Laman

Minggu, 14 Maret 2021

Sejarah Papua (22): Sejarah Pulau Mapia 1860, Pulau Terluar; Diklaim oleh Amerika Serikat Sebelum Ambil Alih Filipina 1898

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Mapia, kini disebuat Pulau Bras, Nama Mapia kini menjadi nama wilayah (Kepulauan Mapia). Tentu saja sudah banyak yang mengetahuinya sebagai salah satu pulau terluar Indonesia di wilayah Papua. Boleh jadi masih banyak yang kurang mengetahuinya. Hal itu boleh jadi karena yang lebih dikenal sebagai pulau terluar adalah pulau Miangas dan pulau Marore (Sulawesi Utara), pulau Rote (NTT) dan pulau Rondo (Atjeh). Namun ada satu keutamaan pulau Mapia, begitu dekat dengan (negara) Palau.

Kepulauan Mapia pada dasarnya berada di (lautan) Pasifik Kepulauan ini kini dijadikan sebagai saru desa dengan nama desa Mapia yang masuk wilayah distrik (kecamatan) Supiori Barat, kabupaten Supiori, provinsi Papua. Pusat desa berjarak sekitar 290 Km dari utara Kota Manokwari dan 630 Km dari Palau. Kepulauan ini terdiri dari dua pulau utama, pulau Bras (Berasi) dan pulau Pegun (tempo doeloe disebut Mapia), Pulau yang lebih kecil adalah pulau Fanildo. Pulau yang lebih kecil lagi adalah pulau Bras Kecil dan pulau Fanildo Kecil. Pulau ini menjadi bagian dari Kabupaten Supiori, Papua.

Lantas bagaimana sejarah Pulau Mapia? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun tentu saja itu tidak cukup. Sejarah Pulau Mapia sesungguhnya sangat menarik tetapi kurang terinformasikan. Satu yang pasti bahwa pulau Mapia pernah diduki oleh Amerika Serikat seperti halnya pulau Miangas, namun klaim Amerika Serikat kalah di pengadilan arbirasi. Lalu bagaimana sejarah Pulau Mapia itu sendiri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Mapia: Klaim Amerika Serikat

Pada era Residen Ternate, Dr. DW Horst menginstruksikan untuk mengibarkan bendera Hindia (Belanda) di pulau Mapia. Hal itu karena Amerika Serikat mengklaim bahwa pulau Mapia berada di bawah otoritasnya (sebagaimana Amerika Serikat meproteksi Palua dan Guam.dalah miliknya. Dr. DW Horst beranggapan bahwa pulau Mapia sudah diambil alih Pemerintah Hindia Belanda sejak 1860.

Dr. DW Horst menjadi Resident Ternate selama delapan tahun dan kembali ke Belanda setelah pensiun tahun 1903 (lihat De locomotief, 18-07-1903). Dr. DW Horst sendiri di Ternate selama 30 tahun. Oleh karena itu Dr. DW Horst sangat paham tentang batas-batas wilayah Residentie Ternate. Ketika pengaruh Amerika Serikat semakin meluas ke bagian barat (lautan) Pasifik, saat diklaim pulau Mapia miliknya, atas dasar pengetahuannya segera menginstruksikan mengibarkan bendera di pulau.

Lantas mengapa Amerika Serikat mundur ketika kapal-kapal Amerika Serikat yang sedang survei wilayah ketika melihat pulau Mapia sudah ada bendera Hindia Belanda? Lalu mengapa Amerika Serikat tidak melakukan protes? Dalam perkembangan lebih lanjut diketahui pulau Mapia dihapus dari peta Amerika Serikat. Satu yang pasti, Amerika Serikat yang juga mengklaim pulau Miangas tetap ngotot menjadi miliknya.

Pada tahun 1862 Pemerintah Hindia Belanda membentuk satu komisi untuk mendalami dan melakukan pemetaan sehubungan dengan rencana pemerintah untuk membentuk cabang pemerintahan di (wilayah) Papua, Residentie Ternate. Proklamasi kepemilikan (pasca Traktat London 1824) wilayah Papua sudah dilakukan pada tahun 1828 (sesuai klaim Sultan Tidore sejak 1667). Proklamasi tersebut kemudian pada tahun 1845 wilayah Papua dimasukkan pada wilayah Residentie Ternate. Namun persiapan cabang pemerintahan di Papua (1862) tak kunjung terealisasi. Hal ini boleh jadi karena perhatian pemerintah masih tertuju pada beberapa wilayah yang melakukan pemberontakan seperti di Bandjarmasin. Pada akhir tahun 1879 terjadi gonjang-ganjing soal adanya upaya asing (Belanda dan Jerman) untuk menguasai di wilayah Papua (lihat De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 16-10-1879). Upaya asing itu juga termasuk tentang hak-hak kedaulatan yang ingin ditegaskan Spanyol di utara pulau Borneo. Upaya orang asing untuk menguasai wilayah di New Guinea termasuk kehadiran orang Eropa di pulau Mapia atau St Davidseilanden. Dalam hal inilah Menteri koloni di Belanda memasukkan anggran baru tentang soal itu ke dalam rencana anggaran 1880 utnuk melakukan protes dan pemberontakan tidak hanya berdasarkan perjanjian yang ada, tetapi juga atas dasar prinsip-prinsip hukum kerakyatan kolonial yang diakui secara umum dan setiap campur tangan asing dan terutama setiap pendirian yang independen dari otoritas kita harus dicegah terutama tentang wilayah Papoea Nieuw Guinea yang selama ini terlalu sedikit perhatian dan diabaikan.

Nama pulau Mapia yang dalam peta dunia disebut St David eilandane, tetntu saja sudah sejak lama dikenal dalam navigasi pelayaran. Pada era VOC, pada tahun 1659 orang-orang Spanyol terusir dari (kepulauan) Maluku, Manado dan Sangier en Talaud. Sudah barang tentu Spanyol yang terkonsentrasi di Filipina jauh dari pulau Mapia (seperti halnya pulau-pulau Pasifik lainnya seperti Palau dan Mariana (Guam). Setelah sekian abad barulah muncul isu penguasaan wilayah di wilayah Pulau Papua dan pulau-pulau Pasifik dengan kehadiran Inggris dan Jerman. Seperti disebut di atas Pulau Mapia sudah diklaim Pemerintah Hindia Belanda sejak 1860 sebagai wilayah pelayaran tradisional dari penduduk asli di pulau-pulau di teluk Geelvink. Ketika Amerika Serikat mulai menjalankan aneksasi di barat (lautan) Pasifik, Resident Horst secara sadar untuk menunjukkan otoritas Pemerintah Hindia Belanda di pulau Mapia dengan pengibaran bendera tricolor (yang membuat Amerika Serikat kecele). Sebaliknya, Resident Manado boleh jadi abai dengan pulau Miangas, tidak adanya bendera tricolor, pulau yang diklaim (dan diduduki) Amerika Serikat mendapat protes dari Pemerintah Hindia Belanda. Amerika Serikat yang sudah mengambilalih Filipina dari Spanyol (1898), pendudukan pulau Miangas didasarkan atas peta-peta Spanyol. Tibulah sengketa tentang pulau Miangas antara Amerika Serikat dengan Pemerintah Hindia Belanda (hingga ke pengadilan internasional).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Terluar Indonesia: Mapia, Miangas, Marore

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar