Laman

Jumat, 05 Maret 2021

Sejarah Papua (4): Sejarah Sorong, Kota Minyak Kota Tua di Papua (Nova Guinea); Satu-Satunya Status Kota di Papua Barat

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Sejak kapan sejarah Sorong mulai terbentuk? Nah, itu dia yang ingin dipastikan. Jauh sebelum nama Jayapura dan Merauke ada, nama Sorong sudah diidentifikasi, dipetakan dan ditulis dalam berbagai publikasi. Diantara berbagai publikasi itu yang mendeskripsikan Sorong adalah buku yang ditulis oleh Pieter Arend Leupe yang diterbitkan 1875 dengan judul ‘De Reizen der Nederlanders naar Nieuw-Guinea en de Papoesche Eilande in de 17de en 18de eeuw’. Dari judulnya, isi buku memuat informasi sejak era VOC (abad ke-17).

Pada masa ini nama Sorong adalah nama kota besar di Papua. Sejak wilayah Papua diintegrasikan dengan Republik Indonesia pada tahun 1963 dan kemudian pada tahun 1969, dibentuk Provinsi Irian Jaya, nama Sorong dijadikan sebagai salah satu wilayah (kabupaten) dengan ibu kota di kota Sorong. Pada tahun 1999 kota Sorong statusnya ditingkatkan menjadi Kota. Ini beriringan dengan pemekaran Provinsi Papua dengan membentuk Provinsi Irian Jaya Barat, ibu kota di Manokwari. Pada tahun 2007 nama provinsi diubah menjadi Provinsi Papua Barat.  Kota Sorong adalah satu-satunya yang berstatus Kota di Provinsi Papua Barat.

Bagaimana sejarah awal kota Sorong? Seperti disebut di atas kota Sorong sudah diidentifikasi sejak lama. Namun yang menjadi pertanyaan sejak kapan kota Sorong terbentuk? Apa pentingnya? Sebab awal terbentuknya kota Sorong adalah awal sejarah Sorong. Tidak hanya sebagai nama tempat (kota) tetapi juga nama wilayah. Nama Sorong awalnya merujuk pada nama pulau, Pulau Sorong (kini dikenal sebagai Pulau Dum). Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Sorong Sejak Era VOC?

Pada saat Dr. Solomon Muller ingin ke Papua pada tahun 1828, dia kesulitan mendapatkan dokumen di Ambon tentang hubungan politik antara wilayah Pemerintah Hindia Belanda di Ambon dengan wilayah para pemimpin lokal di Papua. Ini mengindikasikan bahwa wilayah Papua masih terbilang independen. Hubungan politik antara kerajaan Tidore sejak era VOC dengan para pemimpin lokal di pantai barat daya, pantai barat dan pantai utara Papua  boleh jadi sudah sejak lama tidak intens lagi. Baru pada tahun 1848 ada dokumen yang menyatakan hubungan politik antara Maluku dengan Papua.

Dokumen politik yang menyatakan hubungan politik antara Pemerintah Hindia Belanda dengan wilayah Papua terdapat dalam Surat Keputusan Menteri Negara, Gubernur Jenderal Hindia Belanda. 30 Juli 1848 yang dalam uraiannya disebutkan tanah milik Residentie Ternate yang membentang di wilayah Tidore hingga Nieuw Guinea (Papua). Klaim Tidore atas Papua ini tentu saja didasarkan wilayah Papua sebagai bagian dari otoritas kerajaan Tidore sejak 1667. Sebagaimana diketahui batas-batas yurisdiksi antara Belanda dan Inggris disepakati pada tahun 1824 (Traktat London, 17 Maret 1824) yang juga termasuk di wilayah (pulau) Papua Nova Guinea. Perjanjian (baru) antara Pemerintah Hindia Belanda (tentu saja termasuk Papua eks kekuasaan Tidore) dengan Sultan Tidore dan Sultan Tidore dibuat pada tanggal 27 Mei 1824  Sebelumnya, Gubernur Jenderal sudah tiba di pelabuhan Ternate tanggal 17 Mei 1824 dan dua hari kemudian dibentuk raad van justitie di (residentie) Ternate dan dinobatkannya (kembali) Sultan Ternate dan Sultan Tidore (lihat Bataviasche courant, 31-07-1824). Bukti hubungan baik antara Pemerintah Hindia Belanda dengan radja-radja di (residentie) Ternate pada tanggal 9 Agustus 1824 telah tiba di Semarang sebanyak 200 orang pasukan yang diberikan oleh Sultan Ternate dan 700 orang pasukan dari Sultan Boeton (lihat Dagblad van 's Gravenhage, 17-12-1828). Sedangkan batas antara Inggris dan Belanda untuk wilayah Papua diproklamasikan (diumumkan) pada tanggal 24 Agustus 1828.

Pada Peta 1835-1837, di wilayah Papua belum ada identifikasi nama (tempat) Sorong. Peta 1835-1837 adalah peta resmi pemerintah yang dipetakan antara tahun 1835 hingga 1837. Dalam publikasi Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1862 nama yang disebut di sekitar wilayah Sorong yang sekarang hanyalah Dore dan (pulau) Mifore. Publikasi ini adalah suatu hasil kajian suatu komisi yang dibentuk yang didalamnya termasuk ahli geografi dalam rangka persiapan pembentukan cabang pemerintahan di wilayah Papua (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1862).

Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Sorong

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar