Laman

Jumat, 25 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (493): Pahlawan Indonesia – RM Oetarjo Studi Pertanian di Wageningen;Landbouwschool-Veeartsensch.

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Setelah sekolah guru (kweekschool) dan sekolah kedokteran, beberapa dekade kemudian didirikan sekolah pertanian (landbouwschool) dan sekolah kedokteran hewan (veeartsenschool) di Buitenzorg (kini Bogor). Salah satu siswa pribumi pertama yang melanjutkan studi pertanian ke Belanda adalah RM Oetarjo. Lalu satu dekade kemudian siswa pribumi pertama melanjutkan studi kedokteran ke Belanda adalah Sorip Tagor Harahap.

Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum Perang Dunia II, lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouwschool, Middelbare Bosbouwschool dan Nederlandsch Indische Veeartsenschool. Lahirnya Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan Universitas Indonesia berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian yang kini menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah RM Oetarjo? Seperti disebut di atas, RM Oetarjo melanjutkan studi pertanian ke Belanda. Sementara pada waktu itu sudah ada sekolah pertanian dan sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg. Lalu bagaimana sejarah RM Oetarjo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan RM Oetarjo: Studi Pertanian di Belanda

Setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS), Raden Mas Oetarjo melanjutkan studi ke sekolah menengah (HBS). Pada tahun 1904 RM Oetarjo lulus ujian masuk di HBS Semarang (lihat De locomotief, 13-05-1904). Yang juga diterima adalah Raden Mas Setiono (kemudian menjadi Raden Mas Notowirojo, Nona Raden Adjeng Caroline dan Raden Mas Alibazah. Pada tahun 1905 RM Oetarjo lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-04-1905). Yang lulus ujian bersama antara lain Raden Mas Alibasah dan Be Soen Tjong. Di atas mereka yang lulus naik ke kelas tiga antara lain Be Tiat Tjong, Raden Soemito, Raden Mas Notodiningrat, Jap Hong Tjoen, Raden Mas Soegijarto, Raden Mas Soerjopoetro dan Raden Soebijakto. Yang lulus naik ke kelas empat antara lain Raden Mas Gondowinoto. Pada kelas tertinggi naik ke kelas lima antara lain Raden Mas Notosoeroto, Mas Soedjono dan Jap Soei Tjong yang mana Raden Mas Ambija Soedibijo.

Pada tahun 1903 Dr AA Fokker datang ke Hindia dan bertemu dengan pesiunan guru yang menjadi jurnalis di Padang, Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda. Fokker sepakat dengan Dja Endar Moeda membantu dalam penerbitan majalah dwimingguan di Belanda, Bintang Hindia. Tidak lama kemudian Dja Endar Moeda menyusul datang ke Belanda dengan membawa dua guru, guru senior Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan guru junior yang sebelumnya membantunya dalam menerbitkan majalah Insulinde, Djamaloedin. Dua guru ini akan menjadi editor bersama Dr Abdoel Rivai yang beranngkat sendiri dari Batavia. Soetan Casajangan adalah adik kelas Dja Endar Moeda lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean. Sedangkan Djamaloedin lulusan Kweekschool Fort de Kock. Pada awal tahun 1905 Soetan Casajangan pulang sebentar ke kampongnya di Padang Sidempoean karena ingin melanjutkan studi keguruan di Belanda. Soetan Casajangan berangkat bulan Juli dari Batavia menuju  kembali ke Belaanda. Pribumi yang sudah kuliah di Belanda baru satu orang yakni Raden Kartono (abang dari RA Kartini, lulusan HBS Semarang tahun 1896).

Pada tahun 1906 di HBS Semarang, yang lulus ujian naik ke kelas tiga antara lain Raden Simnardjo dan Raden Mas Soehoed (lihat De locomotief, 28-04-1906). Tidak ada ada nama RM Oetarjo. Nama RM Oetarjo baru tercatat pada tahun 1907 sebagai siswa yang lulu ujian naik dari kelas dua ke kelas tiga (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 06-05-1907). Yang sama-sama lulus antara lain Raden Mas Notowirojo dan Raden Mas Soediarto. Pada tahun 1908 dalam daftar kelulusan di HBS Semarang kembali tidak ada nama RM Oetarjo (lihat De locomotief, 04-05-1908). Yang tercatat naik ke kelas empat antara lain Raden Mas Soediarto. Raden Mas Simbardjo dan Raden Mas Notowirojo, Ini berarti RM telah ketinggalan kelas untuk yang kali kedua. Akan tetapi terdapat nama RM Oetarjo luus ujian transisi dari kelas satu ke kelas dua di Rijks Landbouwschool di Wageningen (lihat Arnhemsche courant, 07-09-1908). Disebutkan RM Oetarjo berasal dari Pekalongan. Catatan: Siswa yang diterima di Landvouwschool adalah lulusan kelas dua HBS).

Raden Mas Oetarjo setelah naik kelas tiga di HBS Semarang tahun 1907 tidak meneruskan, tetapi berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi. Di Belanda RM Oetarjo diterima di sekolah Landbouwschool di Wageningen. Lalu pada tahun 1908 RM Oetarjo lulus ujian naik ke kelas dua.  Pada tahun 1908 ini di Belanda, mahasiswa senior Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan mengajak Raden Soemitro yang baru lulus HBS di Leiden dan diterima di Indische Administrative Dienst, untuk mengirim undangan ke semua orang Hindia yang studi di Belanda untuk menghadiri pertemuan pembentukan organisasi yang diadakan pada tanggal 25 Oktober di kediaman Soetan Casajangan di Leiden. Hasil pertemuan Anggaran Dasar disetujui pada prinsipnya dengan suara bulat dan diputuskan untuk mendirikan 'Indische Vereeniging'. Kemudian dilanjutkan untuk memilih pengurus yang nana Presiden terpilih adalah R. Soetan Cssajangau Soripada dan sebagai sekretaris dan bendahara RM Soemitro (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-01-1909).

Pada tahun 1909 RM Oetarjo lulus ujian di Landvouwschool di Wageningen dari kelas dua kelas tiga (lihat Algemeen Handelsblad, 15-07-1909). Dalam daftar lulus hanya RM Oetarjo bernama non Eropa/Belanda. Disebutkan RM Oetarjo berasal dari Djepara. Pada tahun 1901 RM Oetarjo lulus ujian akhir (lihat Arnhemsche courant, 12-07-1910). Hanya RM Oetarjo, asal Djepara yang bernama non Eropa/Belanda. RM Oetarjo kemudian melanjutkan studi untuk mendapatkan sertifikat kursus satu tahun (Indische Klaase).

Lulusan landbouwschool dapat melanjutkan studi untuk kursus satu tahun (Indische Klasse) dan kursus tuga tahun, Sertifikat tiga tahun ini kira-kira setara dengan sarjana pertanian. Hal yang serupa juga dengan di bidang kejuruan. Untuk kursus dua tahun dengan sertifikat guru akta LO, dan untuk kursus dua tahun lagi (total empat tahun) dengan sertifikat guru akta MO (setara sarjana pendidikan).

Pada tahun 1911 RM Oetarjo di Rijks Landbouwschool di Wageningen lulus ujian sertifikat Indische Klasse (lihat Arnhemsche courant, 12-07-1911). Pada tahun ini juga Soetan Casajangan lulus ujian akta guru MO di Rijkskweekschool. (akta guru LO diperoleh pada tahun 1909).

Pada tahun 1912 setelah mendapatc sertifikat diploma pertanian kursus satu tahun (Indische Klassse), Raden Mas Oetarjo kembali ke tanah air (lihat De nieuwe courant,   10-05-1912). Disebutkan kapal ss Rembrandt berangkat dari Amsterdam pada tanggal 11 Mei dengan tujuan akhir Batavia dimana dalam manifes kapal terdapat nama RM Oetarjo. Hanya nama RM Oetarjo bernama non Eropa/Belanda. Sementara itu, Soetan Casajangan, ketua Indische Vereeniging yang pertama belum kembali ke tanah air. Soetan Casajangan diangkat sebagai guru bahasa Melayu di sekolah Handelschool di Amsterdam.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Landbouwschool  dan Veeartsenschool: Buitenzorg dan Wageningen

Sebelum RM Oetarjo studi di Rijks Landbouwschool di Wageningen, pribumi pertama yang sudah ada adalah Baginda Djamaloedin. Seperti disebut di atas Djamaloedin adalah guru lulusan sekolah guru Kweekschool Fort de Kock yang tiba di Belanda pada tahun 1903. Pada tahun 1905 Djamaloedin lulus ujian dari kelas persiapan naik kelas satu Rijks Landbouwschool di Wageningen (lihat Algemeen Handelsblad, 19-07-1905). Disebutkan Djamaloedin berasal dari Priaman. Satu kelas dengan Djamaloedin adalah Raden Mas Soemardji berasal dari Kediri.

Rijks Landbouwschool di Wageningen adalah sekolah pertanian pemerintah (kerajaan Belanda) di Wageningen. Lama studi adalah tiga tahun dengan kelas persiapan selama setahun. Lalusan Rijks Landbouwschool di Wageningen dapat melanjutkan studi dengan pilihan kursus satu tahun (Indische Klasse) atau kursus tiga tahun (setara sarjana pertanian). Lulusan HBS dua tahun diterima di kelas satu.

Pada tahun 1906 Baginda Djamaloedin lulus ujian transisi dari kelas satu ke kelas dua (lihat Arnhemsche courant, 13-07-1906). Raden Mas Soemardji juga lulus. Disebutkan Raden Mas Soemardji berasal dari Trenggalek, Kediri. Pada tahun 1907 Baginda Djamaloedin dan Raden Mas Soemardji lulus ujian akhir di Rijks Landbouwschool di Wageningen pada tanggal 4 Juli (lihat Arnhemsche courant, 10-07-1907).  

Raden Mas Soemardji lulus ujian akhir Indische Klasse di Rijks Landbouwschool di Wageningen pada tanggal 11 Juli (lihat Arnhemsche courant, 13-07-1908). Disebutkan Raden Mas Soemardji  Widjojosiwajo berasal dari Trenggalek. Tidak ada nama Bagianda Djamaloedin pada kelulusan tahun 1908 ini. Boleh jadi Djamaloedin tidak meneruskannnya. Tampaknya RM Soemardji akan segera pulang ke tanah air. Hal ini karena ayahnya, bupati Tranggalek RT Widjojo Koesoemo diberitakan meninggal dunia (lihat Soerabaijasch handelsblad, 21-10-1908). Pada bulan November 1908 RM Soemardji berangkat dengan kapal ss Koning Willem III dari Amsterdam dengan tujuan Batavia pada tanggal 14 November (lihat De nieuwe courant, 13-11-1908). Dalam manifes kapal hanya RM Somardji dengan nama non Eropa/Belanda. Baginda Dajamaloedin sendiri masih di Belanda melanjutkan studi di Wageningen (program kursus tiga tahun?) (lihat Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 21-08-1909), Djamaloedin hanya disebut telah menyelesaikan studi di Rijkslandbouwschool di Wageningen dan akan belajar beberapa lembaga pertanian di Lonneker, Belanda (lihat Tubantia, 04-06-1910). Tidak terinformasikan bagaimana kelanjutkan studi Djamaloedin di Wageningen. Menteri Koloni mengangkat Djamaloedin sebagai ahli pertanian di bawah GG di Hindia (lihat Nederlandsche staatscourant, 06-10-1910). Bagianda Djamaloedn kembali ke tanah air pada 24 Oktober 1910 dengan kapal ss Grotius dari Amsterdam dengan tujuan akhir Batavia (lihat De Maasbode. 23-12-1910).

Di tanah air sudah dibuka sekolah pertanian Landbouwschool di Buitenzorg. Pada tahun 1907 dibuka sekolah kedokteran hewan Veeartsenschool di Buitenzorg. Beberapa siswa Landbouwschool ditransfer ke sekolah Veeartsenschool ditempatkan di kelas dua salah diantaranya JA Kaligis. Sedangkan siswa Veearsenschool di kelas satu diantarnya Sorip Tagor Harahap. Pada tahun 1910 JA Kaligis lulus di Veeartsenschool. Sementara Sorip Tagor baru lulus tahun 1912 dan kemudian diangkat sebagai asisten dosen di Veeartsenschool. Pada tahun 1912 Landbouwschool ditingkatkan yang namanya menjadi Middlebare Landbouwschool. Lulusan pertama sekolah pertanian dengan kurikulum baru ini adalah Abdoel Azis Nasution gelar Soetan Kanaikan.

Soetan Casajangan kembali ke tanah air pada bulan Juli 1913. Untuk sementara Soetan Casjangan ditempatkan di sekolah ELS di Buitenzorg sebelum penempatannya di sekolah guru Kweekschool di Fort de Kock. Soetan Casajangan kemungkinan akan bertemu kembali dengan Baginda Djamaloedin,  

Pada tahun 1913 Sorip Tagor berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi kedokteran hewan di Utrecht. Besar dugaan Sorip Tagor telah bertemu dengan Soetan Casajangan sebelum berangkat ke Belanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar