Laman

Kamis, 25 Maret 2021

Sejarah Australia (1): Asal-Usul Australia, Awalnya Nova Hollandia; Australia Negeri Muda, Indonesia Tua, India Lebih Tua Lagi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Apa pentingnya sejarah Australia dalam Sejarah Indonesia? Kajian ini nyaris tidak pernah dilakukan. Hanya mengkaji sejarah Indonesia adalah sejarah Indonesia dan sejarah  Ausralia adalah sejarah Australia. Tidak pernah dilihat relasinya. Akibatnya sejarah masing-masing tidak diperkaya satu sama lain. Padahal sejarah, narasi fakta dan data masa lalu, adalah ruang sejarah yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dalam hal ini, penulisan narasi Sejarah Australia dalam blog ini dimaksudkan untuk lebih memahami sejarah Indonesia. Memang pendekatan ini tidak lazim dalam analisis sejarah, tetapi untuk menulis Sejarah Menjadi Indonesia, pendekatan itu diperlukan.

Dalam serial artikel sejarah Indonesia, dalam blog ini, sebelumnya sudah ditulis Sejarah Singapura, yang dimaksudkan untuk memahami sejarah Indonesia dari sisi luar (negara Indonesia) seperti fakta dan sejarah di Semenanjung dan Strait Settlement, Laut Cina-Indo Cina, serta Borneo Utara dan Filipina di dalam satu trit yang diberi label Sejarah Singapura. Dalam hubungan ini, kini giliran Sejarah Australia (yang juga meliputi Tasmania, Selandia Baru dan Pasifik Selatan). Sebelum memasuki Sejarah Australia, sebelumnya sudah mengupload sebagian artikel Sejarah Papua, sebagai bagian akhir rangkaian Sejarah Menjadi Indonesia. Dengan selesainya serial Artikel Sejarah Papua, maka sejak awal sudah diupload serial artikel Sejarah Menjadi Indonesia yang dibagi ke dalam klaster: Sejarah Depok Sejarah Jakarta, Sejarah Bogor, Sejarah Bekasi, Sejarah Tangerang, Sejarah Sukabumi, Sejarah Bandung, Sejarah Semarang, Sejarah Surabaya, Sejarah Jogjakarta, Sejarah Bali, Sejarah Lombok, Sejarah Makassar, Sejarah Abon, Sejarah Manado, Sejarah Kalimantan (Selatan, Barat, Timur dan Tengah), Sejarah Riau, Sejarah Aceh, Sejarah Medan, Sejarah Sibolga, Sejarah Padang Sidempuan, Sejarah Pasaman, Sejarah Padang, Sejarah Palembang, Sejarah Banten, Sejarah Timor, Sejarah Ternate dan diakhiri Sejarah Papua. Bagi Pembaca yang saya hormati, tidak semua isi artikel diupload, demikian juga tidak semua artikel diupload pada masing-masing serial artiekel, karena suatu waktu akan dikompilasi dan dijadikan satu atau dua buku per serial artikel.

Lantas bagaimana sejarah Australia dan sekitar? Seperti disebut di atas, penulisan narasi sejarah Australia dan sekitar dimaksudkan untuk memperkaya narasi Sejarah Menjadi Indonesia. Sebab banyak aspek yang terkait sejarah Australia dan Sejarah Indonesia. Dalam hal ini penyelidikannya dilakukan berdasarkan aspek, satu aspek satu artikel di dalam serial Sejarah Australian. Mari kita  mulai dari artikel pertama tentang Sejarah Asal-Usul Australia dengan nama Nova Hollandia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Australia: Nama Awal Nova Hollandia

Sebelum Australia dikenal luas, sudah eksis nama Hindia Timur, nama yang merujuk pada nama India (di sebelah timur India). Tentu saja belum wujud seperti negara-negara dalam pengertian masa kini. Akan tetapi, seperti halnya di wilayah Belanda dan di wilayah Inggris di Eropa, masih dalam wilayah-wilayah yang terpisah satu sama lain, apakah sebagai kerajaan-kerajan atau sebagai wilayah-wilayah yang bersifat komunal (etnik-etnik). Fraksi-fraksi yang ada itu kemudian terbentuk kesatuan wilayah dan persatuan penduduk yang kini kita kenal negara India, Indonesia dan Australia. Lantas bagaimana awalnya Australia. Sejarahnya bermula ketika pelaut-pelaut Belanda menemukan jalan ke Australia (benua baru ditemukan).

Orang Eropa dapat dikatakan adalah penduduk bumi yang terakhir menemukan jalan ke Australia. Itu bermula ketika pelaut-pelaut Belanda dalam pelayaran pertama dari Belanda tahun 1595 yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten (Hindia Timur). Dari Banten ingin ke Maluku tetapi tertunda hanya sampai batas (pulau) Lombok dan singgh di (pantai timur) Bali bulan Februari 1597. Dua pedagang pertama ditinggalkan di Bali sebelum kembali ke Belanda, dengan menyusuri pantai utara Bali, selat Beli dan pantai selatan Jawa terus ke Afrika Selatan menembus Lautan Hindia (l;agi). Pelaut-pelaut Belanda tidak bisa melihat pantai utara Australia dari pantai selatan Lombok mapun pantai selatan Jawa. Segera setelah Cornelis de Houtman tiba di Belanda, pelayaran kedua Belanda berangkat ke Hindia Timur di bawah pimpinan Oliver Noort, sempat terusir di pantai utara Borneo oleg Portugis, tetapi,lagi-lagi belum mencapai Maluku, lewat Sulawesi ke Bali menjemput dua pedagang dan kembali ke Belanda melalui rute Cornelis de Houtman. Pada tahun 1599 Cornelis de Houtman kembali berlayar ke Hindi Timur, tetapi celakanya terjadi perselisihan di Aceh, akibatnya Cornelis de Houtman terbunuh tahun 1600 dan adiknya Frederik de Houtman ditahan di Aceh (baru dibebaskan tahun 1602 dan tiba di Belanda 1603). Sedangkan sisa pelaut Belanda melanjutkan pelayaran hingga mampu mencapai Maluku. Tiga pedagang Belanda ditinggalkan masing-masing satu orang di Amboina, Ternate dan Banda. Demikian seterusnya pelayaran Belanda ke Hindia Timur semakin intens, semakin banyak dan semakin sering. Satu pelayaran penting Belanda adalah pelayaran yang dipimpin oleh seorang admiral, Streven van der Hagen (1603-1605). Dalam pelayaran ini turut Frederik de Houtman (ahli bahasa Melayu, menyelesaikan kamusnya selama ditahan di Aceh). Setelah singgah di Bali, admiral van der Hagen bergerak ke Maluku, namun di tengah perjalanan di Timor terganggu oleh pelaut-pelaut Portugis. Namun, setelah tiba di Amboina (1605), Admiral van der Hagen menyerang benteng Portugis dan mendudukinya. Benteng ini kemudian disebut Fort Victoria dan Frederik de Houtman menjadi Gubernur Belanda di Maluku. Inilah awal kekuatan Belanda dimulai di Hindia Timur (sudah punya benteng dan sudah ada pejabatnya). Sejak ini, pelayaran Belanda ke Hindia Timur, khususnya Amboina semakin intens lagi.

Pada tahun 1605, pelaut-pelaut Belanda dari berbagai pelayaran sudah mengunjungi berbagai pelabuhan penting di seluruh Hindia Timur (baca: wilayah Indonesia masa kini). Dengan berpusat di Amboina, beberapa pedagang Belanda sudah ditempatkan di berbagai kota pelabuhan termasuk di Banten dan Aceh. Dari Amboina upaya eksplorasi wilayah yang belum dikenal (belum ada dalam peta-peta Eropa) dimulai. Tentu saja itu tidak sulit, jika hanya sebatas Pasifik di sekitar Papua Nugini dan Australia (karena pelaut-pelaut Belanda dari Belanda ke Hindia Timur yang begitu jauh, berbulan-bulan dalam pelayaran, akan menganggap pelayaran di sekitar wilayah di Amboina hanyalah ibarat rute angkot). Pelaut-pelaut Belanda dengan cepat menemukan jalan ke pantai utara (Australia).

Pelaut-pelaut Belanda dalam setiap pelayaran tentu saja tidak dengan tangan kosong. Tentu saja berbekal dan berdasarkan peta-peta yang sudah ada dan keterangan-keterangan yang sudah dibawa dari Eropa dan yang dikumpulkan selama pelayaran baik di kota-kota pelabuhan maupun hasil eksplorasi sendiri. Pelaut-pelaut Belanda sendiri sejak Cornelis de Houtman mengikuti rute dan menggunakan peta-peta (buatan) Portugis. Oleh karena itu dua bangsa pelaut ini mengikuti rute yang sama dan tujuan yang sama (pusat perdagangan di Hindia Timur). Pelaut-pelaut Portugis sudah satu abad lebih awal dari pelaut-pelaut Belanda. Pelaut-Pelaut Portugis mencaopai Hindia Timur tahun 1511 dengan menyerang dan menduduki kota Malaka dan pada tahun yang sama tiga kapal Portugis sudah mencapai Maluku (via Laut Jawa, pantai utara Jawa, pantai utara Kepulauan Soenda, Banda, Ceram dan Maluku (wilayah Maluku Utara sekarang). Tentu saja pelaut-pelaut Portugis bisa mencapai Hindia Timur mengikuti pedagang-pedagang Moor yang juga sebagai pelaut sangat tangguh. Orang-orang Moor (yang juga sudah mencapai Maluku dari Malaka) sudah berabad-abad eksis di Hindia Timur sebelum kehadiran pedagang-pedagang Portugis di India (Surate, Guzarat, Goa) sebelum mencapai Malaka. Orang Moor adalah pelaut-pedagang beragama Islan berasal dari Afrika Utara-Laut Mediterania (Mauritania, Tunisia, Maroko), Orang-orang Moor yang menyiarkan agama Islam di Maluku sebelum kehadiran pelaut-pelaut Portugis. Orang-orang Moor (tetangga Portugis) dapat dikatakan adalah pendahulu (predecessor) pelaut-pelaut Portugis di India dan Hindia Timur (bahkan orang Moor sudah mencapai pantai timur Tiongkok). Tentu saja pendahulu orang-orang Moor adalah pedagang-pedagang Islam dari Arab, Mesir dan Persia yang sudah sejak lama berdagang ke India (Surate, Guzarat dan Goa) dan telah mencapai Hindia Timur (di pantai barat Sumatra). Pedagang-pedagang Islam mengikuti rute pedagang-pedagang India (yang tentu saja sudah dirintis sejak era Hindoe-Boedha). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Orang-orang Eropa ke Hindia Timur adalah kloter terakhir (orangorang Tiongkok ke Hindia Timur sejaman dengan kehadiran orang-orang Islam).

Pada tahun 1850an di Belanda, Kementerian Koloni mulai mengumpulkan arsip-arsipa lama sejak era VOC yang berserakan di mana-mana dan akan disatukan di dalam satu departmen tunggal (Departemen Arsip). Fungsi badan ini akan mencari, mengumpulkan dan menyimpan serta mempublikasikan hasil-hasil analisis yang dilakukan. Arsip-arsip yang sudah terbilang kuno, termasuk peta-peta bahkan sudah banyak yang jatuh ke tangan perorangan maupun yang dapat dibeli dari pasar loak, Dan juga sudah banyak yang tersebar di berbagai perpustakaan dan museum asing diluar negeri (di luar Hindia Belanda dan di luar Belanda).

Pada peta yang disalin pada tahun 1860, tentang peta penemuan benua Australia (Nova Hollandia) dalam satu peta gabungan (Peta 1665) yang juga termasuk di dalamnya peta pelayaranAbel Tasman yang pertama (1642) dan yang kedua (1644). Di dalam peta gabungan (edisi 1860) ini berbagai sudut benua Australia ditandai tahun-tahun penemuannya sebagai berikut: pada bagian barat benua yang ditandai sebagai Lande van de Eendracht dikunjungi tahun 1610; Edels lant bijscijlt dikunjungi pedagangVOC pada tahun 1619; land van de Leuwin (sekitar kota Pert yang sekarang) dikunjungi pedagangVOC dengan kapal Angedean pada tahun 1622; landt van P Nuyts dikunjungi pedagangVOC dengan kapal Zeepert pada tanggal 26 Februari 1627 GF de Wiite Lant (dekat Willems rivier) dikunjungi pedagangVOC pada tahun 1628. Dari keterangan ini diketahui dengan pelayaran Abel Tasman pada tahun 1642 dari selatan (pulau Tasman yang sekarang) dan pelayaran yang kedua pada tahun 1644 dari pantai utara teluk Carpenteria, mengindikasikan bahwa seluruh sisi benua Australia (Nova Hollandia) sudah dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Oleh karena itu, sejak peta Abel Tasman (1642) benua Australia yang sekarang sudah diidentifikasi sebagai Nova Hollandia (Belanda Baru) dan dipertegas pada Peta 1860 dengan nama Nieuw Nederland sebagai pengganti dari nama lama. Nama Nieuw Nederland sebelumnya sudah digunakan pada Peta 1630 (peta pantai timur Amerika). Dalam Peta 1630 di timur laut Nieuw Nederland adalah New England dan di sebelah barat daya Virginia dan di sebelah utara Nova Franciae Pars.

Tunggu deskripsi lengkapnyaDalam Peta 1860 ini hanya diidentifikasi nama-nama pelaut Belanda. Mengapa begitu, tidak begitu jelas. Apakah Peta 1660 ini hanya semata-mata membatasi penemuan Belanda saja atau orang-orang Belanda tidak mengetahui penemuan pelaut Spanyol Ferdinand de Quir yang bekerja untuk Portugis pada tahun 1606 (Terre du Sr Esprit di pantai timur laut).Ataukah orang-orang Belanda sengaja menyembunyikan pengetahuan itu untuk menunjukkan hegemoni Belanda di benua baru tersebut? Sebagaimana diketahui pada tahun 1605 (setahun sebelum penemuan itu) pelaut-pelaut Belanda menaklukkan Portugis di Amboina (yang menjadi awal Belanda memiliki benteng).

Pada Peta benua Australia 1753 buatan Prancis, keterangan yang didentifikasi pada peta semakin banyak, semakin lengkap. Tidak hanya bagian benua yang ditemukan pada tahun 1610 (seperti yang disebut di atas) juga penemuan Abel Tasman pada tahun 1642 dan 1644. Dalam Peta 1753 ini juga diidentifikasi penemuan pelaut Spanyol Ferdinand de Quir yang bekerja untuk Portugis pada tahun 1606 (Terre du Sr Esprit). Dalam peta ini penemuan  Lande van de Eendracht pada tahun 1610  dicatatat sebagai tahun 1616. Itu berarti bahwa penemuan baru benua ini oleh orang-orang Belanda baru terjadi pada tahun 1616 (bukan 1610). Namun anehnya nama benua di bagian tengah daratan diidentifikasi Nouvelle Hollande (Nova Hollandia) tetapi judul peta ditulis sebagai Carte Reduite des Terres Australes.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang-Orang Inggris di Benua Baru: Australia

Kapan nama Nova Hollandia diganti menjadi Australia tidak begitu jelas. Penamaan benua baru itu dengan Australia masih bersaing dengan nama yang diberikan oleh para pelaut dan pembuat peta Belanda. Namun sehubungan dengan perkembangan jaman sejak James Cook mencapai Australia, nama Australia semakin populer lebih-lebih pemerintah Inggris sejak 1778 telah menetapkan Australia sebagai koloni baru Inggris.

Nama Australia sendiri sudah sejak lama muncul, bahkan jauh sebelum pelaut-pelaut Belanda datang  ke Hindia Timur (1597). Nama Australia sudah eksis sejak era Portugis yang dicatat di dalam peta sebagai Terres Australes (The Shoutern Lands). Namun dalam peta-peta era Portugis tersebut, Terres Australes itu ditandai pada suatu daratan di selatan, yang tidak spesifik untuk mengindikasikan benua baru yang disebut Australia, tetapi suatu daratan luas di selatan yang justru lebih tepat untuk menunjukkan benua Antarktika. Pada peta era Portugis ini bentuk benua Australia belum jelas (diasumsikan masih satu kesatuan dalam peta dengan benua Antarktika).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar