Rabu, 03 Maret 2021

Sejarah Ternate (30): Pahlawan Nasional Asal Provinsi Maluku Utara; Sultan Nuku di Tidore dan Sultan Baabullah di Ternate

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Para pahlawan nasional dari Maluku Utara terbilang pahlawan masa lampau. Umumnya pahlawan nasional Indonesia adalah pahlawan masa kini. Seperti halnya Soeltan Hasanoeddin dari Makassar (Gowa) dan Iskandar Moeda dari Atjeh di era VOC, dua pahlawan nasional dari Maluku Utara hidup pada era Portugis dan era VOC yakni Sultan Nuku Muhammad Amiruddin dari Tidore pada era VOC dan Sultan Baabullah dari Ternate pada era Portugis. Hanya sedikit pahlawan nasional yang hidup di era VOC, pada awal era Pemerintah Hindia Belanda beberapa pahlawan nasional antara lain Pangeran Pattimura dari Saparua dan Pengeran Diponegoro dari Jawa.

Muhammad Amiruddin (Sultan Nuku) lahir tahun 1738 adalah adalah seorang sultan dari Tidore (dinobatkan 13 April 1779). Sultan Nuku meninggal tahun 1905. Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Sultan Nuku sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 1995. Sultan Baabullah dari Ternate lahir tahun 1528 (dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1570). Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Sultan Ternate sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 2020. Dalam daftar pahlawan nasional, nama yang pertama ditabalkan sebagai pahlawan nasional adalah Abdul Muis pada tahun 1956.

Lantas bagaimana sejarah dua pahlawan nasional Tidore dan Ternate? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru ditemukan, penulisan narasi sejarah Ternate tidak pernah berhenti. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sultan Baabullah dari Ternate

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sultan Nuku dari Tidore

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar