Laman

Kamis, 16 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (298): Pahlawan Indonesia Asal Ambon Martinus Putuhena; Insinyur Technische Hoogeschool Bandoeng

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak pahlawan Indonesia berasal dari Saparua, Maluku, bahkan sejak era Pattimura. Tidak hanya AJ Patty dan J Latuharhary, juga ada nama Martinus Putuhena. Seperti halnya J Latuharhary, sejarah Martinus Putuhena juga begitu khusus di Maluku selama Pemerintah Hindia Belanda hingga era Pemerintah Republik Indonesia. Martinus Putuhena pernah menjadi Menteri Republik Indonesia.

Martinus Putuhena (27 Mei 1901-20 September 1982) adalah salah satu mantan Menteri Pekerjaan Umum Indonesia pada kabinet yang diperintah oleh Presiden Soekarno. Pendidikan dasarnya dilakukan di Saparoeasche School, Saparua pada tahun 1916. Setelah itu ia melanjutkan studi ke sekolah menengah yaitu MULO di Tondano, Minahasa dan tamat pada tahun 1919. Kemudian ia melanjutkan ke AMS Jurusan B di Yogyakarta dan lulus pada tahun 1923. Sesudah itu ia ke Bandung dan berkuliah di Technische Hooge School (THS) yaitu Sekolah Tinggi Teknik (Pendahulu ITB), lulusan tahun 1927 dan menyandang gelar Insinyur Sipil dengan masa studi tepat empat tahun. Hal ini membuatnya menjadi putera Maluku pertama yang menjadi alumnus THS (sekarang ITB) Bandung. Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan pembentukan pemerintahan negara Indonesia, ia menjabat tiga kali jabatan Menteri Pekerjaan Umum. Selama revolusi kemerdekaan, ia bertugas sesuai dengan profesinya, dan dalam kegiatan-kegiatan politik selalu bersama dengan Dr. J. Leimena dan Mr. J. Latuharhary (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Martinus Putuhena? Seperti disebut di atas, Martinus Putuhena bukanlah orang biasa. Martinus Putuhena lulus dari Technische Hoogeschool di Bandoeng. Lalu bagaimana sejarah Martinus Putuhena? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia Asal Ambon Martinus Putuhena: Insinyur Technische Hoogeschool Bandoeng

Nama Martinus Putuhena pada tahun 1922 lulus ujian AMS afdeeling B di Jogjakarta naik dari kelas lima ke kelas enam (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-05-1922). Setelah lulus, Martinus Putuhena melanjutkan studi ke Technische Hoogeschool (THS) Bandoeng. Martinus Putuhena naik ke kelas dua tahun 1924 (lihat De Indische courant, 05-05-1924). Satu kelas diantarnya adalah Djanakoen dan GM Noor. Djanakkoen adalah teman sekelasn Putuhena di AMS Jogjakarta.

Di atas mereka satu tahun (naik ke kelas tiga) di Technische Hoogeschool Bandoeng, antara lain D Asmo. R Anwari, R Soekarno, R Soemani, M Soetono dan Soetoto. Technische Hoogeschool Bandoeng dibuka pada tahun 1920. Pada tahun 1924 ini adalah lulusan pertama. Yang diterima di THS adalah HBS lima tahun dan AMS Afdeeling B (enam tahun). Soekarno adalah lulusan HBS Soerabaja.

Pada tahun 1925 Putuhena naik ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1925). GM Noor juga naik kelas, tetapi tidak ada nama Djanakoen. Boleh jadi Djanakoen tinggal kelas atau tidak melanjutkan studi. Pada tahun 1926 Putuhena naik ke kelas empat atau lulus ujian kanddiat (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 06-05-1926). Yang lulus bersama Putuhena antara lain GM Noor, H Laoh, M Marsito dan R Soemani.

Yang lulus ujian akhir dan mendapat gelar insinyur tahun 1926 antara lain adalah Anwari, Soekarno dan Soetedjo. Mereka bertiga ini adalah pribumi pertama yang lulus di Technische Hoogeschool (THS) Bandoeng. Ir Soetedjo diangkat pemerintah dan ditempatkan di pemerintah daerah di Pekalongan. I Anwari dan Ir Soekarno lebih memilih bekerja sebagai swasta yang keduanya mendirikan firma arsitek di Bandoeng. Sebagaiman dilihat nanti Ir Anwari dan Ir Soekarno terjun ke duniai politik.

Pada tahun 1927 Ir Soekarno dkk di Bandoeng membentuk klub studi yang diber nama Algemene Stidieclub. Organ (media) dari klub studi di Bandoeng diberi nama Indonesia Moeda. Tim ediort majalah Indonesia Moeda adalah Putuhena (kandidat insinyur) sebagai presiden sementara, Ir Soekarno, Ir Anwari, Sjamsoeddin dan K Karnadidjaja. Dalam edisi pertama Indonesia Moeda terdapat artikel dari Dr Tjipto Mangoenkosoemo (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 01-02-1927).

Dalam pertemuan Algemene Stidieclub.tanggal 20 Februari dilakukan sesuai AD/ART untuk pemilihan pengurus baru. Pemilihan pengurus berjalan lancar. Dalam pertemuan itu diputuskan yang menjadi ketua baru adalah Ir Anwari (untuk menggantikan Putuhena). Sementara Ir Soekarno masih tetap pada posisinya sebagai sekretaris (lihat De Indische courant, 23-02-1927). Dalam hal ini yang menjadi ketua pertama Algemene Stidieclub adalah Putuhena dan yang kedua dijabat oleh Ir Anwari.

Pada tahun 1927 Ir Soekarno dkk di Bandoeng membentuk klub studi yang diberi nama Algemene Studieclub. Organ (media) dari klub studi di Bandoeng diberi nama Indonesia Moeda. Tim ediort majalah Indonesia Moeda adalah Putuhena (kandidat insinyur) sebagai pejabat presiden, Ir Soekarno, Ir Anwari, Sjamsoeddin dan K Karnadidjaja. Dalam edisi pertama Indonesia Moeda terdapat artikel yang ditulis Dr Tjipto Mangoenkosoemo (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 01-02-1927).

Dalam pertemuan Algemene Studieclub.tanggal 20 Februari dilakukan sesuai AD/ART untuk pemilihan pengurus baru. Pemilihan pengurus berjalan lancar. Dalam pertemuan itu diputuskan yang menjadi ketua baru adalah Ir Anwari Parinduri (untuk menggantikan Putuhena). Sementara Ir Soekarno masih tetap pada posisinya sebagai sekretaris (lihat De Indische courant, 23-02-1927). Dalam hal ini yang menjadi ketua pertama Algemene Studieclub adalah Putuhena dan yang kedua dijabat oleh Ir Anwari.

Meski, Putuhena sibuk dengan organisasi dan peningkatan eskalasi politik di Bandoeng, akhirnya Putuhena berhasil studi dan mendapat gelar insinyur teknik di Technische Hoogeschool (THS) Bandoeng (lihat De locomotief, 05-05-1927). Yang lulus ujian akhir bersama Putuhena antara lain Hoedioro, Koesoemaningrat, Marsito, GM Noor dan Soetoto. Dalam hal ini Putuhena yang masuk tahun 1923 lulus tepat waktu (empat tahun).

Ir Putuhena bekerja sebagai honorer di Dinas Pekerjaan Umum (Weltevreden) yang ditempatkan di wilayah Bandoeng. Ir Putuhena menikah di Bandoeng dengan MH vd Berg (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-09-1928).

Pada tahun 1929 di Bandoeng dibentuk aliansi politik Maluku cabang Bandoeng (lihat De koerier, 18-03-1929). Dalam pertemuan dibahas hasil perjalanan propaganda ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dan laporan dari pertemuan anggota di Weltevreden oleh Apituley dan Theupeiory. Dalam pertemuan itu hadir Dr WK Tehupeiory, Apituley dan R. Samson serta para undangan lainnya. Setelah itu dilanjutkan pembentukan Asosiasi Politik Maluku cabang Bandung. Dalam pemilihan dewan pengurus, terdiri sebagai berikut: Presiden, R. Samson; bendahara, FE Soumokil; penasehat, Ir. Putuhena; anggota B Kailola. Pukul dua belas pertemuan ditutup.

Sebagaimana di sejumlah wilayah di Hindia Belanda, termasuk di Jawa, penduduknya terbagi, paling tidak ke dalam dua fraksi yakni fraksi yang berorientasi Belanda dan fraksi yang berorientasi (persatuan bangsa) Indonesia. Ir Putuhena meski beristiri Eropa termasuk dalam barisan fraksi kedua. Di wilayah Maluku, fraksi barisan nasional ini muncul pertama kali pada tahun 1917 dimana Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan, yang saat itu direktur sekolah guru Kweekschool Ambon, memimpin sejumlah tokoh Ambon untuk melakukan protes dan menginginkan adanya keterwakilan orang Maluku di dewan pusat (Volksraad). Namun dalam perkembangannya upaya ini diokupasi oleh kelompok yang berorientasi Belanda yang dipimpin oleh Soselisa dkk. Sejumlah tokoh Ambon di Semarang bereaksi terhadap gerakan Soselisa dkk, yang lalu kemudian di Semarang dibentik Sarikat Ambon yang dimotori oleh AJ Patty. Gerakan AJ Patty ini didukung oleh Dr WK Tehupeiory dan Apituley. Kedua tokoh senior iniadalah alumni Belanda yang turut bersama-sama dengan Soetan Casajangan mendirikan Indische Vereeniging di Belanda tahun 1908. Saat pembentukan aliansi politik Maluku di Bandoeng yang dimotori oleh Ir Putuhena turut hadir Dr WK Tehupeiory dan Apituley. Catatan: Ir Soekarno adalah salah satu tokoh pendukung barisan persatuan nasional di lingkungan penduduk Jawa (Boedi Oetomo) dan Ir Anwari di lingkungan penduduk Soenda. Pada penduduk Tapanoeli yang dimotori oleh Soetan Casajangan hanya ada satu barisan (barisan persatoean nasional Indonesia). Dalam hal ini pendukung barisan nasional Indonesia diawali oleh tokoh-tokoh Tapanoeli yang antar generasi adalah dimulai Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda (Medan Perdamaian di Padang, 1900), kemudian Soetan Casajangan (Indische Vereeniging di Belanda, 1908) dan pada tahun 1927 (oleh Parada Harahap yang menginisiasi pembentukan federasi orhanisasi kebangsaan, PPPKI di Batavia).   

Pada tahun 1929 dinas pekerjan umum di Weltevreden, mengangkat Ir Putuhena menjadi kepala cabang di Bandoeng (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-08-1929). Ini mengindikasikan Ir Putuhena telah diberi tanggungkjawab yang lebih besar dan juga ini mengindikasikan dinas pekerjaan umum secara definitif dibentuk di Bandoeng (sebagai cabang) yang tentunya menjadi cikal bakal Dinas PU Kota Bandung yang sekarang.

Trio THS Bandoeng pendiri Algemene Studieclub (Ir Soekarno, Ir Anwari dan Ir Putuhena) dalam perkembangannya memilih cara berjuang dengan cara yang berbeda. Ir Soekarno da Ir Anwari dengan cara yang ekstrim non-cooperative (menarik jarak: sana dan sini). Sementara Ir Putuhena dengan cara jalan tengah cooperative (menjaga jarak) seperti Dr Sorip Tagor Harahap, Dr Soetomo dan MH Thamrin. Dr Sorip Tagor Harahap lulusan pertama dokter hewan di Belanda tahun 1921 menjadi kepala dinas kesehatan ternah di province West Java, Dr Soetomo yang juga lulusan fakultas kedokteran di Belanda menjadi kepala rumah sakit di Soerabaja, MH Thamrin menjadi wakil wali kota (locoburgemeester) Batavia dan Ir Putuhena yang menjadi kepada dinas pekerjjaan umum di (kota) Bandoeng. Meski demikian, dua fraksi perjuangan tersebut sama-sama mengusun persatuan (bangsa).

Pada tahun-tahun dimana Ir Putuhena bekerja di pemerintahan mulai membina persatuan di internal diantara sesama orang Ambon (Maluku). Soal persatuan ini yang terus dilakukan Dr Soetomo di Soerabaja baru berhasil tahun 1931 di Soerabaja dengan mendirikan partai Persatoean Bangsa Indonesia (PBI). Orang Ambon, terhitung sejak 1917 terbelah dan terkotak-kotak. Ir Putuhena mengambil peran aktif untuk mewujudkan kembali persatuan diantara sesama orang Ambon untuk berjuang dalam bingkai persatuan. Pada tahun 1932 Ir Putuhena dkk mengundang semua fraksi Ambon di Batavia dalam suatu pertemuan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-02-1932). Dalam pertemuan ini juga hadir perwakilan dari Sarekat Ambon, sarikat yang selama ini menarik jarak dengan pemerintah. Dalam pertemuan ini berhasil mewujudkan gagasan persatuan dengan membentuk asosiasi baru.

Tokoh-tokoh Ambon yang turut hadir dalam pertemuan antaralain, Dr. Apituley dan Pattiwael dari Persatuan Politik Maluku, Queljoe, anggota Volksraad dan Tupapemahun dari Sarekat Ambon. Juga hadir Dr Laoh dari persatuan Minahasa yang juga menyatakan simpatinya dengan asosiasi baru (Maluku dan Papua). Sarekat Ambon berjanji bahwa tugas sosial-ekonomi yang ditetapkan dalam anggaran dasar akan dengan senang hati dipindahkan ke perkumpulan yang baru. Nama asosiasi baru ini akan ditentukan kemudian. Adapun susunan pengurus sementara asosiasi (peratuan Maluku) tersebut adalah: Dr. Westplat sebagai ketua, Ir Putuhena sebagai wakil ketua, Dr Tehupelori sebagai sekretaris, Dr Kajadoe sebagai wakil sekretaris Kedua, Ny. Kajadoe sebagai bendahara. Komisaris adalah Mr Abdoel Soekoer dan Pattiwael, komisaris, sedangkan sebagai penasihat De Queljoe dan Manpesama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Republik Indonesia: Ir Martinus Putuhena dan Ir Sekarno

Pada awal Republik Indonesia (setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945) terdapat dua tokoh Ambon yang memiliki portofolio tinggi yakni Mr J Latuharhary dan Ir Putuhena. Mereka berdua ini sejak awal tetap konsisten dalam soal peraatuan, baik dalam persatuan diantara orang Maluku maupun dalam persatuan nasional. Ir Putuhena memulainya sejak mahasiswa di THS Bandoeng. Kedekatan Ir Putuhena dengan Ir Soekarno tentu menambah nilai portofolio Ir Putuhena.

Mr J Latuharhary menjadi perwakilan orang Ambon (Maluku) di dalam pembentukan badan penyelidik upaya-upaya persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUKPI). Mr J Latuharhary juga menjadi salah satu anggota dari pantia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam hubungan inilah Mr J Latuharhary diangkat sebagai Gubernur Maluku.

Ir Putuhena dengan kompetnsinya dan sesuai track-recordnya pada Kabinet Sjahrir diangkat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Berada di tempat yang tepat. Sementara rekan seperjuangannya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap selain tetap pada posisi Menteri Penerangan (pada Kabinet Presidensial Ir Soekarno) juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan/BKR.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

1 komentar: