Laman

Rabu, 23 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (488): Pahlawan Indonesia–Penemuan Baru Pedalaman Jawa; Penggunaan Teknologi Geologi Canggih

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Beberapa hari lalu ada temuan samar di bawah bumi Tulungangung. Temuan ini mengindikasikan wujud masa lampau. Berita ini tidak lazim, karena soal kepurbakalaan umumnya ditemukan di wilayah Malang, Mojokerto dan Kediri. Wilayah-wilayah ini tentu saja tidak begitu jauh dengan wilayah Tulungagung. Namun benda apa di bawah tanah di Tulungagung ini masih memerlukan penyelisikan lebih lanjut, bila perlu dilakukan eskavasi..

Geolog temukan sebaran benda padat di lokasi temuan arca Tulungagung. Tim peneliti dari Badan Geologi Bandung berhasil mengidentifikasi sebaran objek padat di dalam tanah sekitar lokasi temuan dua arca dwarapala dan jaladwara, Desa Podorejo, Tulungagung, Jawa Timur. "Hasil temuan awal kami memang mengidentifikasi cukup banyak anomali tinggi yang diduga berasal dari benda padat-benda padat di sekitar lokasi yang kami lakukan survei menggunakan perangkat gradiomagnetik. Selain perangkat gradiomagnetik yang memiliki kemampuan mendeteksi benda-benda di kedalaman dangkal, tim geolog juga menggunakan alat georadar. Piranti elektronik ini merupakan alat pelacak bawah permukaan bumi dengan gelombang radio. Dua arca berbentuk dwarapala dan Jaladwara atau kepala naga diduga peninggalan zaman Majapahit (1293 - 1527) itu ditemukan warga secara tidak sengaja di kedalaman tanah sekitar 30 centimeter Dalam survei atau penelitian dengan pendekatan geologi itu tidak dilakukan kegiatan penggalian. Mereka hanya membuat peta sebaran benda yang terbaca pada hasil pendeteksian menggunakan dua perangkat detektor benda di dalam bumi dengan kedalaman dangkal itu, untuk dijadikan petunjuk awal bagi tim arkeologi yang ingin melakukan eskavasi. "Mungkin saja anomali tinggi yang terbaca (alat) ada berkaitan arca atau benda bersejarah lain dengan bahan padat berasal dari batuan andesit. Tapi bisa juga benda lain," katanya. Misal dari pondasi tembok pagar atau bangunan yang di dalamnya ada otot berbahan besi/baja. "Bisa juga bolder batu-batu andesitik. Jadi pembuktian butuh kolaborasi dengan teman-teman arkeologi," katanya. Penelitian itu merupakan permintaan khusus dari Bappeda Tulungagung kepada tim geolog Badan Geologi Bandung yang selama empat pekan ini berada di Tulungagung untuk kepentingan penelitian rencana usulan kawasan geopark kawah gunung purba di Tulungagung bagian selatan. Penelitian dilakukan di sebuah kebun yang berada di Desa Podorejo, Kecamatan Wonodadi, menyusul telah ditemukannya dua arca pada Sabtu, 26 Februari 2022. (Antara, Minggu, 20 Maret 2022)

Lantas bagaimana sejarah penemuan wilayah pedalaman Jawa di Tulungagung? Seperti disebut di atas, penemuan adanya tanda-tanda kepurbakalan masih samar dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Lalu bagaimana sejarah penemuan pedaalaman Jawa di Tulungagung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Penemuan Baru di Pedalaman Jawa: Wilayah Tulungangung

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penggunaan Teknologi Geologi Canggih: Pemetaan Nusantara Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar