Kamis, 19 Agustus 2021

Sejarah Makassar (31): Pasangkayu dan Bahasa Baras, Benggaulu, Sarudu; Sungai Lariang Terpanjang di Pulau Sulawesi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini

Di pulau Sulawesi begitu banyak bahasa-bahasa. Secara khusus di provinsi Sulawesi Barat terdapat beberapa bahasa. Uniknya antara satu bahasa dengan bahasa lainnya saling berjauhan (tingkat kekerabatan bahasa yang rendah). Bahasa-bahasa di pantai barat Sulawesi ini adalah bahasa Baras, bahasa Benggaulu, bahasa Mamasa, bahasa Mamuju dan bahasa Mandar.

Bahasa Benggaulu ditemukan di kabupaten Pasangkayu (sebelumnya bernama kabupaten Mamuju Utara). Menurut Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud dalam Seminar Internasional Kebahasaan pada Agustus 2019, disebutkan bahwa kondisi bahasa Benggaulu masih stabil dan digunakan dalam upacara adat. Namun, tradisi bertutur yang kian menurun membuat bahasa ini sudah masuk dalam status terancam. Berdasdarkan analisis bahasa, bahwa bahasa Benggaulu memiliki persentase perbedaan berkisar 88%-90% dibandingkan dengan bahasa-bahasa di Sulawesi seperti bahasa Mandar dan bahasa Mamuju. Dalam hal ini banyak leksikon bahasa Benggaulu yang benar-benar berbeda dengan bahasa daerah di provinsi Sulawesi Barat.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Benggaulu? Seperti disebut di atas bahasa Benggaulu berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya di Sulawesi Barat. Lantas apakah ada kaitannya perubahan nama kabupaten Mamuju Utara dengan nama baru kabupaten Pasangkayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa-Benggaulu, Baras dan Sarudu di Kabupaten Pasangkayu

Seperti disebut di atas cukup banyak bahasa-bahasa di pulau Sulawesi. Jumlah terbanyak di Sulawesi bagian tengah (termasuk provinsi Sulawesi Barat). Dua diantara bahasa-bahasa itu terdapat di kabupaten Pasangkayu, provinsi Sulawesi Barat, yakni bahasa Baras dan bahasa Benggaulu. Bahasa lainnya adalah bahasa Mamasa, bahasa Mamuju dan bahasa Mandar. Bahasa Baras dan bahasa Benggaulu terbilang penuturnya relatif sedikit jika dibandingkan bahasa Mamasa, bahasa Mamuju dan bahasa Mandar.

Nama-nama tempat di wilayah kabupaten Pasangkayu cukup unik seperti nama-nama kecamatan Baras, Bulu Taba, Pasangkayu, Sarudu, Tikke Raya, Lariang, Padongga, Dapurang, Duripoku dan Bambalamotu. Nama-nama tersebut, entah kebetulan, mirip (toponimi) dengan nama-nama di wilayah Angkola Mandailing seperti Pasangkayu (Siabatangkayu), Baras (Barus), Bulu Taba (Bulu Tuba), Lariang (Gariang), Sarudu (Sarudik) dan Tikke Raya (Tukka). Di kecamatan Lariang terdapat nama desa Batu Matoru (Batangtoru) dan di kecamatan Sarudu terdapat desa Bulu Mario (Bulu Mario) serta di kecamatan Dapuran terdapat desa Benggaulu (Anggoli), di kecamatan Duripoku terdapat desa Tammarunang (Sanggarudang) dan sebagainya.

Penutur bahasa Benggaulu terdapat desa Benggaulu kecamatan Dapurang dan di desa Karossa, kecamatan Karossa, kabupaten Mamuju Tengah. Sedangkan penutur bahasa Baras terdapat desa Baras, kecamatan Baras. Diantara dua bahasa ini juga terdapat bahasa Sarudu di kecamatan Sarudu.

Nama Pasangkayu paling tidak sudah diidentifikasi sebagai tempat yang penting pada tahun 1872 (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1871). Dua tempat lainnya yang diidentifikasi tetangganya adalah Mamoedjoe dan Donggala. Pelabuhan Pasangkajoe di Karossa sudah disinggahi kapal barang pemerintah (lihat Java-post; weekblad van Nederlandsch-Indië, jrg 8, 1910). Wilayah Pasangkajoe ini diidentfikasi juga sebagai teluk Pasangkajoe (Pasangkajoebaai) dan sungai Pasangkajoe saat penarikan batas antara Residentie Manado, afdeeling Midden Celebes di Banawa dengan Gouvernment Celebes onder afd Mamajoe, afdeeling Mandar (lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1919). Setelah itu baru dilakukan pembagian wilayah (lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1920). Dinayatakan lanskap Mamoejoe terdiri dari pelabuhan-pelabuhan: Bamabalamatoe, Pangiang, Pasangkajoe, Lariang, Karossa, Boedong-Boedong. Lamoe, Sampagu, Belang-Belang, Kaloekoe dan Mamoedjoe. Pada tahun 1924 mulai ditempatkan di Pasangkajoe pegawai pemerintah (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie, 1924). Pada tahun 1939 dirintis jalan setapak dari Palu melalui pegunung hingga ke kampong Pasangkajo, yang mana diantara jalur ini terdapat lanskap Dirio yang berpenduduk To lponi yang berbicara bahasa mereka sendiri (lihat Geneeskundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1939).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sungai Lariang: Sungai Terpanjang di Sulawesi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

2 komentar:

  1. Bahasa Benggaulu, Sarudu dan Baras itu adalah Bahasa Kaili Kulawi. Sarudu dan Lariang Kaili Uma, Baras Kaili Ende. 🙏

    BalasHapus
  2. uma sulawesi barat,, kelompok dari suku kulawi yg hidup di pingiran sungai koro,,, 🙏

    BalasHapus