Laman

Selasa, 25 Mei 2021

Sejarah Bengkulu (1): Bengkulu di Zaman Kuno, Penemuan Candi Mengukur Seberapa Tua Peradaban; Menunggu Temuan Prasasti

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bengkulu dalam blog ini Klik Disini

Di (pulau) Jawa penemuan masih terus berlangsung, meski belum ada penemuan candi di Bengkulu bukanlah ketinggalan kereta. Candi kuno selalu tersembunyi, tidak hanya berada di tengah rimba, juga adakalanya wujudnya tertimbun di bawah permukaan tanah. Semakin tersembunyi suatu candi kuno, semakin sulit ditemukan. Penemuan candi sering terjadi karena tidak sengaja, Penemuan candi yang tidak sengaja di Bengkulu sangat diharapkan dan segera dapat dilaporkan oleh penduduk yang kemudian tentunya akan ditindaklanjuti pemerintah dan akan membantu narasi sejarah zaman kuno. Kita hanya menunggu, akankah ada temuan candi dan apakah ada data yang menjelaskan peradaban zaman kuno di Bengkulu.

Nama Bengkulu diduga berasal dari nama zaman kuno, nama yang sudah dikenal luas di (pulau) Sumatra seperti Bangka, Bangko, Bengkalis dan sebagainya. Tidak diketahui apakah nama Bengkulu yang sekarang dirujuk pada nama Bangkahulu (Bangka Hulu). Yang paling dekat dengan nama Bengkulu adalah pada nama Bangka atau Bangko. Mungkin dapat ditambahkan nama Bangkok. Nama Bangka sendiri merujuk pada nama India (era Hindoe Boedha). Dalam hal ini nama Bengkulu atau Bangka Hulu bisa jadi sebagai nama Bangka pertama di pantai barat Sumatra sebelum dikenal nama itu di pantai timur Sumatra atau Semenanjung. Dari toponimi ini dapat diinterpretasi, wilayah Bengkulu yang sekarang wilayah yang sudah dikenal sejak awal sejarah.

Lantas bagaimana sejarah zaman kuno di provinsi Bengkulu? Seperti disebut di atas wilayah Bengkulu yang sekarang diduga sudah dikenal sejak zaman kuno. Namun yang menjadi pertanyaan adalah setua apa sejarahnya di zaman kuno? Seperti di wilayah lain, untuk mengetahui itu diperlukan data-data sejarah kuno, seperti artefak, prasasti atau bahkan peninggalan struktur seperti candi. Penemuan situs candi di Bengkulu tentunya akan dapat membangkitkan harapan untuk memperkaya narasi sejarah zaman kuno di wilayah Bengkulu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Menunggu Penemuan Candi di Bengkulu: Seberapa Tua Sejarah Zaman Kuno Bengkulu?

Di Bengkulu ada nama danau namanya danau Merah di perbukitan Raje Mandare kawasan Rimba Candi. Tidak jauh dari danau tersebut terdapat danau Pagar Alam. Dua danau ini menjadi batas provinsi Bengkulu di kabupaten Kaur dan provinsi Sumatra Selatan di Kota Pagar Alam. Mengapa rimba tersebut disebut Rimba Candi? Bukit Raje Mandare sendiri dipercaya oleh masyarakat sebagai kawasan candi kerajaan Sriwijaya. berbagai puing bebatuan candi banyak ditemukan. Satu hal yang unik menurut warga bahwa danau Merah berwana merah (sebagaimana danau Kelimutu di Flores).

Kabupaten Kaur (ibu kota di Bintuhan) berbatasan langsung dengan provinsi Lampung di kabupaten Pesisir Barat. Tidak jauh dari batas dua kabupaten beda provinsi ini terdapat danau Rauau, danau besar yang berada di perbatasan antara provinsi Sumatera Selatan di kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan provinsi Lampung di kabupaten Pesisir Barat-kabupaten Lampung Barat. Danau Ranau dan danau Pagar Alam dan danau Merah berada pada garis lurus di sepanjang pegunung Bukit Barisan tidak jauh dari pantai barat Sumatra. Apakah di batas tiga provinsi ini pada masa lampau sebagai awal pusat peradaban zaman kuno di wilayah bagian selatan (pulau) Sumatra? Satu yang tidak bisa diabaikan adalah danau Kembar di dekat pantai di kabupaten Kaur (kecamatan Maje), Danau ini terkesan unik.

Tentu saja di Bengkulu tidak hanya danau Merah, ada banyak danau, tetapi ada danau tepat berada di batas Kota Bengkulu dengan wilayah pedalaman (kabupaten Bengkulu Tengah). Nama danau disebut danau Dendam Tak Sudah. Danau ini meski tidak terlalu besar (sekitar 67 Ha) tetapi dikelilingi empat kecamatan: Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Selebar, dan Kecamatan Talang Empat.

Nama Dendam Tak Sudah tentu saja bukan baru. Nama Dendam Tak Sudah adalah judul sebuah roman berjudul  ‘Hikajat Dendam Tak Soedah, Kalaoe Soedah Merewan Hati’. Roman ini adalah roman pribumi yang diterbitkan di Padang pada tahun 1897. Pengarangnya adalah Haji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, alumni sekolah guru (kweekschool) di Padang Sidempoean 1884. Dja Endar Moeda adalah kakek dari Residen pertama Lampung Mr. Gele Haroen. Namun apakah nama roman lebih dulu ada atau nama danau kurang diketahui jelas, apakah ada hubungan keduanya juga kurang jelas.

Berangkat dari danau-danau di Bengkulu ini sesungguhnya dapat telusuri sejarah zaman kuno. Seperti di wilayah lain (baik di Sumatra, Jawa atau pulau lainnya) danau menjadi awal peradaban di zaman kuno.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Bengkulu Lebih Lanjut

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar