Laman

Jumat, 24 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (131): Sekolah dan Sejarah Indonesia;Pelajaran Sejarah dan Pembentukan Minat Siswa Belajar Sejarah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apa hubungan sejarah Indonesia dan sekolah? Bukan pertanyaanya di situ. Seharusnya sekolah (sekolah menengah SMP dan SMA) adalah tempat yang ideal untuk memperkenalkan sejarah Indonesia kepada golongan muda. Namun pelajaran sekolah tentulah tidak cukup, tetapi ada upaya pembentukan minat untuk memahami sejarah dalam arti yang sebenarnya. Mereka harus mengenal sejarah di lingkungan mereka )kabupaten/kota). Dengan demikian materi sejarah nasional Indonesia dapat memberi makna yang lebih mendalam (nyata) karena mereka bisa membandingkan sejarah di tempat lain dengan sejarah yang mereka dapat saksikan di sekitar.

Pada masa kini majalah dinding (mading) di sekolah (terutama SMA) mungkin tidak ada lagi di karena kegiatan itu boleh jadi sudah dialihkan ke platform medsos seperti blog atau facebook. Tapi itu makna tetap sama. Majalah dinding adalah ruang ekspresi dan berkereasi siswa. Pada era mading, yang kerap ditampilkan adalah cerita pendek, puisi, fotografi, laporan perjalanan (adventure) dan sekali-sekali ringkasan lomba karya ilmiah. Boleh jadi sangat jarang terutama laporan-laporan wisata atau penyelidikan sejarah (touring). Kegiatan touring (wisata dan penyelidikan sejarah) umumnya terjadi pada komunitas sejarah (yang mana sangat jarang siswa sekolah berpartisipasi). Boleh jadi kurangnya laporan touring wisata dan penyelidikan sejarah, karena guru sejarah lebih fokus bagaimana menghapal isi buku pelajaran sekolah. Dalam konteks ini, sesungguhnya ada peluang membangkitkan minat para siswa untuk belajar sejarah, yang mengkombinasikan isi pelajaran sejarah nasional dengan sejarah lokal. Touring wisata dan penyelidikan sejarah lokal dalam hal ini seharusnya dapat mengisi kegiatan mading di sekolah..

Lantas bagaimana hubungan sekolah dan peminatan pelajaran sejarah? Seperti disebut di atas, tempo doeloe mading adalah sarana, tetapi mungkin sangat kurang maksimal. Dengan dunia internet sekarang (medsos) peluang pelajaran sejarah di sekolah dapat lebih dimaksimalkan. Yang jelas sejak tempo doeloe kegiatan ekstrakurikuler sekolah yang terkait sejarah kurang terinformasikan. Yang banyak terinformasikan adalah kegiatan seperti olah raga, pramuka dan seni (sastra, musik dsb). Lalu bagaimana dengan bidang peminatan sejarah, terutama sejarah lokal. Nah, itu dia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sekolah dan Sejarah Indonesia: Sejak Era Hindia Belanda

Pelajaran sejarah di sekolah sebenarnya sudah sejak lama diperkenalkan. Paling tidak pelajaran sejarah ini diajarkan di sekolah guru Kweekschool Tanobato yang diasuh oleh Sati Nasution alias Willem Iskanden (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865). Pelajaran sejarah ini tampaknya sudah satu paket dengan pelajaran geografi. Lantas apa pentingnya pelajaran sejarah diajarkan di sekolah? Pelajaran yang disejajarkan dengan aritmatika, ilmu alam, prinsip-prinsip fisika, sejarah, geografi, matematika dan bahasa. Tentulah ada maksudnya. Pelajaran-pelajaran ini mengikuti kurikulum di Eropa/Belanda. Willem Iskander mendapat akte guru di Belanda (lulus 1861)

Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865: Izinkan saya mewakili orang yang pernah ke daerah ini. Di bawah kepemimpinan Godon daerah ini telah banyak berubah, perbaikan perumahan, pembuatan jalan-jalan. Satu hal yang penting tentang Godon telah membawa Willem Iskander studi ke Belanda dan telah kembali kampungnya. Ketika saya tiba, disambut oleh Willem Iskander, kepala sekolah dari Tanabatoe diikuti dengan enam belas murid-muridnya, Willem Iskander duduk di atas kuda dengan pakaian Eropa murid-muridnya dengan kostum daerah….Saya tahun lalu ke tempat dimana sekolah Willem Iskander didirikan di Tanobato…siswa datang dari seluruh Bataklanden…mereka telah diajarkan aritmatika, ilmu alam, prinsip-prinsip fisika, sejarah, geografi, matematika…bahasa Melayu, bahasa Batak dan bahasa Belanda….saya sangat puas dengan kinerja sekolah ini’.

Hingga tahun 1866, baru empat sekolah guru di Hindia Belanda. Sekolah guru (kweekschool) yang pertama didirikan di Soerakarta (1851), lalu disusu di Fort de Kock, Residentie Padangsche Bovenlanden (1856) dan kemudian disusul di Afdeeling Angkola Mandialin en Angkola, Residentie Taopanoeli serta di Bandoeng (Rasidentie Preanger). Namun di natara empat sekolah guru ini, sejauh data yang tersedia, hanya di sekolah guru Tanobato pelajaran sejarah diajarakan. Lantas sejak kapan pelajaran sejarah diajarkan secara nasional di sekolah di seluruh Hindia Belanda?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pelajaran Sejarah dan Pembentukan Minat Siswa Belajar Sejarah

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar