 27-04-1825). Disebutkan Landen van Becompaij, Doesoen en Dajaksche.
Pada era Portugis tidak teridentifikasi nama Bandjarmasin. Yang sudah
dikenal adalah nama (kota) Martapoera. Pedagang-pedagang Portugis memiliki pos
perdagangan di pantai selatan (Tabanio). Nama Bandjarmasin diduga baru muncul
pada era VOC. Bandjarmasin diduga adalah sebuah nama kampong di hilir sungai Tatas
yang bermuara ke sungai Doesoen (kemudian disebut sungai Barito). Seiring
dengan pembangunan benteng (kemudian disebt fort Tuill) di Bandjarmasin, pos
perdagangan di Tabanio mulai ditinggalkan. Pos perdagangan di Bandjarmasin
diangap strategis, karena terhubung ke Martapoera melalui sungai Tatas/Martapoera
dan juga terhubung ke pedalaman (wilayah Dayak) melalui sungai Doesoen/Barito.
Kamponh/kota Bandjarmasin bagi pihak pedagang VOC memiliki jalur escape yang
aman ke laut. Kota Bandjarmasin tumbuh berkembang seiring waktu.
Pasca pendudukan Inggris di Jawa (1811-1816) Pemerintah Hindia Belanda yang dibentuk tahun 1800, kemudian dipulihkan. Seorang pedagangan ditempatkan di Bandjarmasin. Pada awal pemulihan ini. Pemerintah Hindia Belanda mulai membentuk cabang pemerintahan di wilayah selatan dan timur Borneo (residentie Zuid en Ooskust van Borneo) dengan ibu kota di Martapoera (lihat Bataviasche courant, 22-11-1826). Residen akan berkedudukan di Martapoera.
Dalam pembentukan cabang pemerintahan di Residentie Zuid en Ooskust van Borneo, selain resident dan staf di Martapoera, sejumlah perjabat ditempatkan di berbagai wilayah, yakni: Asisten Residen di Tatas, gezaghebber (controeleu) di Marabahan, dan gezaghebber (controeleu) di Tabanio.
Nama Bekompai sudah dikenal lebih awal sebagai nama
wilayah (landen), sedangkan Marabahan adalah suatu nama kampong yang dijadikan
Pemerinrtahan Hindia Belanda sebagai (calon) ibu kota di wilayah Landen
Becompaj.
Bekompai adalah nama kampong di Landen Becompaij. Lantas mengapa nama kampong Bekompai yang menjadi nama wilayah? Mengapa bukan Marabahan? Pemimpin local bertempat tinggal di kampong Bekompai. Oleh karena itulah nama Bakompai dijadikan/disebut nama wilayah. Sementara Marabahan adalah kampong di sisi sungai Doesoen yang menjadi salah satu tempat perdagangan di daerah aliran sungai Doesoen/Barito. Pemerintah Hindia Belanda lebih memilih dan menetapkan kampong Marabahan sebagai calon ibu kota (tempat pejabat pemerintah berkedudukan).
Bekumpai diduga lebih tua dari Marabahan. Lantas
apakah masih ada nama kampong Bekumpai pada masa ini? Kampong Bekumpai diduga
sudah lama menghilang (tidak teridentifikasi dalam peta). Namun nama Bekumpai
masih diwariskan, tidak sebagai nama kampong tetapi pada masa ini sebagai nama
kecamatan. Bagaimana dengan nama Marabahan? Hingga kini masih lestari sebagai
nama kelurahan di kota Marabahan (kota yang menjadi ibu kota kabupaten Barito
Kuala).
Bakumpai adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi
Kalimantan Selatan. Kecamatan Bakumpai terdiri dari 8 desa/kelurahan, yaitu: Bahalayung,
Balukung, Banitan, Batik, Benua Anyar, Murung Raya, Palingkau, Sungai Lirik dan
Lepasan. Catatan: mengapa nama kabupaten disebut Barito Kuala? Yang jelas
berada di daerah aliran sungai Barito (sungai Doesoen). Bagaimana dengan nama
Kuala? Besar dugaan karena wilayah ini berada di muara sungai Doesen/Barito sejak
tempo doeloe. Secara geomorfologis (sebagian) wilayah kabupaten berada di suatu
pulau, suatu pulau yang terbentuk di muara sungai Doesoen di masa lalu. Sisi timur
pulau (proses sedimentasi jangka panjang yang membentuk daratan) menjadi jalan
utama sungai Doesoen/Barito melalui kota Banjarmasin. Sedangka sisi barat pulau
membentuk cabang sungai Doesoen/Barito dimana sungai Kapuas bermuara (di kota
Kuala Kapuas). Sebagai suatu pulau, hal itulah boleh jadi di pangkal pulau
(muara sungai) ini pada masa ini ada yang diidentifikasi nama tempat sebagai
Moearapoelaoe.
Dimana posisi GPS kampong Bekumpai di masa lampau? Yang jelas letaknya berada di arah hulu kampong Marabahan di sisi timur sungai Doesoen/Barito. Besar dugaan kampong Bekumpai tempo doeloe berada di kelurahan Lepasan kecamatan Bekumpai, dimana sungai Lirik bermuara ke sungai Doesoen/Barito. Lantas bagaimana dengan nama Marabahan? Besar dugaan merujuk pada sungai Lirik yang bermuara ke sungai Doesoen/Barito. Kampong Marabahan tepat berada di depan muara sungai Lirik/Nagara.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Banjar di Hilir dan Bahasa Dayak Ngaju di Hulu: Asal Usul dan Terbentuknya Bahasa Bakumpai
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar