Laman

Sabtu, 30 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (203): Ladang Minyak Kalimantan Selatan di Pedalaman, Pantai Utara Jawa di Lepas Pantai; Kenapa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Hampir tidak terdengar ada kabar potensi minyak di lepas pantai (provinsi) Kalimantan Selatan. Yang sudah diketahui adalah justru berada di pedalaman seperti di kecamatan Tanjung, kabupaten Tabalong; kecamatan Batang Alai Utara dan kecamatan Barabai, kabupaten Hulu Sungai Tengah serta di wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara. Tempat-tempat tersebut kini seakan berada di pedalaman bagian hulu daerah aliran sungai Barito

Sungai Barito (tempo dulu disebut sungai Dusun) adalah nama sungai yang berhulu di,pegunungan Schwaner di pedalaman (provinsi) Kalimantan Tengah yang di hilir melalui kota Marabahan. Sungai Barito lebih ke hilir bermuara sungai Negara di (provinsi) Kalimantan Selatan. Sungai Barito bermuara di pantai selatan (dekat kota Banjarmasin). Bagian hilir sungai Barito ini juga disebut sungai Banjar(masin). Soal penamaan sungai ini umum ditemukan di seluruh Indonesia, ada perbedaan nama dari hulu (pedalaman) dan dari pantai (muara sungai) seperti nama Ciliwung di hulu anama Jacarta di hilir, nama Tangerang di hilir nama Cisadane di hulu, nama Bekasi di hilir nama Cilengsi di hulu dan nama Citarum di hulu nama Karawang di hilir. Hal itu juga dengan diKalimantan Timur, nama Mahakam di hilir nama Kutai di hulu. Apakah ada makna soal penamaan sungai-sungai tersebut?.

Lantas bagaimana sejarah ladang minyak di provinsi Kalimantan Selatan? Seperti disebut di atas, ladang-ladang minyak cenderung ditemukan di pedalaman bagian hulu sungai Barito. Mangapa tidak ditemukan di lepas pantai Kalimantan Selatan, padahal ladang minyak di lepas pantai utara Jawa ditemukan. Mengapa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (202): Peta Teluk Kalimantan dan Bentuk Pulau Zaman Kuno; Dimana Posisi Sungai Kapuas Bermuara?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam soal sejarah zaman kuno, pulau Kalimantan dihubungkan dengan peta geografi Ptolomeus yang berjudul Taprobana yang dibuat pada abad ke-2 dan ditemukannya prasasti di Muara Kaman yang berasal dari abad ke-5. Dua bukti sejarah yang berasal dari zaman kuno itu mengindikasikan pulau Kalimantan pada zaman kuno sebagai pulau yang penting. Peta Ptolomeus mengindikasikan wilayah Kalimantan adalah kawasan penduduk yang ramai, prasasti mengindikasikan adanya peradaban dan diduga menunjukkan bukti adanya kerajaan.

Dua bukti sejarah zaman kuno ini sudah pernah ditulis dalam blog ini: (1) Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan; dan (2)  Sejarah Kalimantan (50): Muara Kaman di Sungai Kutai; Kerajaan Kutai Martapura, Kerajaan Mulawarman, Kesultanan Kutai. Peta Taprobana yang dibuat Ptolomeus selama berabad-abad sejak era Portufgis menjadi perdebatan dimana letak posisis GPS pulau Taprobana tersebut hingga masa ini. Dalam artikel SMI No 77 tersebut bisa saya buktikan adalah peta Kalimantan zaman kuno. Sementara prasasti Muara Kaman dihubungkan dengan keberadaan kerajaan di pedalaman  di arah hulu sungai Mahakam yang menjadi simpul perdagangan emas pada zaman kuno. Dalam hubungan ini, dua fakta sejarah tersebut diajukan pertanyaan: apakah ada hubungannya dengan sejarah peta teluk-teluk di pulau Kalimantan.

Lantas bagaimana sejarah teluk-teluk di pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas, pertanyaan ini dapat dihubungkan dengan pertanyan baru apakah bukti-bukti kuno yang ditemukan yang beasal dari zaman kuno (peta dan prasasti) ada hubungannya dengan perihal teluk-teluk di pulau Kalimantan. Satu yang pasti, berdasarkan artikel SMI No 77 bahwa bentuk rupa pulau Kalimantan yang sekarang berbeda dengan wujudnya pada zaman kuno. Lalu dimana posisi sungai Kapuas bermuara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.