Laman

Rabu, 12 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (350): Pahlawan Indonesia Mr Harmani di Modjokerto; Siapa Dia? Sejarah Adalah Narasi Fakta dan Data

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia kabinat pertama adalah Kabinet Presidensial yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Kabinet ini dibentuk tanggal 19 Agustus 1945 berakhir pada tanggal 14 November 1945. Singkat memang, tetapi tidak aka mengubah fakta kabinet inilah pendahulu dari kabinet Indonesia. Salah satu anggota kabient tersebut adalah Mr Harmani yang menjabat sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri. Tentulah mereka yang pertama ini merupakan orang penting pertama pada permulaan Republik Indonesia. Namun sayang sejarah Mr Harmani kurang terinformasikan.

Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kabinet pertama ini hanya bersifat formal saja dan belum bisa melaksanakan roda pembangunan dan pemerintahan. Nama kabinet pertama ini yang juga sering dieja Kabinet Presidentiil. Dinamakan demikian karena setelah merdeka, Indonesia menerapkan sistem presidensial di mana presiden berfungsi sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Pimpinan Kabinet adalah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Menteri Kabinet adalah sebagai berikut: 1. Menteri Luar Negeri Mr. Achmad Soebardjo; 2. Menteri Dalam Negeri RAA Wiranatakusumah; Wakil Menteri Dalam Negeri Mr Harmani; 3. Menteri Kehakiman Prof. Dr. Soepomo; 4. Menteri Penerangan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap; 5. Wakil Menteri Penerangan Mr Ali Sastroamidjojo; 6. Menteri Keuangan Dr. Samsi Sastrawidagda; 7. Menteri Kemakmuran Ir Soerachman Tjokroadisoerjo; 8. Menteri Perhubungan Abikusno Tjokrosujoso; 9. Menteri Pekerjaan Umum Abikusno Tjokrosujoso; 10. Menteri Sosial Iwa Koesoemasoemantri; 11. Menteri Pengajaran Ki Hajar Dewantara; 12. Menteri Kesehatan Dr. Boentaran Martoatmodjo; 13. Menteri Agama KH Abdul Wahid Hasyim; 14. Menteri Negara Mohammad Amir; Mr. Sartono; Wahid Hasjim; AA Maramis; Oto Iskandar di Nata. Selain itu ada pejabat setingkat menteri, yakni Ketua Mahkamah Agung        Kusumah Atmaja; Jaksa Agung Gatot Tarunamihardja; Menteri Sekretaris Negara Abdoel Gaffar Pringgodigdo; Juru Bicara Negara Sukardjo-Wirjopranoto.  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Mr Harmani? Seperti disebut di atas, Mr Harmani adalah anggota kabinet pertama dengan posisi sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri. Mangapa Mr Harmani tidak terinformasikan> Siapa dia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Mr Harmani, Wakil Menteri Dalam Negeri Kabinet Pertama (1945)

Harmani muda sebenarnya bukanlah orang biasa. Besar dugaan Harmani adalah lulusan OSVIA dan ditempatkan di pemerintahan daerah (BB) Residentie Kediri sebagai asisten wedana. Pada tahun 1925 Harmani menjadi salah satu komisari di pengurus baru badan pusat Sarikat Polisi Pamongpraja (lihat De locomotief, 25-08-1925). Polisis Pamongpradja pada masa ini semacam Satpol PP. Dalam perkembangannya Harmani mulai berkerja di lingkungan dewan (raad).

Pada tahun 1928 Harmani sebagai asisten wedana di Kras diangkat sebagai sekretaris dewan kabupaten (lihat De Indische courant, 12-07-1928). Disebutkan sejak 1 Juli diangkat sebagai sekretaris Regentschapraad di Kediri yang saat ini sebagai asisten wedana di Kras. Beberapa bulan kemudian diberitakan Harmani diangkat menjadi anggota dewan provinsi untuk menggantikan yang mengundurkan diri (lihat De Indische courant, 29-12-1928).

Bagaimana Harmani bisa mengalami karir yang cepat, tentulah itu kombinasi antara kapasitas dan lucky. Pada tahun 1929 Harmani diketahui telah menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) Kediri (lihat De Indische courant, 01-05-1929). Beberapa bulan kemudian Harmani mendapat kesempatan mengikuti kursus 1929/1930 di Sekolah Administrasi (lihat De Indische courant, 26-08-1929). Disebutkan dengan keputusan direktur Administrasi Dalam Negeri directeur (Binnenlandsch Bestuur) diangkat pejabat pribumi, antara lain Harmani untuk mengikuti kursus 1929/1930 di Bestuursschool. Selama di Batavia Harmani menjadi anggota PPBB.

Sekolah Bestuursschool berada di Batavia. Selama di Batavia, Harmani menjadi anggota Perhimpoenan Prijaji Bestuur Boemiputra (PPBB). Suatu organiasi baru bagi pejabat pemerintahan daerah. Sebagai anggota pengurus pusat PPBB, Harmani menginisiasi pertemuan PPBB di (cabang) Soerabaja untuk membawas perihal pemilihan (kandidat) anggota Volksraad berikut (lihat De Indische courant, 09-09-1930). Disebutkan dalam pertemuan itu hadir antara lain Bupati, Patih, beberapa anggota dewan kabupaten/kota, serta beberapa pejabat BB, penggagasnya adalah R Harmani, dari Sekolah Administrasi di Weltevreden, yang di bawah mandat dari dewan pusat asosiasi pejabat pribumi (BB) tersebut untuk membahas sistem pemilihan dan pencalonan untuk pemilihan Voiksraad berikutnya. Korps BB yang dicalonkan antara lain Soetardjo (Grissee), Soejono, Soeroso dan Soebroto. Dalam pertemuan ini juga hadir anggota dewan kota (gemeeteraad) Soerabaja R Koesmadi. Beberapa hari kemudian sebagai panitia pemilihan diketahui Harmani melakukan presentasi di beberapa kota di Oost Java seperti Loemadjang, Sidoardjo dan Temanggoeng serta Malang.

Harmani di Batavia, sebagai pengurus PPBB juga turut membidani diterbitkannya majalah dwimingguan Penjoeloeh yang berisi seputar perihal administrasi daerah di Hindia Belanda yang merupakan hasil kerjasama Regentenbond Sedyo Mulyo dan PPBB (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-10-1931). Disebutkan dalam edisi pertama terdapat tiga artikel yang ditulis masing-masing oleh Soetradjo berjudul De positie van het Inlandsch Bestuur; Wiranatakoesoema berjudul Mohamadansche feestdagen dan Harmani berjudul Het autonomie regentshap. Catatam: Soetardjo dan Wiranatakoesoema bupati Bandoeng adalah anggota Volksraad.

Penjoloeh adalah media atau organ dari pegawai pemerintah daerah (pribumi). Media sejenis dalam sejarahnya pernah diterbitkan tahun 1910 yang diberi nama Medan Peijaji yang dipimpin oleh Tirto Adhisoerjo yang saat itu hanya terbatas sebagai organ di lingkungan Boedi Oetomo. Sedangkan Penjoloeh yang merupakan kerjasama Regentschapbond dan PPBB bersifat nasional (seluruh Hindia Belanda).

Pada tahun 1932 studi Harmani di Batavia sudah selesai dan sudah kembali ke Oost Java (lihat De locomotief, 04-04-1932). Disebutkan pada tanggal 26 dan 27 Maret diadakan rapat umum PPBB cabang Oost Java di Malang. Dalam rapat umum dipilih pengurus. Dalam kepengurusan baru ini antara lain Harmani, wedana Rogodjampi sebagai selah satu komisaris. Dalam hal ini jabatan Harmani telah naik dari asisten wedana menjadi wedana. Besar dugaan kenaikan pangkat ini seiring dengan kelulusan di Bestuurschool. Lagi-lagi kesempatan bagi Harmani melanjutkan studi ke fakultas hukum di Batavia.

De Indische courant, 22-08-1932: ‘Studi ke Rechthoogeschool. Mas Harmani, wedana dari Rogodjampi, telah dipindahkan ke Meester-Cornelis dan ditempatkan disana sebagai pembantu residen sebagai pejabat Dinas Administrasi Pribumi. Maksud dari pemindahan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada Mas Harmani untuk mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum’.

Sebenarnya umumnya mahasiswa yang diterima di rechthoogeschool adalah lulusan AMS dan HBS. Sangat jarang lulusan di luar itu yang melanjutkan studi di fakultas hukum satu-satunya itu di Hindia Belanda. Tentulah hal itu dapat dicapai Haramani karena memiliki prestasi baik selama studi di Bestuurschool. Dengan kata lain Harmani memenuhi kualifikasi yang dipersyarakatkan oleh pemerintah.

Persyaratan masuk ke Rechthoogeschool adalah lulusan sekolah menengah atas (HBS 5 tahun atau AMS. Seperti disebut di atas, Harmani memulai karir di pemerintahan daerah sebagai lulusan OSVIA (setara SMP) yang mana siswa yang diterima di OSVIA adalah lulusan sekolah dasar (HIS atau ELS). Sekolah Bestuurschool yang belum lama diikuti oleh Harmani lulus setara SMA. Hal itulah mengapa Harmani bisda diterima di Rechthoogeschool.

Pada tahun 1933 Harmani lulus ujian kandidat pertama (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 29-07-1933). Disebutkan di Rechthoogeschool lulus ujian kandidat pertama Hamani. Namun beberapa waktu kemudian diketahui Harmani berangkat ke Belanda dengan kapal ss Ophir pada tanggal 25 (lihat De locomotief, 24-11-1933). Tidak diketahui tujuan Harmani ke Belanda. Yang jelas Harmani tercatat sebagai warga kota di Leiden (lihat     De avondpost, 15-05-1934). Pada bulan Juli 1934 Harmani diberitakan lulus ujian kandidat Indisch Recht di Universiteit te Leiden (lihat Haagsche courant, 10-07-1934). Harmani lulus bersama S Soedarmo. Dengan demikian Harmani telah meninggalkan studinya di Rechthoogeschool Batavia dan diduga transfer di fakultas hukum di Leiden. Lagi-lagi, Harmani pindah alamat ke Utrecht (lihat De avondpost, 09-04-1935). Pada tahun 1936 diberitakan Harmani lulus doktoral Indisch Recht di Utrecht (lihat Christelijk sociaal dagblad voor Nederland De Amsterdammer, 04-02-1936). Harmani kini lulus fakultas hukum dengan gelar Mr.

Lulusan OSVIA jarang yang mencapai tingkat sarjana. Harmani termasuk kekecualiaan. Harmani lulus dari OSVIA Blitar (lihat Soerabaijasch handelsblad, 24-07-1934). Selain Harmani lulusan OSVIA yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Belanda adalah Goemala Noor dari Bandjarmasin (kelak Drs).

Sepulang studi dari Belanda Mr Harmani ditempatkan oleh Gubernur di Residentie Bodjonegoro untuk tugas khusus (Soerabaijasch handelsblad, 16-03-1936). Lalu kemudian Mr Harmani ditempatkan di  kota Blitar sebagai wedana (lihat De Indische courant, 17-07-1936). Mr Harmani kembali aktif di PPBB (lihat De Indische courant, 29-09-1936). Tampkanya Harmani tidak ada diamnya, selalu memiliki aktivitas yang rajin. Di Blitar Harmani kembali menjadi anggota dewan (lihat Soerabaijasch handelsblad, 05-10-1936). Harmani juga menjadi anggota dewan provinsi (lihat De locomotief, 03-11-1936).

Mr Harmani kemudian mendapat kenaikan pangkat menjadi Patih di Seoarabaja (lihat De Indische courant, 25-08-1937). Satu tingkat lagi akan menjadi bupati (regent). Akhirnya sebagai anggota dewan Mr Harmani diketahui telah menjadi anggota dewan pusat Volksraad (lihat De Indische courant, 16-05-1938). Besar dugaan sebagai anggota pengganti. Dalam periode Voksraad berikut Mr Harmani dicalonkan sebagai anggota Volksraad dari PPBB (lihat De locomotief, 12-10-1938).

Mr Harmani kini telah menjadi anggota Volksraad melalui pemilihan dari Oost Java (lihat Algemeen Handelsblad, 12-01-1939). Mr Harmani adalah anggota baru, sedangkan anggota lainnya dari Jawa Timur adalah incumbent. Kini Mr Harmani akan berinteraksi di Volksraad dari wakil-wakli seluruh Hindia Belanda.

Mr Harmani termasuk model anak bangsa Indonesia. Meski memulai karir dari bawah, hanya sebagai lulusan OSVIA tetapi pada akhirnya bisa mencapai apa yang diinginkan. Kini, Mr Harmani adalah sarjana (hukum( yang langka dari latar belakang pegawai pemerintah (kini PNS). Mr Harmani sejak 1939 sudah secara definitif menjadi anggota dewan pusat Volksraad, pribumi yang bisa mencapau gaji tertinggi di Hindia Belanda. Pengetahun sudah cukup, pengalaman sangat banyak dan kini materi uang sudah pula banyak. Tentulah keluarga Mr Harmani sangat bahagia, lebih-lebih ibunya yang telah membesarkannya. Namun semua hubungan anak dan ibu itu harus berakhir. Saat Mr Harmani mengikuti sidang-sidang Volksraad di Batavia, sang ibu dikabaekan meninggal dunia (lihat De Indische courant, 20-01-1940). Disebutkan Rden Ajoe Soerodihardjo, ibu anggota Volksraad Mr Harmani dalam usia 75 tahun di Modjokert0. Mr Harmani berduka. Penduduk di ibu kota Madjapahir tempo doeloe, juga turut kehilangan sang bunda dari tokoh yang insopiratif. Ibunya pergi dengan tenang saat sang anak sudah berada di puncak. Itulah kebanggaan seorang ibu, kebahagian seorang ibu. Dalam hal ini kapan ayah Mr Harmani meninggal tidak terinformasikan.

Sebagai anggota dewan pusat Volksraad yang sangat sibuk saat itu, Mr Harmani sebagai pegawai negeri karirnya masih bagus. Pada tahun 1941 Mr Harmani diangkat sebagai Patih di kabupaten Modjokerto (lihat De Indische courant, 17-01-1941). Meski pangkat patih ini sudah beberapa lama diraihnya seperti di Soerabaja dan Blitar, tetapi menjadi patih di Moedjokerto adalah suatu yang berbeda. Modjokero adalah tempat kelahirannya, tempat dimana baru-baru ini meninggal di Modjokerto.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mr Harmani; Siapa Dia? Sejarah Adalah Narasi Fakta dan Data

Mr Harmani adalah seorang Republiken. Mr Harmani dari waktu ke waktu adalah pejabat karir, pejabat yang setiap jenjang kepangkatan harus dilaluinya mulai dari asisten demang dan menjadi Patih sebagai jabatan tertinggi pada era Hindia Belanda (pada masa ini Patih kira-kira semacam Sekda). Sulit mendapat data sejarah pada era pendudukan militer Jepang. Oleh karena itu perjalanan karir Mr Harmani pada era pendudukan Jepang juga kurang terinformasikan.

Tentulah untuk jabatan di atas Patih sebagai bupati (regent) sulit dicapai Mr Harmani, karenaa jabatan regent selain jabatan politis juga kerap dihubungkan dengan asal-usul. Tampaknya keluarga Harmani agak sedikit jauh di luar kraton (ningrat). Memang banyak keluarga kraton yang mencapai kedudukan patih karena mereka juga mengikuti karir. Meski Harmani datang dari keluarga biasa-biasa saja tetapi dengan mendapat kedudukan sebagai Patih, itu berarti sudah duduk disamping para bupati. Bupati Bandoeng misalnya, secara turun-temurun dapat dikatakan dari garis keturunan yang sama. Wiranatakoesoema di Bandoeng adalah ningrat terakhir di wilayah (district) Bandoeng.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), pada saat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta membentuk kabinet, besar dugaan Mr Harmani salah satu dari dua pemilik portofolio tertinggi untuk kandidat Menteri Dalam Negeri. Dalam keputusan terakhir, pada penetapan kabinet pertama Republik Indonesia Mr Haramni diangkat sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri untuk mendampingi Wiranatakoesoema (Regent van Bandoeng).

Kombinasi ini tentulah ideal, karena dua orang pemerintahan daerah ini sejak era Hindia Belanda sangat intens untuk urusan pemerintahan daerah. Seperti disebut di atas, Mr Harmani adalah seorang Patih di Modjokerto dan Wiranatakoesoema sebagai regent di Bandoeng. Komposisi pemimpin di Kementerian Dalam Negeri menjadi seakan komposisi lama pada era Hindia Belanda (regent dan patih). Oleh karena itu, patih sebagai pejabat karir, maka kedudukan Mr Harmani di kemeterian dalam negeri sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri akan banyak terlibat dalam urutan keadministrasian (semacam Sekjen Kementerian atau Sekda pada level pemerintah daerah).

Lagi-lagi, Mr Harmani mencapai karir tertinggi di pemerintahan, tidak pada pemerintahan daerah tetapi pemerintahan pusat (nasional). Barisan para sekjen ini sejak awal terbentuknya republik hingga ibu kota RI pindah dari Djakarta ke Djogjakarta pada bulan Januari 1946 cukup banyak. Mereka adalah pejabat karir, selain Mt Harmani ada juga Mr Kasman (kementerian pertahanan dan kementerian kehakiman), Mr Arifin Harahap (kementerian penerangan dan kementerian ekonomi) dan Ir Soetoto (kementerian perhubungan dan kementerian PU).

Pada awal pemerintahan Republik Indonesia (kabinet Presidensial), Presiden Soekarno untuk merespon dinamika yang terjadi di tengah rakyat Indonesia, Presiden Soekarno mengubah sifat pemerintahan dari presidensial menjadi lebih demokratis (parlementer).Oleh karena itu Presiden Soekarno membubarkan kabinetnya, kabinet presidensial (secara resmi pada tangga 14 November 1945). Dengan sendirinya jabatan Mr Harmoni sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri hilang, tetapi sebagai pejabat karir Mr Harmani kembali kejabatan karirinya di kementerian dalam negeri (sebagai sekjen). Lalu Presiden Soekarno menunjuk Soetan Sjahrir dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap (ketua dan wakil Partai Sosialis Indonesia) untuk membentuk kabinet baru, dimana Soetan Sjahrir menjadi Perdana Menteri dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap tetap pada posisinya sebagai Menteri Penerangan (yang juga merangkap sebagai Menteri Pertahanan/KR). Dalam hal ini Soekarno dan Mohamad Hatta kepala negera (ketua dan wakil) dan Soetan Sjahrir dan Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai kepala pemerintahan (ketua dan wakil). Dalam situasi dan kondisi baru ini Mr Harmani tetap juga pada posisinya di jantung kementerian dalam negeri. Dalam dinamika politik yang terus berlanjut, lebih-lebih dengan tekanan pemerintahan Belanda/NICA yang semakin kuat akhirnya kabinet Soetan Sjahrir mengundurkan diri dan mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno. Lalu kemudian Presiden Soekarno menunjuk formatur yang diketuai Mr Amir Sjarifoeddin Harahap untuk membentuk kabinet baru yang mana Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Perdana Menteri yang kabinetnya diumumnkan secara resmi pada tanggal 3 Juli 1947.

Hasil-hasil perundingan Linggarjati semasa Kabinet Sjahrir tidak terlaksana dengan baik di lapangan baik oleh pemerintahan/NICA sendiri maupun oleh pemerintahan/RI. Untuk meminimalkan risisiko kekacauan yang terus muncul (dalam wujud perang) kedua belah pihak pemerintahan pada Kabinet Amir dilakukan lagi perundingan baru yang diadakan di kapal Amerika Serikat, Renville. Dalam delegasi RI ke perundingan yang dipimpin PM Amir Sjarifoeddin Harahap di kapal Renville ini turut bergabung Mr Harmani sebagai salah satu penasehat. Ini mengindikasikan peran Mr Harmani dianggap sangat penting dari sisi administrasi dalam negeri. Anggota delegasi lainnya, selain sebagian Menteri, sebagai penasehat antara lain Kolonel TB Simatoepang dari kementerian pertahanan, RM Margono dari kementerian perekonomian/bank pemerintah dan Dr Koesoemaatmadja dari kementerian kehakiman.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar