Laman

Rabu, 16 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (474): Pahlawan Indonesia dan Penemuan Pedalaman Borneo 1824-1863;Peta Pulau Taprobana Abad ke-2

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada dua masa sejarah tentang penemuan/identifikasi pulau Borneo (kini Kalimantan). Peta Ptolomeus pada abad ke-2 telah disalah interpretasi seribu tahun kemudian. Hingga sejauah ini seperti yang dicatat Wikipedia, pulau Taprobana itu adalah pulau Sri Lanka. Namun di dalam blog ini sudah diidentifikasi dengan cermat pulau Taprobana itu adalah pulau Kalimantan. (Lihat Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan). Peristiwa kedua pada era Hindia Belanda tentang identifikasi pedalaman pulau Borneo.

Taprobana was the name by which the Indian Ocean island of Sri Lanka was known to the ancient Greeks. Reports of the island's existence were known before the time of Alexander the Great as inferred from Pliny. The treatise De Mundo, supposedly by Aristotle (died 322 BC) but according to others by Chrysippus the Stoic (280 to 208 BC), incorrectly states that the island is as large as Great Britain (in fact, it is only about one third as big). The name was first reported to Europeans by the Greek geographer Megasthenes around 290 BC. Herodotus (444 BC) does not mention the island. The first Geography in which it appears is that of Eratosthenes (276 to 196 BC) and was later adopted by Claudius Ptolemy (139 AD) in his geographical treatise to identify a relatively large island south of continental Asia. Taprobana is undoubtedly the present day Sri Lanka when referring the map.  The identity of Ptolemy's Taprobane has been a source of confusion, but it appeared to be the present day Sri Lanka on the medieval maps of Abu-Rehan (1030) and Edrisi (1154) and in the writing of Marco Polo (1292). However, on the maps of the Middle Ages, the fashion of using Latinised names and delineating places with fanciful figures contributed to absurd designs and confusion regarding the island and Sumatra. In the fifteenth century, Niccolò de' Conti mistakenly identified Taprobana with a much smaller island. Taprobana/Ceylon/Sri Lanka is marked in the 1507 Martin Waldseemuller map. The question of whether the Taprobana shown on Ptolemy's map was Sri Lanka or Sumatra resurfaced with the display of Sebastian Munster’s 1580 map of Taprobana, carrying the German title, Sumatra Ein Grosser Insel, meaning, "Sumatra, a large island". (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman Borneo? Seperti disebut di atas, wilayah pedalaman Borneo menjadi teka-teki sejak era Portugas, era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Hal itu karena tidak seorang pun yang berhasil memberi gambaran yang sebenarnya. Lalu bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman pulau Borneo/Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Penemuan  Pedalaman Borneo: 1824 hingga 1863

Ada dua hal yang selalu diulang-ulang hingga ini hari terkait dengan pulau Kalimantan yang terhubung satu sama lain. Pertama soal paparan Soenda, dimana dipercaya bahwa pulau Sumtara, pulau Jawa dan pulau Kalimantan pada masa lalu menyatu dengan darataa Asia yang disebut paparan Sunda. Apakah masih berlaku teori itu? Kedua, peta kuno yang dibuat Ptolomeus pada abad ke-2 sebagai pulau Tabrobana diyakini sebagai pulau Sri Lanka. Apakah teori tersebut masih berlaku? Sekarang diajukan hipotesis baru.

Hipotesis baru adalah pertama pulau Taprobana adalah pulau Borneo/Kalimantan. (bukan yang lain). Hipotesis kedua adalah daratan Asia tidak pernah menyatu dengan daratan Sumatra. Jawa dan Kalimantan. Satu lagi yang perlu ditambah tetapi akan dibuat artikel sendiri adalah teori proto Melayu dan deutro Melayu..

Merujuk pada artikel di blog ini berjudul Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo; Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan; pulau Taprobana yang diterbitkan pada era Ptolomeus adalah pulau Kaimantan pada masa ini. Dengan membandingkan pulau Tabrobana dengan peta pulau Kalimantan masa ini, mengindikasikan bahwa pulau Taprobana (Borneo/Kalimantan) telah meluas ke selatan dan ke barat. Perluasan daratan Taprobana ini disebabkan karena ada proses sedimentasi jangka panjang di perairan (laut/rawa-rawa).

Proses sedimentasi ini karena adanya aktivitas gunung api, aktivitas manusia (pertambangan dan pembakaran huta) serta aktivitas lainnya karena erosi (dialirakan oleh curah hujan). Massa padat (sampah tumbuhan dan lumpur) memenuhi dasar laut di sekitar pantai. Ketinggian dasar laut meningkat (pendangkalan) yang kemudian melewati permukaan laut. Proses peninggian permukaan daratan yang baru terus berlansung karena adanya pelapukan sampah tumbuhan. Lambat laun dalam jangka panjang luas daratan baru terbentuk yang kini menjadi bagian dari wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Timur. Dengan demikian bentuk pulau Kalimantan yang asli (terawal) adalah bentuk pulau Taprobana yang dipetakan pada era Prolomeus pada abad ke-2. Proses sedimentasi jangka panjang (yang membentuk daratan baru) juga terjadi di pulau Sumatra (pantai timur) dan pulau Jawa (pantai utara), serta daratan Indo China (pantai timur).  

Di perairan antara pulau Sumatra, Jawa dann Kalimantan dengan wilayah Semenanjung dan Indo China, yang dalam hal ini laut Jawa, selat Karimata dan selat Malaka masih terus berlangsung proses sedimentasi bawah laut. Dengan kata lain proses pendangkalan terus terjadi hingga ini hari. Dalam hal ini laut Jawa dari waktu ke waktu semakin menyempit. Pada suatu waktu di masa yang jauh di masa depan kemungkinan terjadinya penyatuan daratan benua Asia dengan pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan terjadi. Oleh karena itu paparan Soenda itu terjadi di masa depan, bukan di masa lampau (sebagaimana yang diteorikan).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Pulau Taprobana Abad ke-2: Penemuan  Pedalaman Borneo

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar