Laman

Kamis, 30 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (142): Siapa Trio Orde Baru?Trio Pejuang Era Hindia Belanda Soekarno, Mohamad Hatta, Parada Harahap

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia, secara tidak formal, ada yang disebut era orde lama dan era orde baru. Dua era ini tampaknya ingin membedakan masa pemerintahan Presiden Soekarno dan masa pemerintahan Soeharto. Pada masa kini juga dikenal satu masa pemerintahan yang disebut era reformasil, suatu era pasca Presiden Soeharo yang secara kolektif yang diawali dengan Presiden BJ Habibie hingga ini hari Presiden Joko Widodo. Ada tiga tokoh utama (trio) di awal era orde baru,yakni Soeharto, Hamengkoeboewono dan Adam Malik. Lantas apakah ada trio di awal orde lama? Ada bahkan trio sudah ada sejak era Hindia Belanda.    

 

Orde Baru (seringkali disingkat Orba) adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela. Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada dalam kondisi yang relatif tidak stabil. Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, keadaan politik maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan di antara kelompok-kelompok politik. Keputusan Soekarno untuk mengganti sistem parlemen dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat mempersenjatai diri. Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi dan mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari Indonesia. Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai melemah (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah trio orde baru? Seperti disebut di atas, trio orde baru merujuk tiga tokoh utama pada awal orde baru yakni Soeharto, Hamengkoeboewon dan Adam Malik yang mana sebagai presiden adalah Soeharto dan yang menjadi wakil presiden adalah Hamengkoeboewono yang kemudian disusul Adam Malik. Lalu mengapa mereka bertiga diidentifikkan sebagai trio orde baru? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Trio Orde Baru: Soeharto, Hamengkoeboewono, Adam Malik

Mengapa disebut Trio Orde Baru? Saat Jenderal Soeharto menjadi Presiden, ada tiga tokoh penting pada masa transisi pemerintahan dari era Presiden Soekarno (Orde Lama). Tiga tokoh itu menduduki posisi penting yakni Soeharto (pertahanan dan keamanan), Hamengkoeboewono (dalam negeri) dan Adam Malik (luar negeri). Posisi dan tiga tokoh ini menjadi tiga pilar terpenting dalam struktur pemerintahan,

Pada saat terjadi kudeta pada tangga 30 September 1965, yang menyebabkan terbunuhnya tiga jenderal, KOSTRAD yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto menjadi strategis. Kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Abdul Haris Nasution sasaran tembak di rumahnya yang mana putrinya Ade Irma Suryani dan ajudan Pierre Tendean menjadi korban. Kepala Staf Angkatan Darat dan sejumlah petinggi Angkatan Darat terbunuh. Kostrad yang berlokasi di Jakarta menjadi strategis dalam pemulihan keamanan. Dalam situasi dan kondisi inilah nama Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima Kostrad muncul ke permukaan. Mayor Jenderal Soeharto lalu menggantikan posisi Jenderal Achmad Yani (lihat tabel). Pada saat ini promosi Mayor Jenderal Soeharto, Hamengkoeboewono dan Adam Malik sudah menjadi menteri pada kabinet-kabinet sebelumnya. Sejak promosi Mayor Jenderal Soeharto ke dalam kabinet, posisinya terus meningkat.

Pada tanggal 27 Maret 1966 Presiden Soekarno mengumumkan Kabinet Dwikora III, kabinet Dwikora yang disempurnakan lagi. Kabinet Dwikora III ini mulai bertugas 31 Maret 1966. Komposisi presidium kabinet (Presiden/Perdana Menteri Soekarno dan para Wakil Perdana Menteri) berubah. Pada Kabinet sebelumnya (Dwikora II) Hamengkoeboewono menggantikan Soebandrio dan Adam Malik menggantikan Chaeroel Saleh. Pada kabinet Dwikora III ini Jenderal Soeharto menjadi anggota presidium kabinet sebagai Wakil Perdana Menteri Pertahanan dan Keamanan. Dari sinilah awal munculnya Trio Orde Baru: Soeharto, Hamengkoeboewono dan Adam Malik

Limburgsch dagblad, 22-12-1966: ‘Menteri Luar Negeri Malik mengusulkan diadakan kongres rakyat dan mengatakan bahwa Presidium Kabinet Indonesia akan segera meminta informasi dari Presiden Sukarno tentang perannya dalam kudeta yang gagal tahun lalu’, Tubantia, 04-01-1967: ‘Soekarno, Presiden Indonesia, yang telah dalam bahaya selama setahun, bersedia memberikan pandangannya tentang peristiwa 30 September 1965. Menariknya, bagaimanapun, presiden—yang tidak mau mempertanggungjawabkan perannya sendiri di hadapan kongres rakyat pendahuluan, tetapi ingin mengirim surat ke kongres rakyat. Para pemimpin militer akan mengatakan kepadanya bahwa dia harus melakukan apa yang menurutnya benar, setelah itu Sukarno akan meninggalkan pertemuan itu. Sementara itu, atas desakan tokoh-tokoh terkemuka secara individu dan sejumlah surat kabar untuk mengadakan rapat kongres rakyat untuk membahas peran Sukarno sesegera mungkin, PNI menganggap pertemuan seperti itu tidak perlu, menuduh serikat pengacara, antara lain, telah memperburuk situasi di sekitar kegiatan Sukarno dan bahwa Menteri Luar Negeri Adam Malik (pengusul pertemuan khusus kongres) telah mengobarkan api. PNI menganjurkan pertemuan antara Soekarno, pimpinan parlemen dan kongres rakyat dan Presiden Kabinet. Para hakim menyimpulkan bahwa, antara lain, Presiden mengetahui semua peristiwa sekitar tanggal tiga puluh September 1965, bahwa Presiden juga, demi keadilan dan kebenaran, harus mempertanggungjawabkan pengetahuannya tentang fakta-fakta dan fakta-faktanya. Memang, cerita berlanjut bahwa Presiden menginginkan pertemuan dengan Presiden Kabinet (Soeharto, Soeltan Hamengkoe Boewono dan Adam Malik) untuk membahas pemecatan sejumlah menteri, yang dia sebut dalam bahasa Belanda yang baik sebagai ‘klootzakken'.

Dalam berita Soeharto, Soeltan Hamengkoe Boewono dan Adam Malik menjadi tiga nam yang terpenting. Dalam perkembangannya diketahui Soeharto menjasd ketua presidium yang baru (lihat De tijd : dagblad voor Nederland, 19-01-1967). Sumber Wikipedia mencatat tanggal 12 Maret 1967. Mengapa berbeda. Juga diberitakan tentang suatu penayangan film dokumenter di Belanda dengan judul ‘Orde Baru’. Dalam film dokumenter ini banyak mengutip statemen Mochtar Lubis. Lantas apakah ada kaitan antara satu sama alain antara Adam Malik dengan ketua presidium kabinet yang baru (Soeharto) di satu pihak dan antara Adam Malik dengan Mochtar Lubis. Lalu mengapa judul film dokumenter itu diberi judul ‘Orde Baru’. Apakah pembuat film dokumenter Belanda mengutip terminologi Orde Baru dari Mochtar Lubis?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Trio Orde Lama (Soekarno, Mohamad Hatta, Amir Sjarifoeddin Harahap), Trio Era Hindia Belanda (Soekarno, Mohamad Hatta, Parada Harahap)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar