Laman

Minggu, 02 Mei 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (55): Sejarah Non-Blok Indonesia Konteks Pertahanan; Sekutu Membagi Indonesia Barat dan Timur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Baru-bari ini seorang analisis (pertahanan) militer Connie Rahakundini Bakrie berpendapat bahwa dalam mengantisipasi kemungkinan bentrok antara China dan Amerika Serikat di Lautan ‘Laut China’ Pasifik ada baiknya Indonesia mengaplikasikasikan strategi Non-Blok dalam bidang pertahanan dengan mengerjaksamakan Indonesia Bagian Barat dengan China dan Indonesia Bagian Timur dengan Amerika Serikat. Apa bisa, iya? Nah, itu di pertanyaannya.

China jelas memiliki kubu (blok) pertahanan sendiri, Amerika Serikat juga pun demikian. Indonesia dengan banyak negara lain berada pada kelompok Non-Blok. Diantara negara-negara Non-Blok juga ada yang membuat kerjasama pertahanan dengan negara lain. Dalam konteks inilah Connie Rahakundini Bakrie mewacanakan. Sementara Indonesia selama ini kebijakan luar negerinya selalu mengacu pada strategi Non-Blok tersebut. Gerakan Non-Blok sendiri lahir dari adanya persaingan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuan Gerakan Non Blok ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial serta politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sedangkan, tujuan Gerakan Non Blok ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Timur dan Blok Barat. Tujuannya untuk menuju perdamaian dan keamanan dunia.

Lantas mengapa Connie Rahakundini Bakrie mengaplikasikasikan strategi Non-Blok dalam bidang pertahanan dengan mengerjaksamakan Indonesia Bagian Barat dengan China dan Indonesia Bagian Timur dengan Amerika Serikat? Sekali lagi itulah pertanyaannya. Lalu seperti apakah sejarah awal pertahanan dunia sehingga melahirkan gagasan Gerakan Non-Blok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber sejak tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Perang Dunia: Sejak Hindia Belanda hingga Republik Indonesia

Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang di Indonesi, bahkan sejak era VOC, kapal-kapal Amerika Serikat (via Afrika Selatan) hilir mudik antara kota-kota pelabuhan pantai timur Amerika Serikat dengan Batavia (kini Jakarta). Amerika Serikat lebih dulu mengenal Indonesia daripada Filipina. Keberadaan Amerika Serikat di Pasifik, termasuk Asia Tenggara (Indonesia dan Filipina) bermula ketika Amerika Serikat dengan sangat tergesa-gesa melakukan invasi di pulau-pulau kecil di Pasifik dan (kepulauan) Filipina pada bulan Juni 1898.

Invasi Amerika Serikat di Filipina membuat negara-negara molohok. Tidak ada angin tidak ada hujan. Bahkan Gubernur Spanyol di Filipina tidak tahu apa yang menjadi pangkal masalah hingga angkatan laut Amerika Serikat membombardi Manila dan menduduku Capite di teluk Manila. Surat kabar Opregte Haarlemsche Courant, 14-06-1898 memberitakan bahwa ‘angkatan laut Amerika Serikat berangkat dari Havana dengan 11 kapal. Selain Guam juga angkatan laut Amerika Serikat akan  melakukan serangan di Cavite (baca: Teluk Manila). Alasan Amerika disebutkan serangan ke Pasifik ini sebagai penebusan karena penderitaan rakyat Cuba yang miskin tertindas (di bawah kekuasaan Spanyol). Amerika Serikat akan tumbuh dengan baik jika digabungkan kepulauan di Pasifik barat yang membentuk link dalam rantai deposit batubara dan stasiun maritim yang juga dapat menghubungkan tanah air Monroe dengan Timur Jauh. Disebutkan bahwa publik masih belum memahami mengapa Paman Jonathan bisa memulai perang dengan begitu tergesa-gesa, begitu sedikit kesiapannya’.

Pendudukan Guam (Kepulauan Mariana) pada tanggal 20 Juni  1898 dan serangan segera ke Manila (kepulauan Filipina) bermula ketika dua bulan sebelumnya Amerika Serikat terlibat perang di Cuba, yang mana para pemimpin Cuba melakukan perlawanan kepada Spanyol. Sementara perang masih berlangsung di Cuba, sebanyak 11 kapal Amerika Serikat menuju Pasifik untuk menduduki (invasi) pada wilayah-wilayah koloni Spanyol. Beberapa hari setelah pendudukan Filipina, Presiden Amerika Serikat mengatakan:

Presiden McKinley berpidato pada Hari Kemerdekaan Amerika Serikat (7 Juli 1898) mengatakan bahwa rakyat Amerika harus berterima kasih kepada Tuhan atas kemenangan yang diperoleh melalui darat dan laut dan memohon kepada-Nya atas bencana besar yang dibawa perang, segera untuk berakhir. Semoga Dia segera mengembalikan ke tanah air tercinta kita berkat kedamaian, kepada semua penghuni negeri yang sekarang dinaturalisasi sebagai akibat dari perang, memulihkan hak istimewa yang tak ternilai untuk keselamatan dan istirahat serta kemakmuran. Presiden juga menyatakan siap berunding dengan Spanyol (lihat Algemeen Handelsblad, 10-07-1898).

Apa yang dilakukan (pemerintah) Amerika Serikat terhadap Filipina di Pasifik (tetangga Hindia Belanda-Indonesia) di luar nalar, hanya karena semata-mata karena urusan internal (permasalahan) antara (kerajaan) Spanyol dengan para pemimpin lokal di wilayah koloninya. Amerika Serikat hanya berdalih sebagai penebusan karena penderitaan rakyat Cuba yang miskin tertindas (di bawah kekuasaan Spanyol). Jelas dalam hal ini Amerika Serikat telah bersikap arogan. Namun tujuan utamnya seperti disebut Presiden Amerika Serikat untuk memulihkan hak istimewa yang tak ternilai untuk keselamatan dan istirahat serta kemakmuran yang mana Amerika Serikat akan tumbuh dengan baik jika digabungkan kepulauan di Pasifik barat yang membentuk link dalam rantai deposit batubara dan stasiun maritim yang juga dapat menghubungkan tanah air Monroe dengan Timur Jauh.

Pada saat itu Spanyol mulai melemah dan posisi lemah, sementara Amerika Serikat. yang pernah terjajah dan melakukan perang kemerdekaan melawan Inggris dan merdeka 4 Juli 1776, sedang on fire baik kemajuan dalam negeri maupun (sistem) pertahanan (militer) menjadi penjajah baru (mengikuti negara-negara besar Eropa, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris dan Prancis). Kehadiran Amerika Serikat di dalam daftar penjajah (baru) ibarat gajah (Spanyol) lawan gajah (Amerika Serikat), pelanduk yang terinjak (Cuba dan Filipina). Dua gajah ini tentu saja hanya memiliki satu motif: keserakahan. Hanya saja Amerika Serikat datang dengan dalih untuk mengentaskan penduduk wilayah (negara) miskin dari penindasan Spanyol. Negara-negara besar seperti Inggris (koloni di Semenanjung), Belanda (Indonesia) dan Prancis (Indochina) tidak bisa berbuat banyak, melawan Amerika Serikat yang lagi on fire hanya menimbulkan masalah sendiri.

Invasi Amerika Serikat ke Pasifik barat di Filipina (termasuk Guam) menjadi pangkal perkara pengaruh Amerika Serikat di Jepang, Korea dan China. Bukan pengaruh perang (militer) tetapi pengaruh sosial (pendidikan, kesehatan dan agama). Sistem pendidikan Amerika Serikat diadopsi di negara-negara Asia Timur tersebut. Namun diantara tiga negara Asia Timur ini Jepang belajar cepat (mengikuti sejarah awal kemajuan Amerika Serikat) dan mulai memahami geopolitik Amerika Serikat di kawasan Pasifik barat. Minat Jepang untuk melakukan invasi mulai timbul dengan dua tujuan: menyingkirkan Amerika Serikat dan mengeksploitasi kekayaaan negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara.

Dampak kehadiran Amerika Serikat di Pasifik barat (terutama) di seputra Laut Cina dan motif Jepang untuk ekspansif mulai dirasakan di Filipina. Manuel L. Quezon, Presiden Senat (Filipina) di bawah pemerintahan Amerika Serikat (Gubernur Jenderal) dalam kongres rakyat di London yang dihadiri pakar dan pemerhati internasional pada tahun 1911, menyuarakan pendapat bahwa Amerika Serikat harus segera keluar dari Amerika Serikat dan memberikan kemerdekaan kepada Filipina (lihat De Nederlander, 18-05-1911). jika tidak maka Jepang akan melakukan invasi di Asia (termasuk Filipina) yang bentrok adalah Amerika Serikat dan Jepang dan yang menderita adalah rakyat Filipina. Pakar lain ada juga yang mengatakan kemungkinan munculnya motivasi Jepang untuk invasi karena dilandasi kemajuan dan ingin lebih maju yang dengan sendirinya membutuhkan resource di atas wilayah Jepang yang padat populasi. China sendiri baru terbentuk sebagai negara Republik pada tahun 1912 (oleh revolusioner China Sun Yat Sen).

Motivasi Jepang untuk invasi di Asia, yang disampaikan Quezon dari Filipina terlamat direspon Amerika Serikat yang baru tahun 1935 Amerika Serikat memberikan kemerdekaan Filipina. Sudah sangat terlambat, respon Amerika Serikat itu, karena Jepang sudah menggurita dan sudah mulai memprovikasi perang Pasifik. Amerika Serikat telah mendapat saingan baru (sejak arogansi Amerika Serikat invasi ke Pasifik barat pada tahun 1898). Para pemerhati internasional melihat gelagat Jepang ini sangat nyata karena saingannya Amerika Serikat dalam posisi lemah karena jarak geografis Amerika Serikat yang jauh ke Pasifik barat (relatif wilayah geografis Jepang di Asia). Aliansi stratgis Jepang dengan Jerman dan Italia menjadi momok bagi Amerika Serikat yang merasa dirinya sebagai pemimpin Sekutu (pasca Perang Dunia I).

Jepang dan Amerika Serikat adalah dua gajah baru dalam peta dunia sejak era kolonisasi Portugis dan era VOC. Tidak hanya pelanduk Filipina (persemakmuran Amerika Serikat) yang akan terinjak dalam perseteruan baru dua gajah ini. Juga yang akan ikut terinjak adalah Inggris di Semenanjung dan Borneo Utara, Prancis di Indochina dan Belanda di Indonesia serta Portugis di Makao dan Timor bagian timur (kini Timor Leste). Jepang sangat berambisi membentuk Asia Raya (Asia Timur dan Asia Tenggara). Langkah pertama Jepang adalah gerakan militer Jepang di Korea dan invasi ke Mansuria (Tiongkok) tahun 1937. Kini giliran Amerika Serikat yang molohok.

Jepang semakin berambisi di Asia, di Eropa kekuatan Jerman dan Italia menjadi ancaman besar pada negara-negara tetangga. Amerika Serikat yang menjadi pemimpin Sekutu dalam skala dunia mulai ciut nyali. Perhatian Amerika Serikat terbagi (antara Asia dan Eropa). Rasa galau Amerika Serikat ini dapat dipahami oleh Jepang. Di atas jago masih ada jago.

Tunggu deskripsi lengkanya

Gerakan Non-Blok: Apakah Dunia Telah Berubah?

Tunggu deskripsi lengkanya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar