Laman

Sabtu, 17 April 2021

Sejarah Filipina (6): Olivier Noort, Pelaut Belanda Pertama Kunjungi Manila 1600; Sejarah Kehadiran Belanda di Hindia Timur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini  

Hindia Timur, sudah sejak lama dikenal sebagai sumber daya, tidak hanya tambang seperti emas, juga produk kuno seperti kamper dan kemenyan, tentu saja hasil hutan dan laut seperti gading, kulit hewan besar dan tripang serta produk rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Hal itulah mengapa pelaut-pelaut Portugis mengikuti rute pedagang-pedagang Moor beragama Islam hingga mencapai Malaka 1511 dan tahun yang sama juga mencapai Maluku (via pantai utara Jawa). Lalu menyusul pelaut-pelaut Spanyol dengan rute yang berbeda dari timur (celah Amerika Selatan) yang berhasil mencapai (pulau) Zebu (Filipina) dan Maluku (Indonesia) pada tahun 1521.

Pada saat pelaut Spanyol mencapai Filipina tahun 1521, pada tahun yang sama pelaut Portugis yang berbasis di Malaka di bawah pimpinan George Menesez mengunjungi pelabuhan Boernai (sejak inilah nama pulau besar disebut Borneo). Dari Boernai, George Menesez mengunjungi Manila (di suatu teluk di pulau Luzon). Ini mengindikasikan bahwa pelaut-pelaut Eropa (Portugis dan Spanyol) pertama mencapai Filipina pada tahun 1521. Pedagang-pedagang Portugis kemudian membentuk jalur navigasi pelayaran (perdagangan) antara Malaka dan Makao via Boernai dan Manila. Pada tahun 1570 pelaut-pelaut Spanyol, dari pulau Zebu (Fort San Miguel) mengunjungi teluk Manila di pulau Marivelle (kini pulau Corregidor) yang kemudian menyerang dan menduduki kampong (kota) Manila. Sejak inilah, Spanyol secara perlahan menguasasi seluruh pulau-pulua di Filipina (di kawasan Laut Cina, Portugis terusir dari Manila dan hanya bertahan di Boernai dan Makao). Pada tahun 1600 pelaut Belanda di bawah pimpinan Olivier van Noort dari Pasifik mencapai Manila.

Lantas bagaimana sejarah awal pelaut-pelaut Belanda tiba di Manila? Seperti disebut di atas, pelaut Belanda pertama tiba di Filipina tahun 1600 di bawah pimpinan Olivier van Noort, Lalu bagaimana reaksi pedagang-pedagang Spanyol di Manila dan bagaimana pula reaksi pedagang-pedagang Portugis di Boernai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Manila: Portugis vs Spanyol

Apa yang menarik dari kehadiran pelaut-pelaut Belanda di Filipina dan Borneo adalah karena pelaut-pelaut Belanda terusir dari Manila dan Borneo. Siapa yang mengusir mereka adalah orang-orang Spanyol di Filipina dan orang-orang Portugis di Borneo. Mengapa harus diusir? Untuk mempertahankan wilayah yang sudah lama menjadi kawasan perdagangan Spanyol dan Portugis. Lantas apakah pelaut-pelaut Belanda balas dendam?

Sejak 1570, pelaut-pelaut Spanyol mengunjungi teluk Manila. Ketika terjadi persaingan para pemimpin asli di kawasan, pelaut Spanyol bekerja sama dengan satu pihak. Akhirnya pihak yang dibantu Spanyol menang, lalu pelaut-pelaut Spanyol yang awalnya berada di pulau Mariville membangun benteng di sisi selatan muara sungai Papanga (kini sungai Pasig). Sejak adanya benteng ini, orang-orang Spanyol membentuk koloni baru (setelah koloni pertama di pulau Zebu di benteng San Miguel). Sementara itu, pihak yang dikalahkan di kawasan teluk sudah sejak lama menjalin kerjasama perdagangan dengan pedagang-pedagang Portugis yang berbasis di Malaka (sejak 1511). Kerjasama Portugis di Manila setelah sebelumnya, sejak 1521 pedagang-pedagang Portugis bekerjasama dengan para pemimpin asli di Borneo. Kehadiran Spanyol di kawasan teluk Manila, di lain pihak pengaruh Portugis di Manila dihilangkan.

Dalam posisi Portugis di Borneo dan di Makao dan Spanyol di Zebu dan Manila, pada tahun 1600 pelaut Belanda yang dipimpin oleh Olivier van Noort mencoba mengunjungi teluk Manila. Namun kawasan teluk yang sudah sejak lama dikuasai Spanyol, para penduduk Manila mengusir pelaut-pelaut Belanda. Olivier van Noort segera angkat kaki dari kawasan teluk Manila dan mengarah ke jalur di selat Malaka. Namun lagi-lagi pelaut-pelaut Belanda ini terdesak oleh pelaut-pelaut Portugis yang menyebabkan Olivier van Noort mengarahkan jalur navigasi pelayarannya ke pantai utara Borneo. Namun lagi-lagi Olivier van Noort mendapat perlawanan dari pemimpin lokal di kawasan teluk Brunai menyerang kapal Olivier van Noort pada tanggal 1 Januari 1601 (lihat catatan pada Peta 1601).

Pelaut-pelaut Belanda di Hindia Timur adalah ‘anak kemarin sore’. Pelaut-pelaut yang sudah malang melintang di Hindia Timur adalah pelaut-pedagang Portugis (sejak 1511) dari Malaka hingga Maluku dan dari Makao hingga Maumere dan Mangarai (di pulau Flores). Pelaut-pelaut Spanyol sejak 1521 dan baru intens sejak 1570. Pelaut Belanda kali pertama tiba mengunjungi Hindia Timur di (pelabuhan) Banten pada tanggal 27 Juni 1596. Di pelabuhan ini sudah sejak lama pedagang-pedagang Portugis eksis. Orang Portugis pertama mengunjungi pelabuhan yang baru tumbuh ini adalah Mendes Pinto pada tahun 1539. Namun sejak kehadiran pelaut Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman di Banten, muncul perselisihan antara Portugis dan Belanda yang akhirnya kapal-kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman terus dari teluk Banten dan bergeser ke arah timur, di Zunda Kelapa juga terusir oleh para pemimpin lokal Jacatra (dimana pedagang Portugis eksis), lalu bergeser ke arah timur di Lasem tapi lagi-lagi terusir karena eksistensi pedagang-pedagang Portugis. Akhirnya pelaut-pelaut Belanda ini ingin melanjutkan pelayaran ke Maluku, tetapi karena kerusakan salah satu kapal akhirnya berhenti di seputar pulau Lombok dan setelah membakar kapal yang rusak kemudian dua kapal lainnya singgah di pantai timur pulau Bali pada bulan Februari 1597. Pelaut-pelaut Belanda diterima oleh radja di Bali. Dengan meninggalkan dua pedagang di Bali, pelaut-pelaut Belanda pertama ini kembali ke Belanda melalui selatan Jawa dan Afrika Selatan, tiba di Belanda bulan September 1597. Pelayaran Belanda kedua di bawah pimpinan Jacob van Neck, Wybrand van Warwyck dan Jacob van Heemskerck berangkat dari Texel tanggal 1 Mei 1598 menuju Banten dan mengusir Portugis (dan tiba kembali di Belanda bulan Juli 1599. Dua bulan berikutnya pelayaran Belanda berangkat lagi di bawah pimpinan Olivier van Noort, berangkat dari Rotterdam pada tanggal 2 Juli 1598 dengan empat kapal melalui selatan Amerika (mengikuti rute navigasi Spanyol).

Olivier van Noort tiba di Filipina pada bulan November 1600. Dengan dua kapal (Mauritius dan Eendracht) stay di pulau Marivelle (kini Corregidor Island) di teluk Manila. Pertempuran antara Belanda dan Spanyol tidak terhindarkan, pelaut Belanda berhasil menghancurkan kapal-kapal Spanyol tetapi kapal Eendracht berhasil ditangkap pelaut-pelaut Spanyol pada tanggal 14 Desember 1600. Lalu dengan satu kapal pelaut-pelaut Belanda undur diri dari teluk Manila. Selamatlah pelaut-pelaut Spanyol di teluk Manila.

Seperti sudah disebut di atas, Olivier van Noort segera angkat kaki dari kawasan teluk Manila dan mengarah ke jalur di selat Malaka. Namun lagi-lagi pelaut-pelaut Belanda ini terdesak oleh pelaut-pelaut Portugis yang menyebabkan Olivier van Noort mengarahkan jalur navigasi pelayarannya ke pantai utara Borneo. Namun lagi-lagi Olivier van Noort mendapat perlawanan dari pemimpin lokal di kawasan teluk Brunai menyerang kapal Olivier van Noort pada tanggal 1 Januari 1601 (lihat catatan pada Peta 1601). Kapal Oliver Noort ini kemudian mengarahkan navigasi ke timur Borneo dan berputar arah di sepanjang pantai barat pulau Celebes hingga mencapai Bali.

Olivier van Noort dengan sisa satu kapal kembali ke Belanda dan tiba di Rotterdam pada tanggal 26 Augustus 1601. Pelayaran Olivier van Noort meski tidak berhasil menaklukkan Spanyol dan menguasai (teluk) Manila, namun bagi orang Belanda, pelayaran ini dapat dikatakan sangat bersejarah karena pelayaran pertama Belanda yang mengelilingi dunia (seperti yang pernah dialami oleh pelaut-pelaut Spanyol kali pertama, yang tiba di pulau Zebu pada tahun 1521.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pelaut Belanda Olivier van Noort, 1599-1601: Portugis dan Spanyol Terusir dari Hindia Timur

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar