Laman

Minggu, 29 Agustus 2021

Sejarah Makassar (51): Bantaeng, Pelabuhan Era Zaman Kuno di Pantai Selatan Sulawesi; Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Aru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Bantaeng, bukanlah nama baru, tetapi nama yang sudah tua dan sudah eksis sajak zaman kuno di pantai selatan Sulawesi. Nama Bantaeng, sudah diidentifikasi di dalam teks Negarakertagama (1365) sebagai Bontayan. Nama yang lain yang juga diidentifikasi adalah Nama Makassar, Solaya (Selayar), Butun (Buton), Luwuk (Luwu) dan Banggawi (Banggai). Ini mengindikasikan bahwa nama Bantaeng adalah nama pelabuhan penting pada era Majapahit. Nama lain yang diidentifikasi di kepulauan Maluku adalah Maluku sendiri (Ternate), Ambawan (Ambon), Seram, Muar dan Wanda (Banda). Identifikasi ini berdasarkan sudut pandang dari (arah) Jawa.

Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1298. Kerajaan ini didirikan setelah era Kerajaan Singhasari berakhir setelah rajanya yang terkenal Kertanegara tewas. Kerajaan Singhasari didirikan tahun 1222. Kerajaan Singhasari pada era Raja Kertanegara bekerjasama dengan Kerajaan Aru di muara sungai Barumun, pantai timur Sumatra. Pasca Invasi (kerajaan) Chola dari India selatan, para pemimpin Kerajaan Aru menghianati Hindoe, dan kembali dengan ajaran Boedha tetapi dengan sekte yang baru (Bhairawa). Wujud dari sekte Bhairawa ini adalah pemujaan terhadap leluhur dan adanya pengorbanan. Bukti-bukti itu masih dapat diperharikan pada prasasri dan candi-caandi di Padang Lawas (daerah aliran sungai Barumun). Invasi Chola dimulai pada tahun 1025 (berdasarkar prasasti Tanjore 1030). Raja Kertanegara dari Singhasari menurut Schnitger (1936) adalah salah satu pendukung fanatik agama Boedha Batak sekte Bhairawa. Raja terkenal lainnya pendukung fanatik sekte Bhairawa adalah Adityawarman (meninggal 1375). Candi yang dibangun semasa Kertanegara adalah satu-satunya corak candi berbeda dengan candi-candi di Jawa Timur (corak yang mirip dengan candi-candi di Padang Lawas). Kerajaan Aru dengan ibu kota di Binanga (muara sungai Pane di sungai Barumun) masih eksis hingga era Majapahit. Kerajaan Aru baru memudar pada era Portugis.

Lantas bagaimana sejarah Bantaeng di pantai selatan Sulawesi? Seperti disebut di atas Bantaeng adalah nama kuno yang paling tidak telah dicatat pada era Majapahit yang terdapat dalam teks Negarakertagama (1365). Saat itu Raja Majapahit adalah Hayam Wuruk, sementara patihnya yang terkenal Gajah Mada disebut meninggal dua tahun sebelum teks Negarakertagama ditulis. Lalu apakah Bantaeng terhubung dengan Kerajaan Aru dan Kerajaan Majapahit? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

 

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Bantaeng: Kota Pelabuhan Kuno di Pantai Selatan Sulawesi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bantaeng pada Era VOC dan Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar