Laman

Jumat, 12 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (229): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dari Bali; Pahlawan Nasional I Gusti Ketut Pudja di Singaraja

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti dari daerah lainnya, pahlawan Indonesia dari Bali juga cukup banyak. Enam diantaranya telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional salah satu diantaranya adalah I Gusti Ketut Pudja. I Gusti Ketut Pudja adalah salah satu tokoh nasional yang terbilang penting dari Bali.

Pahlawan Indonesia dari Bali yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional adalah (1) Kol. TNI. Inf. I Gusti Ngurah ditabalkan 09 Agustus 1975, usia 29 tahun lahir di Badung 30 Januari 1917 meninggal di Tabanan 20 November 1946; (2) Untung Suropati 4 November 1975 usia 46 tahun lahir di Bali 1660 meninggal di Bangil 5 Desember 1706; (3) I Gusti Ketut Jelantik 14 September 1993 lahir di Karangasem meninggal di Kintamani 1849[ (4) Mr. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung 06 November 2007 usia 77 tahun lahir di Gianyar 24 Juli 1921 meninggal di Gianyar 22 April 1999; (5) I Gusti Ketut Pudja 7 November 2011 usia 69 tahun lahir di Singaradja 19 Mei 1908 meninggal di Jakarta 4 Mei 1977; (6) I Gusti Ngurah Made Agung   4 November 2015 usia 30 tahun lahir Denpasar 5 April 1876 meninggal di Denpasar 20 September 1906..

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional I Gusti Ketut Pudja? Seperti disebut di atas, I Gusti Ketut Pudja lahir di Singaradja 19 Mei 1908 meninggal di Jakarta 4 Mei 1977. I Gusti Ketut Pudja bukanlah pahlawan biasa tetapi kurang terinformasikan. I Gusti Ketut Pudja adalah pahlawan penuh peran. Lalu bagaimana sejarah I Gusti Ketut Pudja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Nasional I Gusti Ketut Pudja di Singaraja

Nama I Gusti Ketut Pudja paling tidak diketahui tahun 1927 (lihat De koerier, 03-05-1927). Disebutkan di AMS Bandoeng lulus ujian, naik dari kelas empat ke kelas lima. Yang satu kelas dengan I Gusti Ketut Pudja antara lain Goesti Made Koeno, Haroen al Rasjid, AJ Soepit dan Soetan Sjahrir. Yang naik ke kelas enam antara lain R Sjamsoedin.

Pada masa ini di berbagai artikel disebut I Gusti Ketut Pudja menyelesaikan pendidikan dasar Hollands Inlandsche School (HIS) pada tahun 1922 di Singaraja dan kemudian melanjutkan pendidikan menengah MULO di Malang dan lulus tahun 1926. Jika berita tahun 1927 dihitung mundur tampaknya bersesuaian. I Gusti Ketut Pudja lahir di Singaradja 19 Mei 1908.

I Gusti Ketut Pudja lulus ujian akhir (lihat De koerier, 14-05-1929). Dalam berita ini yang dinyakan lulus ujian akhir selain I Gusti Ketut Pudja adalah Haroen al Rasjid dan R Samsjoedin. Tampaknya R Sjamsoedin pernah tinggal kelas/menunda satu tahun. Lantas bagaimana dengan Soetan Sjahrir? Tinggal kelas/menunda satu tahun?

Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun 1928 ada dua hajatan besar di Batavia yakni Kongres PPPKI (senior) dan Kongres Pemoeda (junior). Ketua PPPKI adalah MH Thamrin dan Sekretaris Parada Harahap. Yang menjadi ketua panitian Kongers PPPKI adalah Dr Soetomo dan sekretaris Anwari. Sedangkan untuk Kongres Pemoeda ketua panitia adalah Soegondo, sekretaris M Jamin dan bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap. Mereka yang disebut terakhir ini adalah mahasiswa sekolah fakultas hukum Rechthoogeschool di Batavia.

Setelah lulus AMS di Bandoeng, I Gusti Ketut Pudja melanjutkan ke fakultas hukum Rechthoogeschool di Batavia. I Gusti Ketut Pudja lulus ujian kandidat pertama tahun 1930 (lihat De locomotief, 23-04-1930). I Gusti Ketut Pudja lulus ujian kandidat dua (lihat De Indische courant, 27-07-1931). Dalam berita ini juga disebut lulus ujian kandidat dua M Nasroen dan lulus ujian kandidat satu I Goesti Made Koene.

Seusai Kongres PPPKI di Solo tahun 1929, Ir. Soekarno ditangkap dan diadili. Oleh karena situasi tidak menentu, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin Ir Soekarno dibubaarkan. Lalu pada bulan April 1931 Mr Sartono dkk mendirikan partai baru yang disebut Partai Indonesia (Partindo). Sisa eks PNI juga mendirikan partai baru yang disebut partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Sebagai ketua Cabang Partindo di Batavia adalah Amir Sjarifoeddin Harahap dengan sekretaris R Sjamsoedin dan ketua cabang Soerabaja M Jamin. Setelah keluar dari tahanan, Ir. Soekarno lebih memilih bergabung dengan Partindo. Sementara tokoh berpengaruh di partai Pendidikan Nasional Indonesia antara lain Soetan Sjahrir dan Mohamad Hatta (segera setelah pulang studi dari Belanda).

Pada tahun 1932 I Gusti Ketut Pudja lulus ujian doktoral pertama (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14-10-1932). Lulu ujian doktoral kedua (lihat  Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-08-1933). Lulus ujian doktoral ketiga (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-10-1934). Selesai sudah pendidikan I Gusti Ketut Pudja, kini dengan gelar Mr.

Pada tahun 1933 kembali Ir Soekarno ditangkap dan ditahan. Pers pribumi yang bersifat radikal dibreidel termasuk Bintang Timoer (pimpinan Parada Harahap), Pikiran Rakjat (pimpinan Soekarno), Daoelat Rakjat (PNI). Soeara Oemoem di Soerabaya (pimpinan Dr Soetomo), Pewarta Deli di Medan (pimpinan Abdoellah Lubis). Melihat situasi dan kondisi yang krisis, Parada Harahap memimpin tijuh revolusioner ke Jepang yang berangkat pada awal November 1033. Dalam rombongan termasuk Abdoellah Lubis (Pewarta Deli) dan Panangian Harahap (Bintang Timoer). Selain itu juga ada Sjamdi Widagda, Ph.D, guru dari Bandoeng dan Drs Mohamad Hatta. Pers Belanda terkejut. Para revolusioner Indonesia telah membelakangi Belanda di barat dan kini menghadap ke timur di Jepang. Pada tanggal 14 Januari rombongan kembali ke tanah air dengan kapal Panama Maru merapat di Tandjoeng Perak. Soerabaya yang disambut oleh Dr Soetomo dkk. Pada hari yang sama Ir Soekarno dari pelabuhan Tandjoeng Priok diberangkatkan ke pengasingan di Flores. Beberapa minggu kemudian di Batavia, Drs Mohamad Hatta ditangkap karena tuduhan tulisan provokatif di Daoelat Rakjat. Seperti Ir Soekarno, Drs Mohamad Hatta juga akan diasingkan (ke Digoel).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dari Bali

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar