Laman

Kamis, 01 Juli 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (70): Sejarah Islam Tiongkok, Sejarah Islam di Indonesia; Kota Canton, Mongol, Cheng Ho dan Tartar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Ada sebagian sejarah Tiongkok yang agak khas yakni tentang peradaban Islam, Dalam hal ini, peradaban Islam sudah sejak lama eksis di Tiongkok. Hanya saja pada masa kini tidak terlalu kelihatan, tetapi faktanya tidak pernah hilang sejak zaman kuno. Pengaruh Islam di Tiongkok eksis bahkan ketika nabi Muhamad masih hidup. Satu hal bahwa peradaban Islam ini muncul di Tiongkok justru bukan dari barat, tetapi dari timur di pantai timur Tiongkok yang bermula di kota pelabuhan Canton. Pedagang-pedagang Arab dan Persia sudah berlayar hingga ke pantai timur Tiongkok.

Catatan dinasti Tiongkok Min Shu yang dikompilasi pada akhir abad ke-16 berdasarkan sumber-sumber kuno oleh Ho Ch'iao-yüan menyatakan T'u-shu Chi-ch'êng, Chih-fang-tien, bab 1052, halaman 5a bahwa antara tahun 618 dan 626 empat orang Muhammad membawa Islam di Tiongkok. Satu orang mengajar di Canton, satu orang  di Yang-chow, dan dua orang lainnya di Ch'üan-chow. Sementara itu P'an-yü-hsien-chih bab 53 halaman la menyatakan bahwa ketika navigasi pelayaran perdagangan dibuka pada dinasti T'ang, Mohammad, (beragama) Muslim adalah Raja Medinah. Sebagaimana diketahui turunnya ayat pertama (Al Quran) di gua Hira pada tahun 610 M. Nabi Muhammad sendiri lahir di Mekkah tahun 570 M, menikah pada usia 25 tahun dengan Khadijah. Pernah menjadi hakim di kota Mekkah pada usian 35 tahun. Muhammad menerima wahyu pertama 610 pada usia 40 tahun. Pada tahun 622 Nabi Muhammad dan pengikut pindah dari Mekkah ke Madinah (sebagai awal tahun Hijriyah). Jika dibandingkan catatan Tiongkok di atas, empat orang Muhammad sudah berada di Canton pada tahun 618 (sebelum hijrah).

Lantas bagaimana sejarah Islam di Tiongkok? Selama ini hanya diketahui bahwa Islam masuk ke Tiongkok setelah Nabi Muhammad meninggal. Namun berdasarkan catatan Tiongkok dinasti Ming menyebutnya jauh lebih awal bahkan pada saat Nabi Muhammad masih hidup. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.