Laman

Senin, 10 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (346): Pahlawan-Pahlawan Indonesia - Detik Detik Berakhir Belanda; Orang Pribumi PendukungBelanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Adakah orang Indonesia pendukung Belanda? Tentu saja ada. Bahkan ada yang menginginkan Belanda selamanya. Namun situasi berubah ketika tanda-tanda inavasi Jepang ke Indonesia. Yang paling takut terhadap kehadiran (invasi) Jepang adalah orang Belanda sendiri. Sebaliknya para pendukung Belanda, ketika terjadi pendudukan di Indonesia yang membuat mereka semakin takut adalah karena tidak adanya dukungan Belanda lagi. Oraang-orang Indonesia yang anti Belanda, wait en see.

Hindia Timur kemudian Hindia Belanda adalah sebuah daerah pendudukan Belanda yang wilayahnya saat ini dikenal dengan nama Republik Indonesia. Hindia Belanda dibentuk sebagai hasil dari nasionalisasi koloni-koloni Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada era Hindia Timur, yang kemudian berada di bawah pemerintahan Belanda sejak tahun 1800 (Hindia Belanda). Selama abad ke-19, daerah jajahan dan hegemoni Belanda diperluas, mencapai batas wilayah teritorial terbesar mereka pada awal abad ke-20. Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda dan berkontribusi pada keunggulan global Belanda dalam perdagangan rempah-rempah dan hasil bumi pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggal terpisah tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah mereka. Istilah "Indonesia" mulai digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880. Pada awal abad 20, para intelektual lokal mulai mengembangkan konsep Indonesia sebagai negara dan bangsa, dan menetapkan panggung untuk gerakan kemerdekaan. Pendudukan Jepang pada Perang Dunia II melemahkan sebagian besar negara kolonial dan ekonomi Belanda. Semua orang Belanda di Indonesia diinternir oleh militer Jepang (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya orang Belanda (Pemerintah Hindia Belanda)? Seperti disebut di atas, invasi Jepang k Indonesia adalah ketakutan terbesar Belanda sepanjang masa. Orang Belanda sudah hadir di Indonesia (baca: Hindia Timur) sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Lalu bagaimana dengan orang Indonesia pendukung Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Detik-Detik Berakhir Belanda di Indonesia: Awal Kebangkita Bangsa hingga Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Orang-orang Belanda sejak VOChanya menghadapi orang pribumi dari lingkunga kerajaan (kraton). Setelah adanya sekolah kedokteran dan sekolah guru untuk golongan pribumi sejak 1850an, mulai banyak guru-guru dan dokter-dokter pribumi yang menerjemahkan situasi dan kondisi bangsa sendiri (seiring dengan semakin tidak adilnya Belanda yang hanya menjalankan motifnya keuntungan finansial ekonomi). Para guru tidak hanya mengajar, menulis buku pejaran sendiri juga mulai menulis di surat kabar. Demikian juga para dokter yang berusaha menyehatkan penduduk mulai menyadari sehat saja tidak cukup tetapi juga harus pintar. Karena itulah para dokter pribumi juga ikut mendukung para guru untuk mencerdaskan bangsa. Para siswa juga sudah ada yang mulai studi ke Belanda.

Pada tahun 1900 di kota Padang, seorang pensiunan guru, pemilik sekolah swasta, mulai menyadari pintar dan sehat tidak cukup tetapi juga diperlukan persatuan dengan membentuk organsiasi. Pensiunan guru tersebut adalah Dja Endar Moeda yang berinisiatif mendirikan organisasi kebangsaan (pertama) yang diberi nama Medan Perdamaian. Dja Endar Moeda sendiri yang menjadi ketuanya. Saat itu Dja Endar Moeda telah mengakuisisi surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat beserta percetakannya. Segera pula menerbitkan surat kabar baru dengan nama Tapian Na Oeli (untuk sirkulasi di wilayah Tapanoeli). Sehubungan dengan terbentuknya organisasi kebangsaan pribumi di Padang, Dja Endar Moeda juga menerbitkan majalah yang menjadi organ organisasi yang diberi nama majalah Insulinde (yang berisi tulisan-tulisan permbangunan, pengembangan pertanian dan industri serta sosial budaya). Dja Endar Moeda pada tahun 1898 pernah menyatakan bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya: sama-sama mencerdaskan bangsa. Sejak itu, organisasi kebangsaan kedua muncul di Medan pada tahun 1907 dengan nama Sarikat Tapanoeli yang kemudian menerbitkan surat kabar Pewarta Deli yang menjadi organ  Sarikat Tapanoeli. Lalu kemudian muncul organisasi kebangsaan yang ketiga di Batavia yang diinisiasi oleh mahasiswa STOVIA, Raden Soetomo dkk dengan nama Boedi Oetomo.

Di Belanda, para mahasiswa juga telah membentuk organisasi kebangsaan diantara mahasiswa. Organisasi kebangsaan mahasiswa di Belanda ini diberi nama Indische Vereeniging yang secara resmi didirikan pada tanggal 25 Oktober di Leiden. Yang menginisiasi organisasi mahasiswa itu adalah Soetan Casajangan yang juga sekaligus ketuanya dengan sekretaris Raden Soemitro.

Soetan Casajangan, seorang guru berangkat studi ke Belanda pada tahun 1905. Saat itu di Belanda baru satu pribumi yang kuliah di perguruan tinggi (mahasiswa). Soetan Casajangan yang kedua. Sebagai seorang guru, Soetan Casajangan menulis artikel di majalan Bintang Hindia yang intinya menghimbau siswa-siswa di Hindia agar melanjutkan studi di Belanda. Soetan Casajang juga memberi tip bagaimana persiapan di tanah air dan selama di perjalanan dan selama di Belanda. Dalam artikel itu juga Soetan Casajangan menginformasikan fakultas-fakulta apa yang bisa dipilih. Pada saat jumlah mahasiswa sekitar 20 an pada tahun 1908 Soetan Casajangan berinisiatif mendirikan Indische Vereeniging. Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean tahun 1887. Salah satu kakak kelasnya di sekolah itu adalah Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda yang lulus tahun 1884. Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan sama-sama kelahiran kota Padang Sidempoean.

Pada tahun 1921 Dr Soetomo dkk di Belanda mengubah nama organisasi Indisch Vereeniging (Perhimpiuan Hindia) menjadi Indonesieasch Vereeniging (Perhimpoenan Indonesia). Namanya kemudian pada tahun 1924 Mohamad Hatta dkk diubah lagi dengan lebih tegah dengan nama Perhimpoenan Indonesia (frase bahasa Melayu). Organisasi kebangsaan Indische Vereeniging/Perhimpoenan Indonesia sejak 1908 menjadi motor perjuangan di luar negeri (Eropa/Belanda). Sedangkan di dalam negeri, motor perjuangan dibentuk federasi organisasi kebangsaan Indonesia pada tahun 1927 di Batavia. Federasi ini diberi nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang mana sebagai ketua MH Thamrin (Kaoem Betawi) dan sebagai sekretaris Parada Harahap (Sumatranen Bond).

PPPKI ini diinisiasi oleh Parada Harahap, seorang jurnalis senior di Batavia dengan surat kabarnya yang lebih radikal Bintang Timoer yang saat itu sebagai sekretaris organisasi kebangsaan Sumatranen Bond. Parada Harahap juga setejak 1925 telah mendirikan kantor berita pribumi Alpena yang mana sebagai redaktur adalah WR Soepratman. Dalam pembentukan ini Parada Harahap mengundang semua pimpinan organisasi kebangsaan di rumah Prof Husein Djajaningrat yang juga menjadi dekan Rechthoogeschool di Batavia. Husein Djajaningrat adalah sekretaris pada rapat pendiriaan Indische Vereeniging di Belanda tahun 1908 yang diketuai oleh Soetan Casajangan yang kemiudian pada periode kepengurusan kedua diketuai oleh Husein Djajaningrat. Soetan Casajangan sejak 1923 menjadi direktur sekolah guru di Meester Cornelis (Jatinegara). Dalam rapat pembentukan PPPKI ini turut hadir Pasoendan, Islamieten Bond, Boedi Oetomo cabang Batavia. Studieclub Soerabaja yang diwakili Dr Soetomo dam Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI) di Bandoeng yang diwakili oleh Ir Soekarno. Agenda pertama pengurus adalah pembangunan gedung nasional (di Gang Kenari) dan menyelenggarakan Kongres PPPKI pada bulan September 1928 yang akan diintegrasikan dengan Kongres Pemuda bulan Oktober 1928.

Kongres PPPKI pada tahun 1928 ketua panitianya adalah Dr Soetomo (Studieclub Soerabaja) dengan sekretarisnya Ir Anwari (PNI Bandoeng). Salah satu hasil kongres PPPKI iin mengubah namanya menjadi Permoefakatan Partai-Partai Kebangsaan Indonesia yang tetap disingkat PPPKI. PNI sebelum kongres sudah berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia (tetap disingkat PNI) dimana sebagai ketua Ir Soekarno. Dalam kongres PPPKI IR Soekarno mendapat panggung dan berbicara dengan durasi yang cukup lama. Selanjutnya dalam Kongres Pemuda komite inti terdiri dari ketua R Soegondo (PPPI), sebagai sekretaris Mohamad Jamin (Jong Sumatranen Bond) dan bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Bataksche Bond). Ketiga sama-sama mahasiswa di Recht Hoogeschool (yang mana sebagai dekan Prof Husein Djajaningrat),    

Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Parada Harahap sebelum hijrah ke Batavia, telah mendirikan surrat kaabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean (1919-1922). Saat itu Parada Harahap juga menjadi editor majalah Poestaha yang didirikan oleh Soetan Casajangan pada tahun 1915 yang saat itu sebagai direktur sekolah guru di Fort de Kock. Sinar Merdeka dibreidel, lalu Parada Harahap hijrah ke Batavia dan mendirikan surat kabar Bintang Hindia pada tahun 1923. Lalu pada tahun 1925 mendirikan kantor berita Alpena. Saat Parada Harahap hijrah ke Batavia, Soetan Casajangan dipindahkan dari sekolah guru di Ambon ke sekolah guru Normaal School di Meester Cornelis. Dengan bendera NV Bintang Hindia, Parada Harahap menerbitkan surat kabar yang lebih tadikal pada tahun 1926 yang diberi nama Bintang Timoer. Dalam hal ini PPPKI yang dibentuk 1927 menjadikan surat kabar Bintang Timoer sebagai organnya.

Sejak adanya PPPKI, sejarah Indonesia yang sebelumnya masih bersifat kabangkitan bangsa telah meningkat menjadi bersifat pergerakan kemerdekaan Indonesia. Secara individu dua tokoh paling radikal yang mengemuka setelah pendirian PPPKI ini adalah Mohamad Hatta di Belanda (ketua Perhimpoenan Indonesia) dan Ir Soekarno (ketua Partai Nasional Indonesia).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pendudukan Militer Jepang di Indonesia dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945: Orang Indonesia Pendukung Belanda

Situasi dan kondisi di Indonesia dari waktu ke waktu cepat berubah. Runor adanya keinginan Jepang melakukan invasi ke Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (baca: Hindia Belanda) sudah ada sejak 1935. Rumor itu mulai dihubungkan dengan kunjungan tujuh revolusioner Indonesia yang berkunjung ke Jepang tahun 1933 yang dipimpin oleh Parada Harahap dimana di dalam rombongan itu terdapat Drs Mohamad Hatta yang belum lama pulang studi dari Belanda. Gerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu.

Pada tahun 1933 Ir Soekarno kembali ditangkap dan ditahan di penjara Bandoeng. Ir Soekarno dituduh melakukan agitasi terhadap otoritas pemerintah di dalam berbagai tulisannya di majalah Soeloeh Indonesia. Pada pertengahan tahun 1933 surat kabar dan majalah yang lebih radikal dibreidel di seluruh Indonesia termasuk surat kabar Bintang Timoer di Batavia (pimpinan Parada Harahap), Pewarta Deli di Medan (pimpiuan Abdoellah Lubis), Fikiran Rakjat di Bandoeng (pimpinan Ir Soekarno) dan Soeara Oemoem di Soerabaja (pimpinan Dr Soetomo) serta Pikiran Rakjat di Manado (pimpinan Sam Ratulangi) dan Daoelat Rakjat (organ partai Pendidikan Nasional Indonesia pimpinan Mohamad Hatta dan Soetan Sjahris dengan editor Dr Abdoel Moerad). Parada Harahap mulai marah besar dan kemudian memimipin tujuh revolusioner berangkat ke Jepang pada bulan November 1933 dengan kapal Panama Maru. Seperti disebut di atas rombongan yang yang juga ada Drs Moahamad Hatta juga ada Abdoellah Luebis dari Medan dan Samsi Widagda, Ph.D guru Taman Siswa di Bandoeng. Rombongan itu baru kembali ke tanah air bulan Januari 1934 dan tiba di pelabuhan Tandjoeng Perak Soerabaja pada tanggal 14 Januari yang disambut oleh Dr Soetomo dkk. Pada hari yang sama diberitakan Ir Soekarno diberangkat ke pengasingan di Flores melalui pelabuhan Tandjoeng Priok.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Detik-Detik Berakhir Belanda di Indonesia: Para Pemimpin Indonesia Sudah Sangat Siap

Pada tahun 1940 diadakan sidang Volksraad. Dalam sidang ini terkesan sangat istimewa. Salah satu materi yang dibahas soal untuk tetap mempertahankan adanya jabatan Lennan Gubernur Jenderal (lihat De avondpost, 06-02-1940). Dalam sidang ini umumnya berpendapat tidak ada masalah, karena anggota dewan yang lain lebih memprioritas isu yang lebih penting lainnya. Namun tanpa diduga oleh para anggota golongan Belanda, Mr Mohamad Jamin (ING) menyatakan tidak berkeberatan untuk mempertahankan posisi Letnan Gubernur Jenderal, tetapi Mohamad Jamin dengan tegas mengatakan bahwa untuk menduduki itu haruslah seorang Indonesia. Tentu saja orang-orang Belanda kaget dan orang-orang Indonesia mungkin tidak menduga Mohamad Jamin berpendapat seperti itu. Namun itulah Mohamad Jamin.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar