Laman

Minggu, 17 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (176): Makam Tua dan Wali Songo di Gresik: Penyebaran Agama Islam di Jawa pada Era Majapahit

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Gresik terkenal karena disebutkan terdapat makam tua Islam yang berasal dari tahun 1082 M, Sejarah Gresik menjadi lebih terkenal lagi karena adanya makam tua Maulana Malik Ibrahim (yang dianggap satu yang pertama dari Wali Songo di Jawa). Keberadaan Maulana Malik Ibrahim di Gresik diperkirakan pada akhir kejayaan Kerajaan Majapahit.

Maulana Malik Ibrahim atau sering disebut Sunan Gresik disebut wafat pada tahun 1419 M. Lahir di Champa (Kamboja) yang mana ayahnya berasal dari Maghribi. Makam Maulana Malik berada di kampong di desa Gapuro Sukolilo, Gresik. Selain makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik juga ditemukan makam tua yang bertarih 1082 M di desa Leran yang sekarang ( kecamatan Manyar). Tentang asal usul tanda-tanda makam tua yang berasal dari era Kerajaan Kediri ini masih menimbulkan perdebatan diantara para peneliti. Pada artikel sebelum ini bahwa tanda-tanda makam tua di Gresik diduga berasal dari kumunitas Muslim di Troloyo (Mojokerto).

Lantas bagaimana sejarah makam-makam tua dan wali songo di Gresik? Seperti disebut di atas, di Gresik disebutkan tanda-tanda dari makam-makam tua yang bertarih 1082 M dan makam tua Maulana Malik Ibrahim. Lalu bagaimana sejarah makam-makam tua dan wali songo di Gresik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Makam Tua di Gresik: Era Wali Songo di Jawa

Selain prasasti dan candi, penanda navigasi zaman kuno di suatu tempat adalah ditemukannya makam. Biasanya makam menunjukkan orang yang dimakamkan adalah orang penting atau orang yang perlu dikenang (kelak). Penanda makam biasa menggunakan tanda nisan, yang beragama Islam biasanya (batu) nisan didirikan sepasang yang menunjukkan posisi arah kepala dan kaki diletakkan. Pada salah satu nisan diberi tanda khusus (bentuk, aksara dan lainnya) yang menunjukkan posisi kepala. Makam kuno beragama Islam yang sejak awal dilaporkan berada di Leran/Gresik (bertarih 1068 M) dan yang berada di Troloyo/Mojokerto (1368 M).

Di seluruh Indonesia, banyak tanda-tanda makam yang kini sudah diidentifikasi. Tanda-tanda makam kuno antara lain di Bima, Flores, Sulawesi Tengah dan Minahasa. Di Sumatra makam Islam tertua ditemukan di Barus dalam bentuk nisan bertarik 665 H (abad pertama Hijriah). Pada tahun 1935 Schnitger menemukan makam kuno di wilayah Padang Lawas (kawasan percandian kuno) yang pada papan makam yang terbuat dari batu andesit bertuliskan aksara Batak. Pada era Hindoe-Boedha tidak terlalu dikenal makam, yang banyak ditemukan adalah candi dan prasasti beraksara Pallawa.  

Seperti halnya candi, yang dihubungkan dengan religi (Hindoe atau Boedha), tanda makam orang Islam yang ditemukan di Leran/Gresik dan di Troloyo/Mojokerto mengindikasikan adanya komunitas Islam, yang boleh jadi hubungkan dengan navigasi pelayaran perdagangan orang Islam (kota perdagangan), Adanya komunitas Islam juga dapat dikaitkan dengan telah terjadi upaya penyebaran syiar agama Islam. Yang paling menarik diantara makam-makam kuno orang Islam adalah nisan di pantai barat Sumatra yang berada di Barus (masih sangat dekat dengan tahun-tahun kenabian/Nabi Muhammad masih hidup).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penyebaran Agama Islam di Jawa Era Kerajaan Majapahit

Tahun 1 Hijriah sama dengan tahun 622 M. Nisan yang bertarih 665 M di Barus dapat dikatakan pananda makam tertua (Islam) di nusantara (Indonesia). Makam-makan Islam di Barus cukup banyak, yang mengindikasikan sudah terbentuk komunitas Islam (yang lebih intens). Apakah adanya tanda makam tua (komunitas Islam) di Barus dapat dikatakan sebagai awal penyebaran agama Islam di pantai barat Sumatra (Tapanuli) dan nusantara? Pertanyaan yang sama juga pada tarih nisan Islam di Jawa yang berada di Leran/Gresik (1082 M) dan di Troloyo/Mojokerto beratarih 1368?

Kerajaan Majapahit dididirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan Majapahit (di Mojokerto sekarang) adalah kerarajaan yang menggantikan Kerajaan Singhasari (yang didirikan tahun 1222 di Malang yang sekarang). Jauh sebelumnya sudah berdiri Kerajaan Kediri (didirikan tahun 1045 M). Bagaimana era zaman kuno di Jawa ditandai dengan penemuan prasasti Canggal di Jawa bagian tengah bertahun 732 M, sedangkan candi tertua ditemukan di Batujaya/Karawang pada abad ke-5. Tanda-tanda zaman kuno pada abad ke-3 ditemukan prasasti Muara Kaman di Kalimantan.Di Sumatra tanda-tanda zaman kuno ditemukan pada catatan geografi Ptolomeus pada abad ke-2 yang menyebutkan (pulau) Sumatra bagian utara ada sentra produk kamper dan literatur Eropa pada abad ke-5 menyebut produk kamper diekspor dari pelabuhan yang disebut Barus.

Komunitas Islam (yang juga ditandai dengan adanya makam dan penemuan nisan) besar dugaan bahwa juga terjadi (proses) penyebaran ajaran (agama) Islam. Hal ini dapat mengacu pada catatan Tiongkok dari dinasti Tang. Catatan pada dinasti Tang ini mengindikasikan penyebaran (syiar) Islam dimana di Canton terdapat satu orang utusan/pengikut Nabi Muhammad melakukan kegiatan pengajaran.

Pada eradinasti Min pada akhir abad ke-16 dikompilasi sumber-sumber kuno oleh Ho Ch'iao-yüan yang menyatakan T'u-shu Chi-ch'êng, Chih-fang-tien, bab 1052, halaman 5a bahwa antara tahun 618 dan 626 empat orang (utusan/pengikut) Muhammad membawa Islam di Tiongkok. Satu orang mengajar di Canton, satu orang di Yang-chow dan dua orang lainnya di Ch'üan-chow. Sementara itu P'an-yü-hsien-chih bab 53 halaman la menyatakan bahwa ketika navigasi pelayaran perdagangan dibuka pada dinasti T'ang, Mohammad (beragama) Muslim adalah Raja Madinah. Sebagaimana diketahui turunnya ayat pertama (Al Quran) di gua Hira pada tahun 610 M. Pada tahun 622 Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekkah ke Madinah (sebagai awal tahun Hijriyah). Jika dibandingkan catatan Tiongkok di atas, empat orang Muhammad sudah berada di Canton pada tahun 618 (sebelum hijrah).

Adanya komunitas Islam besar dugaan juga terjadi proses pengajaran (syiar) ajaran (agama) Islam seperti yang dilaporkan di Canton/pantai timur Tiongkok  (618-662 M). Dalam hal ini juga terjadi di Barus/pantai barat Sumatra (sekitar 665 M). Oleh karena adanya tanda komuitas Islam ditemukan di Jawa bagian timur (Leran/Gresik 1082 M dan Troloyo/Mojokerti 1368 M) maka penyebaran (syiar) agama Islam di (pulau) Jawa baru dilakukan setelah di pantai timur Tiongkok (Canton) dan pantai barat Sumatra (Barus).

Tampaknya penyebaran ajaran (agama) Islam di nusantara bermula di Barus (pantai barat Sumatra/Tapanuli). Arah penyebarannya tidak ke selatan (di Jawa) tetapi ke arah timur (melalui pantai timur Sumatra/selat Malaka hingga ke Tiongkok (Canton). Arah navigasi pelayaran perdagangan dari Sumatra bagian utara (pantai barat/pantai timur) ke pantai timur Tiongkok menyebabkan terbentuknya hub perdagangan di Vietnam (lihat prasasti Vo Cahn abad ke-3). Di pusat perdagangan pantai timur Vietnam inilah yang kemudian terbentuk (kerajaan) Champa, yang dalam perkembangannya raja-rajanya ada yang beragama Islam. Padagang-pedagang beragama Islam dari Champa inilah yang diduga mengarah ke Jawa (bagian timur) di Troloyo/Mojokerto.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar