Laman

Selasa, 08 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (458): Pahlawan Indonesia dan Ir Raden Sarengat, Lulus di Delft 1920; Insinyur Delft Generasi Pertama

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Raden Sarengat? Boleh jadi sudah terlupakan. Raden Sarengat adalah insinyur teknik sipil lulusan Uinversiteit te Delft tahun 1920. Raden Sarengat dalam hal ini adalah gerasi awal pribumi yang meraih gelar insinyur teknik sipil, jauh sebelum Ir Soekarno meraihnya di THS Bandoeng pada tahun 1926. Salah satu insinyur teknik generasi awal ini yang sudah dinarasikan sejarahnya adalah Notodiningrat.

Prof. Ir. Wreksodiningrat (dikenal sebagai Notodinigrat) (22 Agustus 1888 – 09 Oktober 1969) adalah seorang insinyur teknik sipil pertama Indonesia yang menjadi Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sejak tahun 1947 hingga 1951. Ia lulus dari TH Delft, Belanda pada tahun 1918. Bersama dengan beberapa tokoh bumiputera yang melanjutkan kuliah di Negeri Belanda diantaranya adalah Mohammad Hatta dan Sam Ratulangi. Wreksodiningrat lahir di Yogyakarta, dari ayah yang bernama KPH Notodirojo (Putra Sri Paku Alam V) dan Ibu yang bernama R.A. Muktionowati (Cucu Sri Paku Alam II). Wreksodiningrat wafat di Yogyakarta 9 Oktober 1969, dimakamkan di Astana Girigondo, Wates, Kulon Progo. Nama kecil Wreksodiningrat yaitu Raden Mas Radete dan nama dewasanya Raden Mas Notodiningrat. Sedangkan nama atau gelar dari Keraton Kasunanan yaitu Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wreksodiningrat. Wreksodiningrat lahir di Puro Pakualaman dan sampai tingkat SMA tinggal di Puro Pakualaman. Pada waktu SD beliau sekolah di Sekolah Rendah Ketiga, Bintaran, Yogyakarta (1896-1898);  Sekolah Rendah kesatu, Yogyakarta (1898-1900); Sekolah Rendah kesatu, B. Semarang (1900-1903); Pada waktu SMA bersekolah di Sekolah H.B.S. Semarang (1903-1908); Technische Hogeschoole Van Delft, Civieltnsinjoer (1908-1912 dan 1916-1918). Pada saat masih menjadi mahasiswa di Delft, Belanda Wreksodiningrat ikut dalam Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) di Belanda, beliau menjadi salah satu pengurus dalam perhimpunan tersebut yaitu menjadi sekretaris. Indische Vereeniging yaitu organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Raden Sarengat? Seperti disebut di atas, Raden Sarengat termasuk salah satu generasi awal insinyur Indonesia. Namun sejarahnya kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah Raden Sarengat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Raden Sarengat, Lulus di Delft 1920: Insinyur Delft Generasi Pertama

Setelah lulus sekolah dasar berbahasa Belanda, Raden Sarengat melanjutkan studi ke sekolah menengah (HBS). Pada tahun 1906 Raden Sarengat lulus ujian masuk di HBS Semarang (lihat De locomotief, 02-05-1906). Yang juga diterima antara lain Raden Notoadhi Soerjo, Raden Iskandar, Raden Mas Sadjono dan Raden Mas Sawarno. Pada tahun 1907 Raden Sarengat lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua (lihat De locomotief, 02-05-1907).  Pada tahun 1908 Raden Sarengat lulus ujian naik ke kelas tiga (lihat De locomotief, 04-05-1908). Yang lulus ujian akhir antara lain Raden Soemitro dan Be Tiat Tjong. Raden Soemitro van Semarang berangkat studi ke Belanda bulan Juli 1908 (lihat Sumatra-bode, 08-07-1908). Raden Soemitro berangkat dengan kapal ss Kawi dengan tujuan akhir Nederland yang juga bersama saudaranya Raden Ambia Soedibio (lulusan HBS Soerabaja).

