Laman

Rabu, 15 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (296): Pahlawan Indonesia di Ambon Alexander Jacob Patty; PPPKI, Majelis Indonesia Raja dan MRI

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Alexander Jacob Patty? Mungkin banyak yang lupa-lupa ingat. Sejarah seharusnya diingat, Sebab sejarah adalah bagian masa kini pada masa lampau yang tidak terpisahkan (bersifat continuum). Okelah. Untuk mengingatkan kembali perlu sejarahnya ditulis. Tentu saja sudah ada yang menulis. Namun sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah Alexander Jacob Patty tetap perlu dilengkapi.

 

Alexander Jacob Patty merupakan salah satu tokoh era kemerdekaan Republik Indonesia. Ia lahir pada 12 Desember 1889 di Desa Nolloth, Pulau Saparua. Alexander J Patty adalah pejuang yang turut mengimajinasikan dan mentransformasikan semangat kedaerahan dalam rangka lahirnya semangat nasionalisme Indonesia. Patty membangun semangat nasionalisme itu sejak pindah ke Semarang. Alex pindah ke Semarang dan mulai aktif dalam dunia kewartawanan pada 1919. Pertama kali ia mendirikan Perkumpulan Kemakmuran Rakyat Ambon (Maluku). Kemudian, karena perkembangan gerakan kebangsaan, organisasi yang bersifat sosial ini ditinggalkan oleh Patty. Ia lalu mendirikan organisasi baru yang bersifat politik, yaitu Sarekat Ambon, pada 9 Mei 1920 dan membawa ide organisasi ini ke dalam ide nasionalis Indonesia. Pada 1942, Patty diasingkan ke Bengkulu, kemudian ke Digul. Pada masa pendudukan Jepang, Alex mengungsi ke Australia dan pada masa revolusi kemerdekaan berjuang bersama Bung Karno dalam mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Negara Kesatuan RI. Tahun 1948 di Medan, setelah itu pemerintahan pulih. Pada tahun 1951 ke Bandung (akan diberikan jabatan di Ajun Pertahanan Bandung). Di Kota Bandung, Alex hanya sebentar. Pada 1953, Alex meninggal dunia karena sakit hipertensi (https://news.detik.com).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Alexander Jacob Patty? Seperti disebut di atas, Alexander Jacob Patty berasal dari Amboina dan telah ikut berperan dalam membangun sejarah menjadi Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Alexander Jacob Patty bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia Asal Ambon: Alexander Jacob Patty

Nama Alexander Jacob Patty mulai dikenal luas karena diberitakan di Semarang dalam hubungannya persiapan pembentukan Sarekat Ambon (lihat De locomotief, 07-05-1920). Disebutkan  societeit Tjahjo Hardjo di Regentsplein pada hari Minggu tanggal 9 Mei pukul 9 pagi akan diadakan rapat umum, dengan pokok bahasan: ‘Tujuan dan Hakikat Persatuan Bangsa Ambon’, yang diperkenalkan oleh AJ Patty. Rapat diselenggarakan dibawah naungan panitia persiapan pembentukan perhimpoenan (vereeniging) Sarekat Ambon.

Sarikat Ambon dalam hal ini adalah sarikat umum, bukan sarikat ke(agama)an dan juga bukan sarikat ke(pemuda)an, yang biasanya disebut sarikat ke(bangsa)an. Kebangsaan dalam hal ini adalah (suku)bangsa (di) Indonesia (bukan bangsa-bangsa Eropa misalnya). Sarikat kebangsaan Indonesia pertama didirikan di Padang tahun 1900 oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda. Setelah itu mulai terbentuk sejumlah sarikat kebangsaan seperti Sarikat Tapanuli di Medan (1907), sararikat Boedi Oetomo (Batavia, Mei 1908, Soetomo dkk); sarikat Indonesia di luar negeri Indische Vereeniging (Leiden, Oktober 1908, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan); Sarikat Sumatra (Utrecht, Januari 1917, Sorip Tagor Harahap dkk), sarikat Batakksce Bond (Batavia, 1919, Dr Abdoel Rasjid Siregar dkk) dan lainnya. Sarikat kepemudaan sendiri yang pertama adalah Jong Sumatra (Batavia, Desember 1917, Abdoel Moenir Nasution dkk); Jong Ambon (Batavia, 1917, J Kajadoe dkk), Jong Java (Batavia, April 1918, Satiman dkk), Jong Islamieten Bond (Batavia, Maret 1925, Sjahboeddin Latif dkk), Jong Batak (Batavia, Desember 1925, Sanoesi Pane dkk) dan lainnya.  .

Sarikat Ambon resmi didirikan pada tangga 9 Mei 1920 di Semarang (lihat  De locomotief, 12-05-1920). Disebutkan mendirikan Sarekat-Ambon, di bawah presidium (ketua pertemuan) JP Pikal. Pembukaan pokok bahasan: ‘Maksud dan Hakikat Persatuan Nasional Ambon’ dipercayakan kepada AJ Patty. Tepat pukul sembilan, ketua membuka rapat dengan mengucapkan selamat datang kepada yang hadir. Isi pidato AJ Patty, initinya adalah sebagai berikut:

AJ Patty kemudian diberi kesempatan dan memulai dengan menjelaskan maksud dan esensi dari Ambonsche Vereeniging ‘Ambonsch Studiefonds’ yang ada. AJ Patty kemudian membacakan program perhimpunan yang akan dibentuk, menentukan dalam 10 pasal kedudukan perhimpunan dalam kaitannya dengan parlemen di Hindia Belanda, persamaan hukum, hak pilih universal, pendidikan, kesejahteraan, perpajakan dan pertahanan negara. AJ Patty juga menyatakan bahwa pada pertemuan anggota 'Ambonsch Studiefonds’ afdeeling Semarang yang diadakan sebelumnya untuk membahas program terutama Tuan van Hartingsveldt yang menentang program asosiasi baru (Sarikat Ambon, red). AJ Patty berbicara menentang Tuan van Hartingsveldt dan kemudian berargumen, berdasarkan statuta 'Ambonsch Studiefonds’ yang mana perserikatan tersebut ['Ambonsch Studiefonds’] tidak bersifat nasional tetapi lebih bersifat keagamaan, karena iman Kristiani adalah segala-galanya dan kebangsaan hanyalah batasan bidang kegiatan perserikatan. Seorang Ambon--kata AJ Patty, menggambarkan argumennya, yang saat ini menjadi anggota tetap asosiasi berdasarkan iman Kristennya, harus mengundurkan diri segera setelah ia mulai memeluk agama lain. Sebaliknya, seorang Ambon Muslim, yang sekarang tidak diizinkan untuk bergabung sebagai anggota biasa, dapat segera setelah ia masuk Kristen, mendaftar sebagai anggota biasa. Oleh karena itu, bukan kebangsaan, AJ Patty menyimpulkan, tetapi keyakinan yang terutama mendominasi keanggotaan 'Ambonsch Studiefonds’ yang disebut sebagai 'nasional' oleh Mr. van Hartingsveldt. AJ Patty kemudian melanjutkan untuk berurusan dengan masalah agama, dalam hal ini AJ Patty menyatakan dirinya menentang campur tangan prinsip agama apapun dalam sarikat. AJ Patty menentang gagasan bahwa sarikat yang akan dibentuk akan anti-agama dan menyatakan bahwa itu benar-benar netral terhadap agama. AJ Patty memutuskan untuk mendorong dengan rekan-rekan sebangsanya yang telah datang dalam jumlah besar, baik sipil maupun tentara, untuk mengambil bagian dalam perjuangan politik dan ekonomi untuk kebaikan kampong halaman.

Setelah pidato AJ Patty, ketua pertemuan membuka pertanyaan kepada yang hadiri. Sebanyak 10 orang menunjuk tangan. Semua yang akan berbicara tersebut termasuk perwakilan dari Perserikatan Minahasa, Boedi Oetomo dan Sarikat Islam yang menyatakan setuju dengan tujuan didirikannya sarikat Sarikat Ambon. Tiga bintara Ambon yang hadir mendapat kesempatan untuk mengungkapkan keinginan dan keluhan rekan militer mereka. Pada pukul dua belas pertemuan ditutup.

Studiefonds adalah suatu komite yang dibentuk untuk mengorganisasikan penggalangan dan pembentukan dana untuk membantu pendidikan dan meringankan para siswa dan mahasiswa yang tengah mengikuti pendidikan tidak terhambat. Studiefonds pertama kali dibentuk di Belanda (Indische Vereeniging) tahun 1910 yang dipimpin oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja Soangkoepon. Studiefonds di Belanda ini ditujukan kepada mahasiswa yang studi di Belanda dan calon mahasiswa yang akan datang ke Belanda. Dalam perkembangannya dibentuk di tanah air seperti di dalam komunitas Jawa (Boedi Oetomo), Soematra dan lainnya termasuk diantara komunitas Ambon. Dalam hal ini Ambonsch Studiefonds, Jong Ambon dan Sarikat Ambon adalah tiga entitas yang berbeda. Seperti disebut di atas, AJ Patty yang menginisiasi pendirian Sarikat Ambon (organisasi kebangsaan) ini juga menjadi anggota Ambonsch Studiefonds. Demikian juga anggota Jong Ambon juga ada yang menjadi anggota Ambonsch Studiefonds.

Sarikat Ambon yang diinisiasi AJ Patty adalah sarikat kebangsaan (senior), sedangkanm Jong Ambon adalah sarikat kebangsaan junior. Salah satu tokoh Jong Ambon adalah J Kajadoe dan nantinya adalah Johannes Leimena. Hal ini juga kurang lebih sama dengan organisasi kebangsaan lainnya Medan Perdamaian (senior, sejak 1900) dan Sumatra Sepakat/Jong Sumatranenbond adalah junior (sejak 1917); Boedi Oetomo (senior sejak 1908 dan Jong Java (junior sejak 1918); dan Bataksche Bond (senior sejak 1919) dan Jong Batak (junior, nantinya sejak 1925); serta Persatoran Minahasa dan Jong Celebes. Indische Vereeniging sendiri, organisasi kebangsaan bersifat nasional (semua sukubangsa) dan defacta umumnya adalah mahasiswa pribumi di Belanda. Anggota Indische Vereeniging ada juga yang menjadi anggota Jong Sumatranenbon atau anggota Jong Java. Sarikat Ambon diketahui sudah ada di Magelang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-05-1920). Organ Sarikat Ambon sudah didirikan berupa majalah bulanan yang diberi nama MenamOeria yang editornya AJ Patty (lihat De locomotief, 19-06-1920). Disebutkan di dalam terbitan pertama Sarikat Ambon bersifat nasional. Di Batavia cabang Sarikat Ambon mulai didirikan tahun 1922 (lihat De expres, 04-11-1922).

Pada tahun 1921 Sarikat Ambon mulai didaftarkan ke pemerintah untuk mendapat legalitas/badan hukum tetapi sampai sejauh ini belum ada keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 06-11-1922). Dalam berita ini juga disebutkan di Semarang dibentuk cabang Sarikat Ambon. Selain itu juga disebutkan pimpinan Angkatan Darat telah mendengar tentang hal ini, sehubungan dengan kemungkinan bahwa tentara [berasal dari Ambon] juga akan bergabung dengan Sarekat Ambon. Sarikat Ambon telah memprovokasi agar orang Ambon keluar dari militer.

Lantas mengapa Sarikat Ambon dibentuk? Tampaknya ada faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong adalah mulai merebaknya masyarakat Ambon menjadi dua fraksi. Seperti ditulis pada artikel seblumnya sebagian masyarakat Ambon menginginkan pluralisme (suku bangsa dan agama) dan sebagian ekslusif sebagai orang asli Ambon. Fraksi eksklusif dipicu oleh soal perbedaan agama (Islam dan Kristen). Seperti disebut di atas, AJ Patty telah menentang adanya pihak tertentu di Ambonsch Studiefonds’ yang menggiring sebagai eksklusif agama Kristen. Terkesan dalam hal AJ Patty adalah pengusung pluralis. Faktor penarik adalah belakangan ini orang-orang Belanda, terutama di militer kerap menyudutkan orang Ambon yang tidak sepantasnya mengingat orang Ambon terbilang yang paling setia mendukung Belanda sejak era VOC seperti pernah ditulis (AJ) Patty di surat kabar (lihat De locomotief, 18-05-1920).  Apakah ketegangan belakangan ini antara sebagian orang Ambon dan sebagian orang Belanda menjadi faktor belum diberikannya satus badan hukum kepada Sarikat Ambon?

Munculnya fraksi ini diduga bermula pada tahun 1917. Sejumlah masyarakat Ambon di Ambon memprotes tidak ada keterwakilan orang Ambon di dalam pembentukan Volksraad. Lalu dibentuk delegasi untuk menghadap GG di Buitenzorg. Delegasi ini terdiri dari orang Ambon Kristen dan Islam serta orang Ambon keturunan Arab. Mereka meminta bantuan direktur sekolah guru Kweekschool Ambon Radjioen Harahap gelar Soetan Casajanagn untuk membimbing mereka sebagai ketua delegasi ke Buitenzorg. Slot untuk orang Ambon di Volksraad diberikan. Namun dalam perkembangannya orang Ambon yang akan mencalonkan Soetan Casajangan ada pihak yang memprotes. Tudugannya delegasi orang Ambon ke Buitenzorg tidak sah karena Soetan Casajangan bukan orang Ambon. Lalu dilakukan investigasi yang dipimpin oleh dua pegawai pemerintah yang juga anggota studiefonds Ambon yang diantaranya Soselisa. Insulinde di Semarang mengajukan calon untuk Volkraad Soetan Casajangan (guru di Ambon). Hasil investigasi menyudutkan Soetan Casajangan yang sudah dipromosikan menjadi asisten direktur BB di Batavia, sehingga delegasi itu dianggap sah (dan juga didukung oleh pemerintah). Dalam perkembangannya muncul pencalonan Soselisa untuk kandidat Volksraad. Pada periode kedua Volksrad kandidat Sarikat Ambon untuk Volksraad adalah Dr WK Tehupeiory dan AJ Patty yang menjadi ketua Sarikat Ambon), ketua Dewan SA (lihat De Preanger-bode, 08-09-1920). Dr WK Tehupeiory adalah anggota Indische Vereeniging di Belanda saat didirikan Soetan Casajangan tahun 1908. Dalam hal ini Dr WK Tehupeiory dan AJ Patty sama-sama berhaluan nasional. Lantas apakah soal kandidat Volksraad ini yang menjadi pemicu dibentuknya Sarikat Ambon? Lalu apakah salah satu diantara kedua kandidat dari Sarikat Ambon ini dapat bersaing dengan incumbent Soselisa?

Persoalan Sarikat Ambon di Semarang yang berseteru dengan militer, telah memunculkan perselisihan baru antara Sarikat Ambon dengn Jong Java di Batavia. Dalam suatu pertemuan yang diadakan Sarikat Ambon dengan mengundang semua orang Ambon di Batavia terjadi perdebatan yang sengit antara pro Sarikat Ambon dan kontra sarikat Ambon. Dalam pertemuan ini orang yang pro Sarikat Ambon kalah jumlah dengan orang yang kontra Sarikat Ambon (lihat De expres, 22-11-1922). Dr Kajadoe termasuk dalam pertemuan ini yang kontra.

Dalam pertamuan ini Dr Kayadoe'dkk menggarisbawahi tujuan dan tindakan Sarikat Ambon dan membuat kritik tajam, bahwa tidak mempercayai kepemimpinan Sarikat Ambon dan mengimbau kepada yang hadir untuk tidak menjadi anggota Sarikat Ambon. Dr Kajadoe dkk berpendapat bahwa orang Ambon membutuhkan kontrol Eropa dan memilih Belanda untuk tujuan ini. Tampaknya golongan senior orang Ambon )Sarikat Ambon) menginginkan menarik jarak dari Belanda, sebaliknya golongan muda orang Ambon (Jong Ambon) justru sebelakinya. Bukanya unifikasi yang terjadi, justru perpecahan semakin membesar.

 Tunggu deskripsi lengkapnya

Alexander Jacob Patty dan Johannes Leimena: PPPKI, Majelis Indonesia Raja dan MRI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar