Laman

Jumat, 09 April 2021

Sejarah Australia (29): Australia - Tempat Kawan Apa Lawan? HJ van Mook hingga V Koman; Australia Kini Selamatkan Diri?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Cara berpikir zaman purba sudah berlalu. Kini, cara berpikir modern tengah berdenyut di Australia. Seperti Singapoera, Australia bersiap diri menggantungkan diri pada hubungan baik dengan tetangga, tidak lagi melihat Inggris. Memfasilitasi Belanda untuk menguasai Indonesia sejak era HJ van Mook sudah tak jaman lagi. Cukuplah sudah menyediakan fasilitas bagi pejuang Timor Timur. Bagaimana kini dengan Veronica Koman? Australia sendiri tengah mempersiapkan diri untuk menyelamatkan diri.

Australia pada masa kini sesungguhnya penduduknya lebih beragam (seperti Amerika Serikat). Keangkuhan Australia (juga) Singapoera) beberapa dekade yang lalu, kini telah sedikit berubah (belum sepenuhnya) terkesan (meski dipaksakan) ingin lebih bersahabat dengan para tentangga (di negara-negara Asia Tenggara). Singapoera, meski lebih berwarna Cina, tetapi sesungguhnya kiblatnya bukan Tiongkok tetapi Inggris. Hal itu juga dengan Australia, dominasi warga berasal dari England tempo doeloe, lalu bergeser lebih berwarna Eropa dan Asia tetapi kiblay ke Inggris tidak pernah berubah. Namun semua itu harus berakhir, Inggris kini hanyalah sebuah negara biasa di Eropa, Australia dan Singapoera mulai memahaminya, karena itu dua negara kaya ini tidak melihat lagi Inggris sebagai Dewa Pengaman, tetapi mulai kalem sama tetangga (terutama Indonesia). Apakah dalam hal ini, Australia sedang berupaya untuk menyelamatkan diri? Ingin menganggap dirinya Asia?.

Lantas bagaimana sejarah peran Australia melindungi para anti Indonesia? Seperti disebut di atas, seiring waktu Australia akan kehilangan kawan lama (Inggris) dan sedang menjalin hubungan baik dengan kawa baru (Indonesia). Inggris di Eropa kini hanyalah tinggal sebagai negara biasa saja, Australia di Asia hanyalah negara biasa juga. So, what? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pasang Surut Hubungan Australia-Indonesia

Sejak Australia dijadikan koloni orang-orang Inggris pada tahun 1780an yang dimulai di pantai timur Australia yang berpusat di Sydney yang sekarang. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya kota-kota baru seperti Brisbane, Perth, Melbourne dan Adelaide, orang-orang Inggris sangat tergantung dari Hindia Belanda (baca: Indonesia). Ketergantungan itu antara lain impor (sumber) pangan dan (kebutuhan) tenaga kerja tambahan (untuk pertambangan dan pengumpulan mutiara). Ketergantungan tambahan lainnya adalah produk yang dihasilkan orang-orang Inggris di Australia seperti daging, susu dan kulit sapi diekspor ke Hindia Belanda. Hal itulah mengapa arus orang Indonesia mengalir ke Australia, paralel dengan derasnya imigran Inggris yang datang ke Australia. Namun setengah abad kemudian situasi dan kondisi berubah.

Invasi Jepang ke Asia (tenggara) termasuk ke Indonesia (baca: Hindia Belanda) direspon Australia secara berbeda. Ini bermula pada tahun 1940 ketika Jepang menjalin hubungan dengan Timur Portugis dengan membuka jalur penerbangan dari Palau ke Dili. Mengetahui bahwa kerjasama Jepang itu akan membahayakan posisi Australia, lalu Australia juga menjalin kerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda untuk membuka jalur penerbangan Sydney ke Koepang. Dalam perkembangan yang cepat Australia merintis kerjasama dengan Timor Portugis membuka jalur penerbangan dari Koepang ke Dili dan Sydney Dili. Saat ini orang-orang Belanda di Hindia Belanda bagaikan anak ayam kehilangan induk karena di Eropa sejak 1940 Jerman telah menduduki Belanda dan keluarga kerajaan melarikan diri ke Inggris.

Pada tahun 1942 HJ van Mook diangkat menjadi Menteri Koloni di Inggris (di pengasingan). Oleh karena militer Jepang telah menyerang Singapoera, status van Mook diubah dan dingkat menjadi Luitenant Jenderal Hindia Belanda. Sehubungan dengan semakin memanasnya perang, jalur penerbangan ke Batavia (Indonesia) ditutup. HJ van Mook yang baru diangkat menjadi Luit Jen Hindia Belanda tidak bisa ke Batavia, tetapi langsung ke Australia (Canberra). Oleh karena militer Jepang sudah mengebom Tarakan dan Kakas serta Ternate dan Sorong, maka HJ van Mook segera terbang ke Amerika Serikat untuk meminta bantuan. Pada waktu yang sama, bulan Januari 1942 militer Australia menduduki lapangan terbang Dili tanpa sepengetahuan Gubernur Portugis di Dili. Sang Gubernur protes, tetapi Australia kadung di Dili dan tidak mengindahkan protes tersebut. Seperti halnya (militer) Jepang, Australia juga dapat dikatakan telah melakukan invasi.pada tahun 1942.

Australia yang semakin maju dan disokong oleh kerajaan Inggris, tindakan invasi Australia ke Dili bukan yang pertama dalam sejarah invasi Australia. Pada saat terjadi Perang Dunia (pertama) di Eropa, pada tahun 1918 Australia melakukan invasi ke Papua Nugini. Saat itu wilayah sebelah timur Papua (Papua Nugini) berada di dalam kekuasaan Jerman. Mengapa Australia (yang dibantu Selandia Baru) mengabilalih Papua Nugini dari Jerman? Hal itu karena di Eropa, Belanda yang netral, Jerman telah menjadi lawan negara-negara lain yang membentuk sekutu seperti Prancis yang dipimpin oleh Inggris. Dalam hal inilah Inggris dan Australia bagaikan bapak dan anak secara bersama-sama melawan Jerman. Namun dalam hal ini di Eropa hanya sekadar untuk mempertahankan diri, tetapi Inggris di Papua Nugini adalah suatu tindakan invasi. Melakukan invasi ke Timor Portugis (saat Perang Dunia II di Pasifik) Australia boleh jadi karena sudah berpengalaman pada Perang Dunia I. Dalam hal ini Australia sudah termasuk negara agressor (seperti halnya Inggris pernah menduduki Jawa (Hindia Belanda) antara tahun 1811 dan 1816)..

Militer Jepang yang terus menguasai kota-kota pelabuhan di Hindia Belanda (minus Jawa), angkatan laut Australia tak terelakkan saling tempur di Timor. Dili dapat dikuasai angkatan udara Jepang dan angkatan laut Australia hancur total di Timor. Orang-orang Belanda di Koepang membantu sisa pasukan Australia untuk menguburkan korban di Koepang. Hal itulah mengapa kini di Kupang terdapat tugu peringatan Australia. Lalu, akhirnya seperti diketahui Pemerintah Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal menyerah kepada militer Jepang di Kalijati, Subang pada bulan Maret 1942. Saat ini Australia dalam posisi ketakutan, namun kemudian pulih kembali dan senmakin berani sejak kehadiran angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik Selatan.

Tampaknya kunjungan HJ van Mook ke Amerika Serikat membuahkan hasil meski bantuan datang terlmbat (karena Batavia-Jawa sudah jatuh ke tengan militer Jepang). Bantuan Amerika Serikat itu paling tidak angkatan laut Amerika Serikat telah merapat dan membangun pangkalan di pantai utara Papua Nugini. Australia tampaknya lega, sebab militer Jepang sangat sibuk di Hindia Belanda yang begitu luas sehingga invasi Jepang ke Australia tidak terwujud. Sebaliknya militer Australia yang sepat schok di Timor, semangatnya kembali naik sehubungan dengan angkatan laut Amerika Serikat sudah di depan mata (meski bertujuan untuk membebaskan eks koloninya di Filipina). Secara psikologis militer Jepang semakin hati-hati dan waspada (karena Amerika Serikat sedang menaruh dendam sama Jepang, karena angkatan udara telah menghancurkan pangkalan militer Amerika Serikat di Honolulu, Hawaii).

Meski situasi dan kondisi cukup tenang di Jawa, Sumatra dan Borneo dan Sulawesi serta Nusa Tenggara, tetapi pertempuran demi pertempuran di Indonesia Timur dan wilayah Pasifik tetrus berlangsung antara militer Jepang dengan Sekutu di Pasifik yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia dan Hindia Belanda (yang telah mebangun basis di Australia). Dari pangkalan angktan laut di Papua Nugini, militer Amerika Serikat dapat merebut Hollandia (kini Jayapura), Pulau Souten (kini Biak), Sorong  dan kemudian Moratai (basis militer Jepang di Ternate), Militer Austra dan Hindia Belanda bertempur dengan Jepang di Papua Nugini bagian selatan. Pertempuran ini menjadi semacam pertahanan, serangan Jepang ke Australia terhambat. Dalam situasi dan kondisi inilah tahanan politik Indonesia yang diasingkan di Tanah Merah, Digul direlokaso ke Australia.

Militer Jepang yang mengetahui bahwa orang-orang Belanda masih ada di Merauke dan Tanah Merah (Boven Digul), angkatan udara Jepang juga memborbardir Tanah Merah. Sebagaimana diketahui, sejak 1926 Tanah Merah adalah tempat pengasingan para revolusioner Indonesia (termasuk yang berhaluan komunis). Pada tanggal 31 Mei 1943 Pemerintah Hindia Belanda di pengasingan di Australia (yang telah berganti nama menjadi NICA) yang dipimpin HJ van Mook memindahkan seluruh tahanan politik Indonesia di Tanah Merah (dan Merauke) ke Australia. Para tahanan itu dipusatkan di Haimen Island dan kemudian dipindahkan ke Brisbane (17 Juni). Lalu dengan menggunakan kereta api dari Brisbane ditempatkan di kamp Cowra (New South Wales) yang saat itu musim dingin. Kamp Cowra ini di bawah komando Mayor Ramsy (atasannya seorang kolonel). Pemimpin tahanan politik Indonesia di Cowra ini diangkat Ali Basa Siregar (dokter) yang berhubungan langsung dengan pengawas kamp. Dalam perkembangannya, di kamp Cowra ini juga dijadikan sebagai kamp para militer Jepang yang berhasil ditangkap (dalam perang yang masih berlangsung). Tahanan ini tentu saja ‘milik’ NICA, Australia dalam hal ini mendapat semacam kontrak (dititipkan)..

Awalnya, militer Australia menganggap para tahanan Indonesia yang telah dipusatkan di Cowra (New South Wales) adalah musuh (seperti tahanan militer Jepang). Namun semakin intensnya komunikasi Dr Ali Basa Siregar dengan para petinggi militer Australia yang datang berkunjung ke kamp, militer dan warga Australia mulai memhami bahwa orang-orang Indonesia yang ditahan di kamp Cowra adalah pejuang demokrasi di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Akhirnya militer dan pemerintah Australia (partai yang berkuasa adalah kaum buruh) menegosiasikan dengan pihak Belanda di Australia. Hasilnya, setelah delapan bulan di kamp Cowra para tahanan Indonesia ini dipindahkan ke kota Mackay (di utara Brisbane yang beriklim tropis), tidak sebagai tahanan di kamp tetapi semacam tahanan kota. Para eks tahanan politik ini di Mackay berbaur dengan warga, yang mana di dalam kota ini cukup banyak orang asal Indonesia yang sudah tiga generasi yang masih bisa berbahasa Melayu.

Dalam hal ini (semasih pendukan militer Jepang), para militer, pemerintah dan warga Australia tidak sedang bermusuhan dengan orang Indonesia. Hal itulah mengapa pihak Australia pro aktif membebaskan tahanan politik Indonesia di Australia. Australia hanya melihat Jepang sebagai musuh (dan sebaliknya Belanda adalah teman satu ras Eropa). Australia sejauh ini tidak sedang berkonfontasi dengan orang Indonesia. Invasi ke Papua Nugini dan invasi ke Timor Portugis bukan wilayah Indonesia (tetapi wilayah di luar Hindia Belanda) yang dihubungkan dengan musuh Jerman dan Jepang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Australia: Menjadi Negara Asia?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar