Laman

Selasa, 08 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (404): Pahlawan Indonesia-Liem Koen Hian Jurnalis Anggota BPUPKI 1945; Hindia Belanda or Tiongkok

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Liem Koen Hian adalah anggota BPUPKI tahun 1945. Ini mengindikasikan Liem Koen Hian bagian sejarah Indonesia yang penting. Sudah barang tentu sejarahnya pernah ditulis. Dalam upaya melengkapi narasi sejarah tokoh-tokoh Indonesia pada masa perjuangan Republik Indonesi, nama Lem Koen Hian juga harus mendapat perhatian.

Liem Koen Hian adalah seorang wartawan dan politikus yang mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Ia dilahirkan di Banjarmasin pada 1896 dan wafat di Medan, 5 November 1952. Ia tidak lulus sekolah di HCS lalu ia bekerja. Akan tetapi minatnya pada jurnalistik memulainya di sebuah harian di Balikpapan. Pada 1915 ia pindah ke Surabaya dan bekerja di harian Tjhoen Tjhioe. Pada 1917 ia menerbitkan bulanan Soe Liem Poo. Pada akhir 1918 Liem pindah ke Padang dan menjadi pemimpin redaksi Sinar Soematra hingga 1921 dan memimpin redaksi Pewarta Soerabaia oleh The Kian Sing. Tahun 1925, Liem mendirikan Soeara Poeblik di Surabaya hingga 1929. Dia mengubah Sin Jit Po menjadi Sin Tit Po pada tanggal 19 Desember 1929. Liem bersama Ko Kwat Tiong kemudian mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Liem memimpin redaksi Sin Tit Po (Desember 1929-1932). Ia pindah sebentar ke Kong Hoa Po (April 1937-November 1938), lalu kembali lagi ke Sin Tit Po pada awal 1938. Liem terlibat percekcokan dengan Ko Kwat akibatnya dipecat dari PTI tahun 1939. Dia tetap menyalurkan cita-citanya melalui Sin Tit Po. Saat partai nasionalis bernama Gerindo berdiri, Liem ikut bergabung dan meninggalkan PTI. Tahun 1933-1935, Liem pindah ke Jakarta dan, kabarnya, ia kuliah di Rechts Hoogereschool. Pada akhir 1930-an ia aktif melakukan propaganda anti Jepang. Bahkan, ia sempat ditahan selama masa pendudukan Jepang, tetapi kemudian dibebaskan berkat koneksinya dengan Ny. Honda, seorang kenalannya dari Kembang Jepun, Surabaya. Pada 1945, ketika pemerintah Jepang membentuk BPUPKI Liem dipilih menjadi anggotanya. Pada 1947, Liem ikut anggota delegasi RI dalam Perundingan Renville. Pada akhir tahun 1951 Liem ditangkap dan ditahan selama beberapa waktu atas tuduhan menjadi simpatisan kiri. Kejadian ini sangat mengecewakan Liem Koen Hian akhirnya Liem memutuskan untuk menanggalkan kewarganegaraan Indonesianya. Ia meninggal pada 1952 di Medan sebagai orang asing. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Liem Koen Hian? Seperti disebut di atas, Liem Koen Hian mengawali karir politik dari kegiatan jurnalistik. Pada era Pemerintah Hindia Belanda peran jurnalis cukup strategis. Lalu bagaimana sejarah Liem Koen Hian? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Liem Koen Hian Anggota BPUPKI, 1945: Lika-Liku Seorang Jurnalis

Bagaimana sejarah awal dan siapa Liem Koen Hian, kita seharusnya memulai dari sudah pandang pribumi. Dalam hal ini sejumlah pejuang pribumi mulai melontarkan siapa pribumi dan siapa orang Eropa/Belanda. Sejumlah revolusioner muda pribumi yang menamakan dirinya Indonesier mulai menarik jarak. Ini dimulai di Belanda oleh para pengurus Indische Vereeniging. Dalam Kongres (Mahasiswa) Hindia di Belanda tahun 1917 Sorip Tagor, Dahlan Abdoellah dan Goenawan menyuarakan kami Indonesier (bukan Hindia Belanda). Ketua kongres HJ van mungkin dapat memahami aspirasi itu.

Perjuangan pemisahan ini sesungguhnya diawali oleh para Indo yang ingin Hindia Belanda adalah (negara) yang berbeda dengan (negara Kerajaan0 Belanda. Para Indo merasa direndahkan mereka oleh orang-orang Belanda (tulen). Para Indonesia terdapat dua golongan yakni orang-orang Belanda yang sudah turun temurun di Hindia dan orang Eropa/Belanda yang telah menikah denganh pribumi maupun orang-orang Cina. Perjuangan ini dimulai dengan membentuk organisasi pada tahun 1890 (Indische Partij). Diantara pribumi kemudian muncaul persatuan Insulinde. Pada tahun 1900 di Padang dibentuk perimpunan pribumi yang digagas oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda yang diberi nama Medan Perdamaian (organisasi kebangsaan Indonesia pertama; sementara Boedi Oetomo baru dibentuk tahun 1908)..

Indisch Partij oleh orang–orang Indo (seperti Dr EF Douwes Dekker) di Jawa kemudian bekerjasama denga para pemimpin pribumi seperti Dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kolaborasi Indo dan pribumi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya National Indisch Partij (NIP) pada tahun 1912. Tentulah ini sangat dikhawatirkan oleh orang-orang Belanda (tulen) baik di Hindia Belanda maupun di Belanda. Perkembangan yang berlanjut membuat orang-orang Cina mulai khawatir,

Untuk mengeliminasi National Partji lalu muncullah perkumpulan-perkumpulan orang Belanda di Belanda seperti Vereeniging Moederland en Kolonien yang mengawali lahirnya politik etik. Dalam perkembangannya sejak terbentuknya NIP (Indo-pribumi muncul pula ikatan kerjasama yang kuat antara orang Belanda dan orang pribimi yang kemudian melahirkan politik Indie Weerbaar (Hindia Tanggauh).,

Kekhawatiran orang-orang Cina itu sangat beralasan. Selama ini, sejak berabad-abad poliik rasioal mmbdakan orang di Hindia Timr dalam tiga golongan: Eropa/Belanda, Timur asing dan pribumi. Orang  Timur asing yang populasinya terbesar adalah orang-orang Cina. Jika Indie Weerbaar terwujud maka orang-orang Cina akan tersisih. Karena ikatan orang-orang Belanda (termasuk Indo) dengan pribumi akan membentuk orang Cina sebagai orang asing di Hindia Belanda. Dalam konteks inilah muncul tokoh muda dari golongan Cina yang bernama Liem Koen Hian yang bermula tahun 1916 (lihat De Sumatra post, 16-09-1916).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Liem Koen Hian: Akhir Perjalanan Seorang Jurnalis

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar