Laman

Minggu, 01 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (97): Perbatasan Timor di Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka; Eksklave Oecussi-Ambeno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Perbatasan Indonesia di Nusa Tenggara Timur berbagi pulau Timor dengan negara Timor Leste. Batas-batas negara ini kini di sisi timur kabupaten Belu dan kabupaten Malaka. Disamping itu ada bagian negara Timor Leste berada di wilayah Indonesia yang disebut eksklave Oecussi-Ambeno (diapit oleh kabupaten Kupang dan kabupaten Timor Tengah Utara). Perabatasan ini sudah eksis sejak era Belanda (VOC)-Portugis.

 

Pada masa kini sudah dibangun jalan paralel perbatasan di sisi Indonesia di siis timur kabupaten Belu dan kabupaten Malaka. Dengan adanya akses jalan ini tidak hanya menghubungkan dengan mudah tempat-tempat di pedalaman (membuka isolasi), juga akan dimungkinkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Jalan perbatasan NTT-Timor Leste ini dikenal sebagai Sabuk Merah Sektor Timur dari Belu hingga Malaka. Berdasarkan informasi dari Kementerian PUPR pembangunan jalan paralel perbatasan provinsi NTT  sepanjang 179,99 Km. Yang sudah teraspal, hingga 2019 mencapai sepanjang 145,17 Km. Sedangkan pada 2020 direncanakan jalan yang sudah aspal akan bertambah dan sedang dikerjakan menjadi sepanjang 164,57 Km, sehingga sisanya akan dituntaskan pada 2021 ini. Sepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur tersebut akan dibangun sebanyak 41 buah jembatan dengan panjang 1.599.

Lantas bagaimana sejarah perbatasan Indonesia di pulau Timor? Seperti disebut di atas, bahwa pada masa kini sudah mulai ada akses dengan dibangunnya jalan paralel di wilayah Indonesia. Namun sebelum mencapai kemajuan itu seperti apa situasi dan kondisi di wilayah perbatasan Indonesia di pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perbatasan Indonesia di Pulau Timor

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pembukaan Akses Pembangunan Jalan Paralel Perbatasan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar