Laman

Selasa, 14 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (110): Sejarah Penelitian di Indonesia; Dari Kronik Zaman Kuno hingga Penerbitan Jurnal Ilmiah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah penelitian di Indonesia? Tentu saja tidak ada yang pernah memikirkan dan menulisnya. Apalagi bagaimana (semua) itu berawal. Namun, sejarah tetaplah sejarah. Sejarah tentang penelitian (sejarah) sendiri. Kita, masa kini hanya sekadar follower, hanya bisa menulis sejarah. Tidak pernah berpikir bagaimana semua berawal, bagaimana kegiatan penelitian sejarah bermula. Faktanya, kita kini banyak menggunakan data dari para pendahulu sebagai bahan untuk menulis sejarah.

 

Topik ini pada dasarnya sudah pernah disinggung sedikit pada blog ini beberapa waktu yang lalu dengan judul: ‘Sejarah Menjadi Indonesia (74): LIPI dan Radermacher; Bataviaasch Genootschap der Kunsten en Wetenschappen di Batavia 1778’. Namun bagaimana sejarah penelitian itu sendiri belum dideskripsikan lebih lanjut. Lantas apa pentingnya sejarah penelitian ditulis? Nah, itu dia. Pertanyaan itu kurang lebih sama dengan pertanyaan mengapa kita kini harus menulis sejarah (masa lampau). Tentu saja dua pertanyaan itu dapat digabung sehingga kita dapat memahami bagaimana sejarah berlangsung di satu sisi dan bagaimana sejarah penulisan sejarah itu berlangsung. Keutamaan memahami sejarah penelitian dan penulisan sejarah, karena memberi perspektif bagi kita pada masa ini bahwa data sejarah saling terkait (berkesinambungan) yang dalam hal ini kita yang berminat menulis sejarah lebih memahami bagaimana peran kita masa ini sebagai bagian yang tidak terpeisahkan dari generasi terdahulu.

Lantas bagaimana sejarah penelitian (sejarah) di Indonesia? Seperti disebut di atas, sebelum kita masa kini, sudah ada para pendahulu yang memulainya, bahkkan mereka telah merintis dalam pembentukan jurnal ilmiah. Namun sangat minim kerterangan bagaimana para pendahulu memulai pekerjaan dan mempertahankaknya sehingga tersambung dengan masa kini. Seperti kata para ahli tempo doeloe, sejarah tidak berdiri sendiri. Sejarah bersifat historis dan memiliki relasi satu sama lain (secara vertikal dan secara horizontal). Seperi kata ahli sejarah tempo doeloe lagi bahwa sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejarah selalu ada mulanya sebagaimana dikatakan ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Awal dan Jurnal Ilmiah: Kronik Zaman Kuno hingga Jurnal Ilmiah

Pada tahun 1838 untuk kali pertama terbit sebuah jurnal ilmiah di Batavia. Jurnal ilmiah ini berjudul Tijdschrift voor Neerland’s Indie (Majalah untuk Hindia Belanda). Tahun ini adalah tahun berakhirnya Perang Padri. Pada edisi pertama antara lain tentang pejalanan GG van Imhoff ke Jepang 1746 dan perjalanan Dr Muller ke Sumatra di Mandailing en Angkola. Dalam edisi pertama ini juga termasuk saduran dari artikel yang terbit di Eropa dan satu paket puisi.

Surat kabar pertama di Batvia terbit pada tahun 1744. Pada tahun 1778 Radermacher berinisiatif mendirikan lembaga ilmu pengetahuan Batavia. Lembaga ini menerbitkan suatu publikasi risalah-risalah yang secara berkala. Banyak tulisan Radermacher yang juga bertindak sebagai kepala editor. Artikel-artikel yang ditebitkan tentang penyelidikan situasi dan kondisi wilayah hanya dalam bentuk reportasi, suatu laporan perjalanan yang pernah dikunjunginya. Meski demikian, isinya masih dapat dimanfaatkan pada masa ini. Saya juga banyak mengutipnya. Sementara itu, para penulis atau peneliti luar sudah mulai hadir, terutama orang-orang Inggris yang umumnya berbasis di India. Salah satu penulis dan peneliti Inggris yang perlu disebut adalah William Marsden yang hasil penyelidikannya berjudul The History of Sunatra diterbitkan pada tahun 1781. Beberapa tahun sebelumnya (1779) James Cook menerbitkan hasil ekspedisinya tentang Australia dan Pasifik yang mana James Cook juga dalam persiapan ekspedisi itu dimulai dari Jawa. Tentu saja juga sudah sejak lama jurnal ilmiah Inggris yang khusus India, tetapi jurnal ilmiah yang khusus untuk Indonesia (baca: Hindia Timur) belum ada. Hanya risalah-risalah Radermcaher dkk dalam bentuk berkala yang secara tetap terbit. Pasca bubarnya VOC, dengan terbentuknya Pemerintah Hindia Belanda (Prancis) yang dipimpin GG Daendels kembali terbit surat kabar pada tahun 1810. Namun tidak lama terbit karena terjadi pendudukan Inggris yang menerbitkan surat kabar berbahasa Inggris (1811-1816). Pada fase ini, Luitenan Gubernur Jenderal Raflles melakukan penyelidikan di Jawa yang terbit sebagai buku dengan judul The History of Java (1817).

Majalah atau jurnal Tijdschrift voor Neerland’s Indie sesungguhnya tidak berupa jurnal limiah, tetapi lebih pada semacam majalah ilmiah (semi jurnal ilmiah). Namun demikian, isi artikel-artikelnya juga ada yang berbobot sebagai hasil suatu penyelidikan ilmiah. Seperti artikel Dr Muller dalam perjalanan ke Angkola Mandailing meski ditulis dengan gaya narasi majalah, tetapi sesungguhnya itu adalah perjalanan penyelidikan ilmiah segera Perang Padri berakhir dengan misi penyelidikan geologi, flora dan fauna.

Tidak diketahui secara jelas mengapa penyelidikan ilmiah terbilang yang pertama ke Angkola Mandailing (Tapanuli), bahkan dibandingkan di Jawa. Dr. Muller seorang ahli geologi Jerman yang dikontrak Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1772 seorang bitanis Inggris Charles Miller pernah melakukan survei ke Angkola (dari teliuk Tapanoeli) dan menemukan harta karun stok kulit manis di Angkola yang melimpah yang bahkan batang kulit manis yang ditemukannya ada yang diameternya mencapai dua meter. Charles Miller adalah orang Eropa petama yang memasuki pedalaman Tanah Batak di Angkola. Ekspedisi botani  Charles Miller ini juga masuk di dalam buku William Marsden. Apakah faktor Charles Miller ini yang menyebabkan Pemerintah Hindia belanda mengirim Dr Muller segera ke Angkola (dan Mandailing) segera setelah Perang Padri berakhir? Namun yang jelas, hasil laporan Dr Muller ini difollow-up lagi pada tahun 1840 dengan mengirim dua orang Jerman ke Angkola. Yang pertama seorang geolog handar FW Jung Huhn dan seorang pelukis terkenal Rosenberg. Laporan FW Jung Huhn ini kemudian diterbitkan.

Terbitnya jurnal Tijdschrift voor Neerland’s Indie telah menandai dunia ilmiah di Hindia Belanda secara masif. Penyelidikan-penyelidikan ilmiah yang dilakukan secara individu selama ini seperti Dr Muller dan sebagainya (yang umumnya dalam bentuk buku) telah memperluas ruang publik untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di Hindia Belanda. Sebagai bentuk jurnal, penerbitannya menjadi lebih intens. Keutamaan jurnal dibandingkan buku, karena jurnal diterbitkan beberapa kali dalam setahun dan kontrubutornya juga banyak penulis dengan berbagai topik. Dengan terbitnya jurnal Tijdschrift voor Neerland’s Indie dunia ilmu pengetahuan melalui penelitian di Hindia Belanda semakin semarak. Dunia baru penelitian di Hindia Belanda sudah dimulai.  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Para Peneliti dan Sejarawan Tempo Doeloe: Kita Bukan Leader Tetapi Followers

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar