Laman

Minggu, 18 April 2021

Sejarah Filipina (7): Sejarah Pulau Panay di Filipina; Nama Panai di Sungai Barumun Sumatra (Tapanuli) dan Pulau Ceylon, India

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Pulau Panay adalah salah satu pulau besar (berbentuk segi tiga) di wilayah bagian tengah Filipina (bagian barat Visayas). Pulau Panay ini juga disebut (provinsi) Catanduanes. Catanduanes). Tempo doeloe nama Panay juga diasosiasikan dengan nama Poni (kini Brunai). Disebutkan tempo doeloe nama pulau adalah Simsiman penduduk asli berada di tepi sungai Ulian. Dalam suatu tulisan Spanyol (1907) yang berdasarkan pengetahuan lisan penduduk berjudul Maragtas disebutkan kedatuan Madja didirikan setelah sepuluh datu meninggalkan Borneo dan mendarat di Pulau Panay.

Pulau Panay adalah pulau terbesar keenam di Filipina. Panjang pulau kira-kira 100 mil. Secara administratif, pulau ini terbagi menjadi empat provinsi, yaitu Aklan, Antique, Capiz, dan Iloilo yang kesemuanya termasuk dalam Western Visayas Region. Lokasi pulau adalah di sebelah tenggara pulau Mindoro dan di sebelah barat laut Negros yang dipisahkan oleh Selat Guimaras. Antara Negros dan pulau Panay terdapat provinsi-pulau Guimaras. Di sebelah utara Panay adalah Laut Sibuyan dan kepulauan Romblon; di sebelah barat daya adalah Laut Sulu dan Teluk Panay. Sungai terpanjang di pulai ini adalah Pulau Panay dan bagian tetinggi dari pulau ini adalah gunung Madja (1.117 meter). Kota terbesar di pulau ini adalah Iloilo.

Lantas bagaimana sejarah Pulau Panay? Satu yang penting ketika orang Spanyol semasa Miguel López de Legazpi memindahkan koloni mereka dari Cebu ke Panay pada tahun 1569 setelah orang-orang Portugis menyerang Zebu. Orang-orang Spanyol kemudian dari koloni di Panay menyerang Luzon (di Manila) dan mendudukinya pada tanggal 8 Mei 1570. Lalu bagaimana sejarah pulau Panay? Nama Panay juga ditemukan di Tapanuli, Sumatra Utara dan dan nama Panay juga ditemukan di pulau Ceylon. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Panay: Penaklukkan Manila 1570

Kesuburan lahan adalah syarat perlu  munculnya komunitas baru (kampong). Syarat cukupnya adalah adanya sungai yang mengalir (sumber air dan navigasi). Pulau Panay di Filipina tempo doeloe adalah salah satu dari tiga pulau tersubur dan padat penduduknya (lainnya adalah pulau Mangindanao dan pulau Luzon). Di tiga pulau inilah arus pendatang regional bermukim dan di tiga pulau ini selanjutnya pendatang asing dari Eropa (Portugis, Spanyol dan Belanda) mengunjunginya untuk berdagang.

Orang-orang Eropa mencari dan menemukan Hindia Timur awalnya bukan untuk bermukim tetapi untuk berdagang (menukar produk industri dengan komoditi lokal). Yang datang untuk bermukim adalah penduduk yang berasal dari region baik untuk tujuan perdagangan, memperluas wilayah, bertani dan sebagainya. Adanya penduduk yang banyak dan produk lokal (hasil laut, hutan dan hasil pertanian) yang surplus menjadi cikal bakal perdagangan dengan kehadiran orang-orang Eropa. Berkoloni dan menyebarkan budaya dan termasuk agama adalah yang muncul kemudian. Dengan demikian jauh sebelum kehadiran orang-orang Eropa di Filipina sudah lebih dahulu kedatangan pendatang dari dekat (regional) yang telah membentuk komunitas, simpul-simpul perdagangan yang boleh jadi muncul ekses baru konflik antara komunitas penduduk baik di dalam pulau maupun antar pulau. Penduduk di pulau-pulau di Filipina sudah terhubung dengan penduduk dan kota-kota di wilayah regional (Hindia Timur atau Asia Tenggara).

Sebelum orang-orang Spanyol membentuk koloni di (teluk) Manila pada tahun 1570, pelaut-pelaut Spanyol sudah sejak lama membentuk koloni dengan mendirikan benteng di pantai tiur pulau Zebu (Fort San Miguel) dan kemudian memperluas koloni ke pulau Panay. Dari pulau Panay kelak (1570) menaklukkan Manila.

Tempat ini sendiri  adalah suatu tempat di Filipina yang pertama kali dikunjungi pelaut-pelaut Spanyol yang menemukan Filipina pada tahun 1521 di bawah pimpinan Ferdinand Magellan (dari arah Pasifik).

Koloni (pemukiman) Spanyol di pulau Panay adalah pemukiman (koloni) Spanyol kedua di Filipina. Dari Fort San Miguel pulau Zebu, suatu ekspedisi yang dipimpin oleh Miguel Lopez de Legazpi dan menyerang dan menduduki (kampong) Capiz di muara sungai Panay (bagian utara pulau Panay). Oleh karena Panay lebih subur dan Capiz lebih sehat, pusat Spanyol kemudian direlokasi ke Panay di Capiz.

Nun jauh di sana di pulau Sumatra, suatu ekspedisi Portugis ke Tanah Batak dilakukan oleh Mendes Pinto pada tahun 1537 dari Malacca ke Panaju, ibukota Aroe Batak Kingdom yang telah dibukukannya. Menurut beberapa penulis dimana kota Panaju yang dikunjungi Mendes Pinto di Aroe Batak Kingdom adalah di hulu sungai Baroemoen di sekitar Padang Lawas  (situs candi Hindoe Boedha) yang sekarang (60 Km dari Padang Sidempoean). Mendes Pinto menyebut kota Panaju itu berarti kampong Pane di sungai Batang Panai/Pane yang sekarang. yang dapat dilayari dari pantai melalui sungai Baroemoen selama lima hari ke pedalaman, suatu daerah yang menghasilkan daging (kini masih terkenal sebagai daerah peternakan), menghasilkan benzoin, kamper, rotan, madu, gaharu, dan beras. Kerajaan ini disebut Pinto memiliki pasukan dengan kekuatan 15.000 tentara, yang mana sebanyak 8.000 orang Batak dan selebihnya adalah orang-orang yang didatangkan dari Menangkabau, Luzon, Indragiri, Jambi dan Borneo. Pasukan Aroe ini juga memiliki 40 gajah dan 12 meriam. Pasukan cadangan ada di dataran tinggi yang disebut Minacalao (Minangkabau?). Selama Pinto berada di Panaju ditemani dan dipandu oleh seorang Moor, dan Pinto sempat melihat ada sebanyak 63 kapal yang tengah bersandar di bandar Panecao. Masih menurut Mendes Pinto, duta besr Aroe Batak Kingdom pernah ke Malacca bernama Aquareng Daholay (Abdul Karim Daulay?). Seperti telah disebut di atas, pada masa ini di wilayah Padang Lawas ini masih ditemukan situs-situs candi kuno peninggalan kerajaan Hindu/Budha di era Cola Kingdom (asal nama Angkola?) yang sebelumnya menaklukkan Sriwijaya pada abad ke-11.                                                

Ada beberapa nama yang dicatat Mendes Pinto tentang keberadaan Kerajan Aroe Batak Kingdon di hulu sungai Baroemoen yaitu ibu kota kerajaan Aroe (Panaju), pelabuhan kerajaan Aroe (Panecao). Terminologi ‘aroe’ pada nama sungai B-aroe-moen dan nama kerajaan Aroe diartikan sebagai sungai atau air (dari bahasa Ceylon, India). Kerajaan Aroe ini adalah suksesi Kerajaan Aroe di era Chola (setelah menaklukkan Sriwijaya). Di daerah aliran sungai Baroemoen ini kini terdapat situs kuno, candi-candi tua (Candi Padang Lawas) yang dibangun sejaman pada abad ke-11 (era Chola). Hal yang penting lainnya dicatat Mendes Pinto bahwa kekuatan pasukan kerajaan Aroe juga didukung oleh tantara yang didatangkan dari Borneo dan Luzon.

Tentu saja yang dimaksud Mendes Pinto Luzon adalah pulau besar di Filipina yang sekarang yang tempo doeloe berpusat di teluk Manila. Manila sudah sejak lama terhubung dengan Boernai. Sebagaimana diketahui sekarang, penduduk asli teluk Manila adalah etnik Aeta di provinsi Bataan. Penduduk asli Aeta ini mirip dalam berbagai aspek dengan penduduk asli pulau Panay yakni Orang Hiligaynon dan pulau Paragoa yakni Batak. Nama pulau Paragoa kemudian dikenal sebagai pulau Palawan. Nama yang mirip Palawan pada masa ini ditemukan di Indragiri, Riau (Palalawan).

Satu yang penting tentang nama Panay (orang Portugis Mendes Pinto) dan nama Capiz (orang Spanyol Miguel Lopez de Legazpi). Pada era VOC ditemukan catatan Belanda di Tanah Batak terdapat nama kota Batoe Hapit (suatu wilayah yang banyak menghasilkan belerang yang sesuai untuk bahan mesiu (peluru). Kota Batoe Hapit (di Batak Sumatra) dan kota Capiz (di Panay, Filipina) namanya mirip dan juga menjadi nama-nama kota penting pada era yang sama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pertumbuhan dan Perkembangan di Pulau Panay

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar