Laman

Sabtu, 27 Maret 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (49): Sanskerta Zaman Kuno, Melayu Tempo Doeloe, Masa Kini Indonesia; Bahasa Mirip Negara Lain

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Zaman Now berbeda dengan zaman doeloe. Tempo doeloe tidak ada hitungan bilangan besar, yang ada siapa duluan itu yang dapat. Individu bisa mengalahkan yang banyak dan yang kuat bisa melenyapkan yang lemah. Kini adalah Zaman NOW. Era modern, demokratis, hukum bilangan besar dan hukum pasar (market). Zaman Now juga ditandai dengan hubungan individu yang terkoneksi satu dengan yang lain tanpa batas-batas, tanpa batas negara dan tanpa batas sosial. Semua mengikuti alamiahnya, tanpa diatur, yang mengatur hanyalah invisible hands. Termasuk dalam hal ini soal bahasa.

Kini, bahasa Inggris semakin menguat menjadi bahasa tunggal dalam pergaulan internasional, dalam hal ini Bahasa Indonesia semakin menguat sebagai bahasa tunggal dalam pergaulan di regional Asia Tenggara (tempo doeloe disebut nusantara). Beberapa dasa warsa yang lalu, sempat muncul bahasa Melayu (merujuk pada negara Malaysia dan Singapura serta Brunai) sebagai entitas bahasa regional, paling tidak dalam translating bahasa dalam produk industri. Tapi kini telah bergeser. Dalam dunia enterainment seperti Youtube dan lain sebagainya, penggunaan bahasa Indonesia terus menguat. Bahkan akhir-akhir ini NETFLIX secara sadar telah menggunakan bahasa Indonesia. Demikian juga dalam algoritma googlemap nama Borneo telah menjadi nama Kalimantan. Itu adalah contoh kecil pada fase awal dalam dunia masa kini yang terus berkembang ke masa depan. Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa regional tetapi juga telah promosi sebagai salah satu bahasa internasional. Dalam kaitan ini, uniknya, dalam konteks bahasa Indonesia masa kini, banyak pihak dari negara lain coba melisting kosa kata apa saja yang mirip dengan bahasa Indonesia. Semua itu muncul karena dunia kini yang semakin terkoneksi, setiap orang mencari relasi, dalam hal ini relasi bahasa (mirip bahasa) dalam pergaulan internasional.

Lantas bagaimana sejarah asal-usul Bahasa Indonesia sebagai lingua franca di kawasan regional? Itu bermula di zaman kuno, bahasa Sanskerta sebagai lingua franca di kawasan nusantara pada era Hindoe-Boedha. Namun perkembangan bahasa Sanskerta ini diklaim sebagai bahasa Melayu dan semua penduduk di kawasan regional nusantara sebagai Orang Melayu meski secara historis berbeda asal-usul (etnik) dan bahasa (daerah). Padahal faktanya penutur (bahasa ibu) bahasa Melayu terbilang relatif kecil jika dibandingkan penutur bahasa lain seperti bahasa Jawa, bahkan penutur bahasa Melayu di Semenanjung (termasuk Singapura) hanya relatif kecil jika dibandingkan penutur bahasa Melayu gabungan di kota-kota pelabuhan seperti Palembang, Aceh, Banten, Jacatra, Semarang, Pontioanak, Bandjarmasin, Amboina, Koepang, dan Ternate. Lalu mengapa nama tunggal (Melayu) yang muncul? Peran orang-orang Inggris di kawasan dan keutamaan pelabuhan internasional Singapura. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Klaim Bahasa Melayu: Dari Bahasa Sanskerta Era Hindoe hingga Bahasa Indonesia Zaman Now

Tunggu deskripsi lengkanya

Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Tunggal  Regional: Bahasa Asing Mirip Bahasa Indonesia

Tunggu deskripsi lengkanya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar