Laman

Senin, 24 Mei 2021

Sejarah Lampungf (1): Sejarah Zaman Kuno Lampung, Ditemukan Prasasti, Apakah Ada Candi? Sebaran Candi di Pulau Sumatra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Lampung tentulah sudah tua. Prasasti-prasasri yang ditemukan di Lampung menjadi bukti awal. Hanya saja prasasti-prasasti itu kurang terinformasikan dan jarang diinterpretasi sebagai bagian dari sejarah zaman kuno di Lampung. Dalam hubungan ini, apakah hanya prasasti saja yang ada di Lampung? Lalu apakah ada candi-candi kuno yang menyertai sejarah peradaban kuno di Lampung tersebut? Tentu saja kita terus menunggu laporan-laporan penduduk yang dapat ditindaklujuti oleh para arkeolog.

Salah satu prasasti yang dikenal luas di Lampung adalah prasasti Pasemah. Prasasti ini ditemukan di sisi sungai Way Pisang, kini masuk wilayah desa Palas Pasemah, kecamatan Palas, kabupaten Lampung Selatan. Prasasti ini terdiri dari 13 baris dengan aksara Pallawa bahasa Sanskerta (Melayu Kuno). Berdasarkan keterangan pada masa ini, prasasti berasal dari abad ke-7. Isinya mengenai penaklukan daerah Lampung dan kutukan pada siapa saja yang berani memberontak (kerajaan) Sriwijaya.

Lantas bagaimana sejarah prasasti-prasasti di Lampung? Apakah sejarah Lampung terkait dengan sejarah Sriwijaya? Lalu apakah keberadaan prasasti di Lampung memiliki peninggalan zaman kuno yang lain seperti candi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu saja tidak penting-penting amat, tetapi jika digabungkan untuk menjawab satu pertanyaan tunggal  bisa memiliki makna: Apakah sejarah Lampung bermula di danau Ranau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Danau Ranau di Lampung: Prasasti Pasemah

Pada tahun 1935, Dr FM Schnitger, kepala dinas kepurbakalaan di Palembang menerima laporan bahwa ditemukan, bukan patung, tetapi batu berbentuk gajah di dataran Pasemah (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 19-12-1935). Batu yang disebut Batoe Gadjah itu yang diduga berasal dari zaman megalitik (prasejarah). Batu itu tepatnya berada di dusun Pagar Gading di tempat sepi di hutan bambu dekat danau kecil. Gajah itu berbaring dengan gambar prajurit di kedua sisi yang diukir dari batu andesit dan memiliki panjang 2,17 meter yang mana kepala gajah terkesan dibuat orang yang mahir.

Satu yang penting dari batu gajah itu adalah sosok prajurit di kedua sisi, yang membawa pedang simetris bilateral yang lebar di sabuk, tetapi tidak menyerupai senjata yang dikenal di daerah Lampung saat ini sebagai keris atau rentjong. Pengamat membandingkan batu gajah di Lampung itu dengan disertasi yang ditulis oleh Dr. Thomassen a Theussink van der Hoop, mantan pilot Hindia Belanda yang saat ini bekerja di Dinas Arkeologi di Batavia, yang mana gambar prajurit semacam itu ada juga yang terdapat di Museum Hanoi, karena itu mungkin untuk menyimpulkan bahwa para pejuang yang gambarnya muncul di Batu Gadja diduga kuat berasal dari Indo-Cina atau Tiongkok Selatan. Batu itu diduga telah memainkan peran ritual dan simbolik dalam kehidupan orang-orang ini dan digunakan untuk pemakaman kepala suku.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Prasasti Lampung: Apakah Ada Candi di Martapura?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar