Laman

Minggu, 24 Oktober 2021

Sejarah Padang Sidempuan (22): Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, M.Sc. Ph.D, Ahli Tanah Pengembangan Wilayah; Kepala BPN

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Sidempuan di blog ini Klik Disini

Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD, banyak yang mengenalnya dan banyak pula yang mengenangnya. Banyak mengenalnya karena beliau sangat akrab dengan semua orang, banyak orang mengenangnya karena cara berpikirnya dan hasil pemikirannya banyak menginspirasi. Saya mengenalnya, bukan karena sama-sama kelahiran Padang Sidempuan, tetapi saya mengenalnya dengan baik selama mahasiswa. Memang kami sama-sama satu fakultas )IPB-Bogor), tetapi Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD di Jurusan Ilmu Tanah sebagai dosen senior, sedangkan saya sendiri sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Meski demikian, di luar akademik saya kerap berkunjung ke rumahnya, karena rumah beliau cukup dekat dengan tempat kost saya. Beberapa hari terakhir ini saya kembali mengenangnya..

Beberapa hari terakhir ini, salah satu artikel saya tentang riwayat beliau terus meningkat pembacanya. Awalnya saya menganggap kenaikan pembaca itu karena ada yang membutuhkan. Lalu baru saya mengetahui bahwa beliau yang saya hormati telah mendahului kita menghadap Yang Maha Kuasa: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un. Selamat jalan Bang Lutfi. Semoga diterima disisi-Nya. Amin. Saya mengenang beliau dalam artikel ini. Dalam banyak obrolan, saya banyak belajar dari beliau. Beliau kerap menceritakan bagaimana pengalaman hidupnya dalam konteks akademik dan studi. Suatu waktu saya diminta datang ke rumahnya: ‘Khir, bantu Abang cari data pendidikan di kabupaten [tidak jauh dari kabupaten Bogor], ini daftarnya [beberapa tabel data]’. ‘Ok, siap, Bang.”. Setelah di tempat kost saya baru menyadari dananya tidak ada, tidak dibicarakan (apakah sama-sama lupa?). Saya makin bingung, bulan tua, wesel dari kampung baru sekitar seminggu lagi. Untuk ke kota di Jawa Barat itu perlu ongkos bis dan sebagainya termasuk biaya foto kopi, Saya tidak berani ke rumah belia menanyakan dananya. Saya pikir jangan-jangan saya ini sedang diuji. Lalu saya pinjam ke koperasi Rp 10.000. Semua beres, lalu data saya antar dan mendiskusikannya datanya sebentar. Sebelum saya pulang, saya ditanya ‘berapa habis uangmu’. Tidak ada Bang. Saya hanya pinjam koperasi. ‘Ah, kau ini, jangan bodoh-bodohi Abang. Saya jawab: ‘tujuh ribu Bang’. Sambil pergi ke kamar, ‘Ok, sekarang kalikan itu 10 kali’. Dalam hati saya berpikir bukankah itu tujuh puluh ribu. Hampir dua kali wesel saya (setiap bulan orang tua kirim 40.000 rupiah). Apa yang saya pelajari dari itu sebenarnya adalah beliau menguji saya apakah bisa berpikir untuk mengatasi masalah sendiri untuk mendapat keberhasilan.

Lantas bagaimana sejarah Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD? Seperti pernah saya tulis dalam artikel saya enam tahun yang lalu, beliau adalah anak seorang ahli pertanian Djohan Nasoetion sejak era Hiudia Belanda, lulus sekolah pertanian Middelbare Landbouwschool) di Buitenzorg (Bogor). Setelah berdinas di beberapa tempat pada tahun 1936 dipindahkan ke kota Padang Sidempoean.  Lalu bagaimana sejarah Prof. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc. PhD? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (191): Minyak Kalimantan Utara Sejak BPM di Tarakan; Bontang hingga Nunukan Era Zaman Kuno

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Berbicara peta minyak Kalimantan, sebenarnya membicarakan peta minyak di pantai timur Kalimantan. Kurang lebih hal ini serupa di pantai timur Sumatra. Peta minyak di pantai timur Kalimantan pada intinya membicarakan peta minyak Kalimantan Timur (seperti Blok Mahakam). Ini juga kurang lebih sama di pantai timur Sumatra tentang peta minyak di Riau (seperti Blok Rokan). Lantas bagaimana dengan blok minyak di Kalimantan Utara? Kurang lebih serupa dengan blok minyak di Sumatra Utara. Peta minyak di Kalimantan Utara antara Bontak dan Nunukan. Dalam posisi inilah penting peta minyak Tarakan di Kalimantan Utara  dan peta minyak Langkat di Sumatra Utara (antara Labuhan Batu dan Tamiang).

Tambang minyak di Langkat dan kilang minyak di Pangkalan Brandan sudah ditutup tahun 2016 (tambang dan kilang tertua Indonesia). Semua kandungan minyak sudah terkuras habis. Namun di wilayah Tarakan masih tetap berproduksi. Peta minyak di Kalimantan Utara khususnya di wilayah Tarakan berawal dari kehadiran perusahaan minyak pada era Hindia Belanda, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).

Lantas bagaimana sejarah peta minyak di Kalimantan Utara? Seperti disebut di atas, peta minyak di Kalimantan Utara antara Bontang dan Nunukan dimana pada tempo doeloe dimulai oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij di Tarakan. Bagaimana asal usul peta minyak Kalimantan Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (190): Gempa di Indonesia;Dampak Gunung Berapi Aktivitas Vulkanik dan Sesar Bumi Aktivitas Tektonik

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gempa adalah tanda dalam alam bergoyang (berayun). Ayunan ini dapat orang yang berdiri terhutung atau terjungkal, gelas di atas meja bergeser jatuh serta bangunan berderak (berderik). Struktur bangunan yang tidak kuat dapat retak lalu kemudian rubuh. Permukaan air dapat terguncang lalu mengayung benda di atasnya yang bisa terhempas. Singkat kata gempa adalah bencana (ringan atau besar). Gempa yang berbahaya ini dapat terjadi karena aktivitas vulkanik (gunung berapi) atau aktivitas tektonik (geologi). Gempa yang juga sangat berbahaya adalah terjadinya tsunami akibat aktivitas tektonik tersebut. Gempa dan tsunami yang sangat besar  

Tentang tsunami sudah dideskripsikan pada artikel sebelumya. Pada artikel mendeskripsikan gempa dan dampak yang ditimbulkannya. Sebagaimana wilayah Indonesia merupakan jalur cincin api, maka gunung-gunung di Indonesia masih banyak yang aktif dari masa ke masa (bahkan sejak zaman kuno) yang aktivitasnya yang menimbulkan gempa telah menyebabkan banyak korban benda dan korban jiwa. Demikian juga wilayah Indonesia yang memiliki banyak sesar (patahan bumi) dapat sewaktu-waktu bergeser yang juga dapat menimbulkan gempa yang sangat membahayakan.

Lantas bagaimana sejarah gempa di Indonesia? Seperti disebut di atas, kejadian gempa di Indonesia di berbagai tempat tidak terhitun banyaknya, apakah yang tercatat atau tidak sejak masa lampau. Selain bahaya yang ditimbulkan gempa bagi penduduk, satu hal yang kurang mendapat perhatian adalah dampak pada perubahan permukaan bumi (topografi). Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.