*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini
Permainan catur (buah catur dan papan catur)
yang didatangkan dari Eropa dan diintroduksi di Indonesia semasa Hindia Belanda
sudah lama dikenal dan kurang lebih sama dengan yang sekarang. Masih pada masa Hindia
Belanda sudah dikenal permainan catur di Tanah Batak dengan buah catur dan
papan catur yang berbeda dari Eropa. Seberapa tua satur, catur di Tanah Batak?
Catur Karo istilah satur, permainan pikiran dimainkan dua orang. Perbedaan antara Catur Karo dengan yang dikenal secara internasional terdapat pada bentuk papan catur dan buah catur serta beberapa perbedaan pada gerakan buah. Dalam permainan catur Karo, pemain buah hitam akan memiliki dua ratu, dimana salah satu ratu diletakkan di depan raja; sementara pemain buah putih memiliki tiga buah benteng dan penambahan tiga pion dimana letak salah satu benteng berada didepan raja, sementara tiga buah pion akan diletakkan didepan deretan pion lainnya. Seseorang yang telah mahir memainkan catur Karo, maka secara otomatis akan dapat memainkan catur konvensional. Pada masa Hindia Belanda beberapa pemain catur Karo telah dikenal secara internasional, salah satunya adalah Si Narsar Karo-Karo Purba dari Berastagi. Si Narsar menjadi populer di dunia catur internasional karena berhasil mengalahkan beberapa pemain catur top Belanda, sehingga namanya kerap menjadi pemberitaan media massa saat itu. (https://budaya-indonesia.org/)
Lantas bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, disamping catur Eropa, pada masa Hindia Belanda sudah dikenal keberadaan catur tradisi. Catur tradisi di Tanah Batak. Lalu bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Apakah Ada Catur dan Permainan Catur di Sumatra dan Jawa Tempo Doeloe? Satur, Catur Tradisi di Tanah Batak
Ada dua catatan sejarah yang penting di awal tentang catur dan permainan catur di Tanah Batak di Karo. Pertama tentang buku yang ditulis oleh Armin von Oefele yang diterbitkan di Leipjig oleh penerbit Von Veit & Co yang di dalamnya termasuk tentang catur orang Batak di bawah judul Das schachspiel der Bataker: ein ethnographischer Beitrag zur Geschichte des Schach. Buku ini sangat mengejutkan orang-orang Belanda, terutama para pemain catur di Medan (lihat De Sumatra post, 17-12-1904). ‘Kami orang Eropa/Belanda di Medan sangat jarang memiliki kontak, ternyata kami tidak pernah menyadari bahwa orang Batak adalah pemuja catur’.
Sebagaimana diketahui pada tahun terbit buku itu di Eropa, situasi dan
kondisi di Tanah Batak belum sepenuhnya terbuka bagi orang Eropa terutama di
wilayah Toba dan Dairi. Perlawanan Sisingamangaradja masih berlangsung. Wilayah
Batak sendiri mulai terbuka bagi orang Eropa sejak 1840 ketika dibentuk cabang
Pemerintah Hindia Belanda di (afdeeling) Angkola Mandailing yang kemudian diikuti
pembentukan Residentie Tapanoeli pada tahun 1845. Controleur de Han mengunjung Tanah
Karo, tidak lama setelah dibentuk cabang pemerintahan di Deli tahun 1865. Pasca
Perang (Batak) dengan tertembaknya Sisingamangaradja pada tahun 1907 kemudian
dibentuk afdeeling Simanloengoen en Karalanden. Armin von Oefele adalah seorang
pengusa perkebunan di Deli dan Langkat. Dalam pengantar karyanya, von
Oefele menjelaskan ‘bahwa peradaban dan derajat intelektualitas adalah dua hal
yang terpisah, yang seringkali berada dalam hubungan yang berlawanan satu sama
lain’. Armin mengibaratkan orang Batak: ‘orang Batak diibaratkan sekuntum bunga
yang telah kehilangan keharumannya, namun tetap mempertahankan kecemerlangan
warnanya, kemurnian aslinya tetap terjaga’.
Kedua, salah satu pemain catur dari Tanah Karo Si Narsar telah datang ke Medan dan telah menggemparkan komunitas catur Medan karena permainannya. Prestasi Si Narsar yang hebat diberitakan akan berangkat ke Eropa (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-09-1910). Disebutkan Si Narsar adalah siswa sekolah guru di Kabandjahe. Pembiayaan Si Narsar ke Eropa akan dukung oleh seorang pengusa perkebunan di Djember.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Satur, Catur Tradisi di Tanah Batak: Sejarah Asal Usul Catur Bermula Dimana?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur. Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar