Laman

Senin, 27 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (137): Pers dan Kongres Mahasiswa Tempo Dulu; Indische Vereeniging hingga Perhimpunan Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam perjuangan menjadi Indonesia, pers mahasiswa dan organisasi mahasiswa pribumi juga aktif berpartsipasi dalam Kongres Mahasiswa. Pers mahasiswa adalah pers yang terdapat di lingkungan mahasisa dan kongres mahasiswa adalah kongres yang terjadi antara organisasi-organisasi mahasiswa. Organisasi mahasiswa pribumi pertama dibentuk di Belanda yang didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Dalam perkembangannya menyusul mahasiswa-mahasiswa Belanda yang berasal dari Hindia juga membentuk organisasi. Demikian juga organisasi mahasiswa Cina yang juga asal Hindia. Dalam konteks inilah terbentuk pers mahasiswa dan diselenggarakannya Kongres Mahasiswa (suatu kongres mahasiswa yang dianggap pertama di dunia).

Seperti halnya di Belanda tidak ada organisasi mahasiswa Belanda, demikian juga di Indonesia (baca: Hindia Belanda) tidak ada organisasi mahasiswa pribumi. Yang ada adalah organisasi mahasiswa Belanda, mahasiswa Cina dan mahasiswa pribumi asal Hindia Belanda (baca: Indonesia) di Belanda. Mengapa begitu? Yang jelas bahwa ketiga organisasi mahasiswa ini sama-sama memperjuangkan untuk kepentingan masing-masing di Hindia Belanda. Mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam tiga organisasi mahasiswa tersebut, bukan mahasiswa Belanda, tetapi mahasiswa asal Hindia Belanda di Belanda yang terdiri dari tiga faksi: mahasiswa Belanda, mahasdiswa Cina dan mahasiswa pribumi. Oleh karena tiga organisasi ini didirikan di Belanda, maka ketiganya pernah berkongres di Belanda. Dalam kongres ini ketiga organisasi ini masing-masing memperjuangkan kelompoknya. Kongres yang terbilang heboh adalah kongres yang diselenggarakan tahun 1919. Tiga mahasiswa pribumi yang paling vokal dalam kongres tersebut adalah Sorip Tagor Harahap, Dahlan Abdoellah dan Raden Goenawan. Ketua kongresnya adalah HJ van Mook yang kelahiran Semarang (kelak mennjadi Letnan Gubenrur Jenderal NICA 1944-1948). Lho, koq! Nah, itu dia.

Lantas bagaimana sejarah pers mahasiswa dan kongres mahasiswa? Seperti disebut di atas pers mahasiswa dan kongres mahasiswa hanya terjadi di Belanda. Di Indonesia (baca: Hindia Belanda) yang ada adalah pers pribumi dan kongres pribumi (tidak ada Belanda dan Cina). Pers mahasiswa pribumi berbaur dengan pers pribumi dan kongres mahsiswa digabungkan dengan kongres pribumi. Lalu bagaimana sejarah pers mahasiswa dan kongres mahasiswa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pers Mahasiswa dan Kongres Mahasiswa Era Hindia belanda

Pers tempo doeloe diasosiasikan dalam konteks industri (hubungan) pemberitaan (koran dan radio). Dalam hubungan (industri) pemberitaan ini terjadi persaingan, tidak hanya soal industri (iklan) juga perihal kepentingan (termasuk isu politik). Oleh karena itu diantara surat kabar atau radio yang bersinggungan kerap terjadi polemik (yang sahut menyahut). Pada pers pribumi sudah mulai terjadi sejak 1900 yang diperankan oleh surat kabar berbahasa Melayu investasi pribumi yang terbit di Padang yang dipimpin oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda. Dja Endar Moeda tidak hanya menyampaikan pesan di surat kabarnya jyga beberapa kali mengirim artikel ke surat kabar berbahasa Belanda investasi Eropa/Belanda. Hal serupa ini juga terjadi pada pers mahasiswa di Belanda.

Organisasi mahasiswa pribumi didirikan di Belanda tahun 1908 atas inisiatif Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dengan nama Indische Vereeniging (yang mana presiden pertama Soetan Casajangan). Sejak 1903 Soetan Casajangan sudah aktif sebagai bagian dari redaksi surat kabar dwimingguan berbahasa Melayu yang terbit di Belanda yang oplag terbesarnya di Hindia. Soetan Casajangan adalah adik kelas Dja Endar Moeda yang sama-sama alumni sekolah guru (kwekschool) di Padang Sidempoean. Indische Vereeniging dalam perkembangannya memiliki media (majalah) sendiri yang menyuarakan kepentingan mahasiswa dan kepanting penduduk pribumi di Hindia Belanda. Seiring dengan dinamika ini, organisasi mahasiswa Belanda dan organisasi mahasiswa Cina asal Hindia terbentuk di Belanda.

Sehubungan dengan terbentuknya organisasi mahasiswa pribumi (Indische Vereeniging) di Belanda, sejak 1908, riak-riak polemik diantara kelompok mahasiswa di Belanda mulai muncul. Mahasiswa-mahasiswa pribumi mulai terbuka dalam perjuangan, baik melalui konferensi pers maupun dalam berbagai artikel yang ditulis dalam majalah organisasi. Intensitas pers mahsiswa pribumi ini mulai meningkat pada era kepenguruan Loekman Djajadiningrat (1915-1917). Boleh jadi ini dipicu oleh inisiatif para pejuang pembebasan di Hidnia Belanda sejak 1912 yang dikenal tiga serangkai (Dr. Tjipto, Douwes Dekker dan Soewardi Soerjadingrat) yang ditangkap dan kemudian diasingkan.

Untuk membuat perjuangan lebih sedikit garang, sejumlah anggota Indische Vereeniging yang berasal dari Sumatra membentuk (sub) organisasi pada bulan Januari 1917 yang disebut Sumatra Sepakat. Organisasi ini diketuai oleh Sorip Tagor Harahap dengan sekretaris Dahlan Abdoellah serta bendahara Tadoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Salah satu anggota komisaris adalah Tan Malaka. Organisasi ini juga membuat buletin yang ditujukan ke Sumatra karena situasi dan kondisi yang semakin tidak adil dan kemiskinan penduduk.

Suhu politik di lingkungan mahasiswa asal Hindia di Belanda, pimpinan organisasi mahasiswa Belanda asal Hindia HJ van Mook berinisiatif untuk mnyelenggarakan kongres mahaiswa-mahasiswa Hindia Belanda di Belanda. HJ van Mook maju menjadi ketua Kongres Mahasiswa asal Hindia yang diselenggarakan di Belanda. Sejak kongres yang yang diikuti tiga organisasi besar (mahasiswa Belanda, mahasiswa Cina dan mahasiswa pribumi asal Hindia) mulai terjadi pemisahan yang tajam antara mahasiswa pribumi dengan mahasiswa lainnya terutama mahasiswa Belanda. Dalam situasi dan kondisi inilah muncul idiom ‘Kami orang Indonesia’ (bukan lagi ‘kita orang Hindia’). Tentu saja HJ van Mook dkk lebih menyukai nama Hindia (daripada Indonesia).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Era Republik Indonesia: Pers Mahasiswa dan Kongres Mahasiswa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar