Laman

Kamis, 04 Februari 2021

Sejarah Kupang (14): Sejarah Bajak Laut di Kepulauan Soenda Ketjil; Teluk Sape, Pulau Sumba, Manggarai (Flores) dan Pulau Sabu

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah bajak laut boleh jadi seumur dengan sejarah navigasi pelayaran. Bajak laut tidak hanya di laut Mediterania juga di Laut Caribia. Di Nusantara (baca: Indonesia) bajak laut hampir di seluruh perairan seperti selat Malaka, laut Cina, selat Carimata, laut Celebes, teluk Tomini dan selatan Jawa. Di kepulauan Soenda Ketjil bajak laut juga ditemukan di perairan Laut Jawa, selatan Bali, selatan Lombok, teluk Sape, Manggarai (Flores), Pulau Sumba dan Pulau Sabu.

Adanya praktek bajak laut di nusantara sudah dilaporkan sejak era Portugis di selat Malaka dan Laut Cina (lihat Mendes Pinto, 1535). Praktek bajak laut ini juga semakin kerap dilaporkan pada era VOC (Belanda) seperti di pantai utara Jawa. Dua kawasan yang enggan dilalui navigasi orang Eropa adalah pantai timur pulau Borneo dan pantai timur pulau Celebes. Praktek bajak laut ini, seperti disebut di atas masih terus ada hingga era Pemerintah Hindia Belanda seperti kepulauan Riau, perairan Bangka-Belitung, selatan Bali dan selatan Lombok, teluk Tomini, perairan Manado, pantai timur laut Borneo dan selat Karimata. Terminologi bajak laut sendiri bersifat umum, suatu serangan di laut atau serangan ke daratan (pantai) dari laut. Seperti disebut di atas praktek bajak laut terjadi di seluruh dunia, praktek bajak laut ini bersifat trans-nasional yang asalnya sulit diketahui secara pasti dan banyak yang bekerjasama dengan pelaut-pelaut dan penduduk lokal.

Bagaimana sejarah bajak laut? Dalam hal ini kita batasi yang pernah terjadi di perairan Pulau Timor dan sekitar seperti Teluk Sape, Manggarai (Flores), Pulau Sumba dan Pulau Sabu. Yang jelas tidak hanya penduduk dan pedagang lokal yang jadi sasaran, juga pedagang-pedagang Eropa (Belanda). Bagaimana bajak laut itu muncul? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kupang (13): Sejarah Pulau Sabu [Sawu], Antara Pulau Rote - Pulau Sumba; Kini Nama Kabupaten Sabu Raijua (Dana)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Artikel ini tidak berbicara tentang bupati terpilih Kabupaten Sabu Raijua yang identitas kewarganegaraanya diragukan, tetapi ingin menyelidiki untuk memastikan sejarah Pulau Sabu karena terkesan simpang siur. Lantas mengapa narasi sejarah Pulau Sabu menjadi penting? Bukan karena nama Orient P Riwu telah menyita perhatian publik tetapi karena nama Pulau Sabu yang sejak dulu dikenal kini menjadi (dijadikan) nama kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur: Kabupaten Sabu Raijua.

Pulau Sabu adalah pulau di sebelah barat Pulau Rote yang masuk wilayah kabupaten Kupang (kota Kupang di Pulau Timor). Seperti halnya Pulau Rote yang dibentuk menjadi kabupaten baru (Kabupaten Rote Ndao; gabungan naa pulau Rote dan Ndao), pada tahun 2008 Pulau Sabu dipisahkan dari kabupaten Kupang dengan membentuk klabupaten baru: Kabupaten Sabu Raijua (gabungan nama Pulau Sabu dan Pulau Raijua; tapi tidak menyertakan nama Pulau Dana). Ibu kota Kabupaten Sabu Raijua ditetapkan di Menia (pantai utara Pulau Sabu).

Bagaimana sejarah Pulau Sabu? Tentu saja jangan pula lupa nama (pulau) Raijua dan nama (pulau) Dana. Tiga pulau inilah yang mem(di)bentuk kabupaten Sabu Raijua. Akan tetapi dalam sejarahnya nama (pulau) Sabu harus didahulukan karena namanya sudah dikenal lebih awal di masa lampau. Okelah kalu begitu. Lalu bagaimana sejarah Pulau Sabu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.