Pada bulan Oktober 1908 di Belanda, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan meminta Raden Soemitro (lulusan HBS di Belanda) yang telah diterima di Nederlanasch Administrative Diesnt untuk mengirimkan undangan kepada semua mahasiswa pribumi di berbagai kota di Belanda. Pada tanggal 25 Oktober di tempat kediaman Soetan Casajangan di Leiden berkumpul 15 orang mahasiswa. Semua setuju dengan pembentukan organisasi mahasiswa yang diberi nama Indische Vereeniging. Lalu secara aklamasi diangkat sebagai ketua Soetan Casajangan dan Raden Soemitro sebagai sekretaris. Soetan Casajangan adalah mahsiswa kedua di Belanda tiba tahun 1905 (yang pertama adalah Raden Kartono, abang dari RA Kartini).

Pada tahun 1909 Raden Sarengat lulus ujian transisi di HBS Semarang, naik ke kelas empat (lihat De locomotief, 01-05-1909). Dari teman-temannya saat masuk hanya tersisa Raden Sarengat sendiri. Yang lulus ujian naik ke kelas empat antara lain adalah RM Ario Moorhadiningrat (yang pernah ketinggalan kelas satu tahun). Pada tahun 1910 Rade Sarengat naik ke kelas lima (lihat De locomotief, 06-05-1910). Dalam daftar kelulusan tidak ada nama RA Ario Moorhadiningrat. Pada tahun 1911 Raden Sarengat lulus ujian akhir (lihat De nieuwe courant, 30-06-1911). Yang lulus bersama dengan Raden Sarengat di HBS Semarang antara lain Raden Soerjopoetro. Dalam hal ini dapat dikatakan Raden Sarengat selama studi di HBS Semarang lancar studi (tidak pernah ketinggalan kelas). Pada bulan Juli 1911 Raden Sarengat berangkat ke Belanda (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 19-07-1911).

Raden Sarengat menumpang kapal ss Kawi yang akan berangkat pada tanggal 20 dari Batavia dengan tujuan akhir Nederland. Dalam manifes kapal yang jumlahnya ratusan juga terdapat nama Thio Tiam Tjong (lulusan HBS Semarang),  SK Touw, BT Liem, KP Tan. Di Belanda, pada tahun 1911 ini Soetan Casajangan lulus ujian dengan mendapat akta guru MO (setara sarjana pendidikan). Soetan Casajangan adalah lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean. Soetan Casajangan biaya sendiri, anak dari kepala koeria Batoenadoea (Padang Sidempoean) Alm. Mangaradja Soetan. Soetan Casajangan kembali ke tanah air pada tahun 1913. Ketua Inidsche Vereeniging adalah RM Noto Soeroto. Sementara itu masih pada tahun 1913 ini di Bandoeng terjadi peristiwa yang melawan otoritas pemerintah.

Raden Sarengat studi di Belanda di fakultas teknik di Delft . Raden Sarengat adalah puta dari bupati (regent) Karanganjar, Kedoe (lihat  De expres, 23-08-1913). Sementara itu Raden Soemitro adalah putra dari bupati Bandjarnegara (Banjoemas). Pada tahun 1913 juga diketahui RM Ario Moorhadiningrat sudah berada di Belanda yang kuliah di Landbouwkunde di Wageningen. RM Ario Mooehadiningrat adalah putra dari bupati Demak (Semarang). Sedangkan RM Ario Soerjopoetro, putra Pengeran Pakoe Alam V sudah di Belanda yang kuliah di Delft. Yang juga sudah berada di Belanda adalah Notodiningrat studi di TH di Delft. Notodiningrat dan RM Noto Soeroto (lulusan HBS Semarang 1906) adalah putra Pangeran Ario Notodirodjo (sepupu dari pangeran Pakoe Alam van Djogjakarta).

Notodiningrat lulus dari HBS di Batavia tahun 1908 (lihat De locomotief, 03-06-1908). Ini menjadi koreksi apa yang dicatat di dalam Wikipedia yang dikutip di atas. Yang lulus bersamaan dengan RM Notodiningrat di HBS Batavia adalah Raden Achmad. Raden Mas Notodiningrat berangkat ke Belanda pada tanggal 23 Juli dengan kapal ss Wilis dari Batavia dengan tujuan akhir Nederland yang singgah di Marseille tanggal 16 Agustus (lihat De avondpost, 19-08-1908). Yang berangkat bersamaan antara lain RM Koesoemo Oertajo, Ong Kie Hong. Notodiningrat studi di TH Delft (lihat De nieuwe courant, 17-12-1910). RM Notodiningrat lulus ujian propaedeutisch di Technisch Hioogeschool di Delft (lihat De Sumatra post, 10-06-1912).

Pada tahun 1914 Raden Sarengat lulus ujian propaedurisch weg- en waterbouwkunde di Technisch Hoogeschool di Delft (lihat Delftsche courant, 29-09-1914). Sementara itu setelah kepengurusan RM Notosoeroto berakhir digantikan oleh pengurus baru (lihat Het vaderland,  11-01-1916). Dalam kepengurusan yang baru yang menjadi ketua adalah Loekman Djajadiningrat dan sekretaris RM Joedjono. Kepengurusan ini terdiri dari dua orang Soenda termasuk Loekman, dua orang Jawa termasuk Joedjono  serta satu orang Sumatra. Raden Sarengat salah satu anggota kepengurusan yang lama.

Beberapa program kepengurusan yang baru antara lain adalah untuk mengurus badan hukum organisasi yang selama ini masih terkendala, Untuk komiter penyelidikan dan persiapan diketuai oleh Raden Sarengat. Program lainnya adalah membentuk organ organisasi yang diberi nama Hindia Poetra yang akan dipimpin oleh Soewardi Soerjanigrat. Seperti disebut di atas, dalam peristiwa tahun 1913 di Bandoeng, salah satu yang ditangkap adalah Soewardi Soerjaningrat yang kemudian diasingkan ke Belanda.

Pada tahun 1918 Rade Sarengat lulus ujian kandidat di TH di Delft (lihat  Delftsche courant, 01-02-1918). Tampaknya banyak waktu Raden Sarengat digunakan di dalam organisasi Indische Vereeniging. Pada tahun ini, RM Notodiningrat lulus ujian akhir dan mendapat gelar insinyur di Delft (lihat  De locomotief, 04-07-1918).

RM Notodiningrat sebenarnya masih masa berkabung. Hal ini karena pada bulanmMei 1917 diberitakan ayahnya Pangeran Notodirodjo meninggal dunia di Djogjakarta (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1917). Di Belanda ada empat putra Pangeran Notodirodjo, selain RM Notodiningrat juga ada RM Noto Kworo mahasiswa kedokteran, Noto Soeroto di fakultas hukum, RM Gondowinoto di fakultas hukum, RM Notosewojo di fakultas tekni (mesin). Ir Notodiningrat bersama saudaranya Dr Mr  Goendowinoto pulang ke tanah air pada tahun 1919. Yang pulang tahun ini ada juga nama Sam Ratulangi, Soewardi Soerjadingrat yang keduanya telah menikah di Belanda dengan gadis Belanda. Yang juga pulang ke tanah air pada tahun ini adalah dan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Pelepasan itu dilakukan pada suatu pertemuan Indische Vereeniging yang dipimpin oleh Goenawan Mangoenkoesoemo.

Akhirnya Raden Sarengat berhasil menyelesaikan studi di TH Delft dengan gelar insinyur (lihat De standaard, 09-07-1920). Disebutkan Raden Sarengat lahir di Karanganjar. Raden Sarengat segera kembali ke tanah air (lihat De nieuwe courant, 29-08-1920). Rekannya di Indische Vereeniging, Sorip Tagor Harahap lulus ujian akhir bulan Desember 1920 di Rijksveeartsenijschool, Utrecht. Seperti halnya Ir RM Notodiningrat di Delft insinyur pertama Indonesia, Dr Sorip Tagor juga adalah dokter hewan pertama Indonesia.

Dalam hal ini Ir Raden Sarengar dapat dikatakan insinyur kedua Indonesia. Sementara itu sarjana pendikan pertama Indonesia dengan gelar akta MO Radjieon Harahap adalah Soetan Casajangan dan Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia sebagai guru MO kedua.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Raden Sarengat: Dari Jogjakarta ke Jogjakarta

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar