Laman

Selasa, 12 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (528): Pahlawan Indonesia dan Raden Kamil Guru Studi ke Belanda; Guru Menjadi Anggota Volksraad

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Raden Kamil dapat dikatakan salah satu mata rantai perjuangan bangsa Indonesia studi ke Belanda dan salah satu mata rantai guru-guru Indonesia di era Hindia Belanda yang terus berjuang. Oo, begitu. Memang, siapa Raden Kamil? Nah, itu dia.

Kweekschool adalah salah satu jenjang pendidikan resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda dengan pengantar Bahasa Belanda (sejak 1865). Di Belanda sendiri, lembaga tersebut kini dijuluki Pedagogische academie voor het basisonderwijs ("akademi pedagogis untuk pendidikan dasar"). Sebagai kelanjutan dari Keputusan Raja, tanggal 30 September 1848, tentang pembukaan sekolah dasar negeri maka untuk memenuhi kebutuhan guru pada sekolah-sekolah dasar tersebut dibuka sekolah pendidikan guru negeri pertamama di Nusantara pada 1852 di Surakarta didasarkan atas keputusan pemerintah tanggal 30 Agustus 1851. Pada waktu sebelumnya, Pemerintah telah menyelenggarakan kursus-kursus guru yang diberi nama Normaal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan guru Sekolah Desa. Sekolah guru di Surakarta ini murid-muridnya diambil dari kalangan priyayi Jawa. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Jawa dan melayu. Setelah pendirian Sekolah guru di Surakarta berturut-turut didirikan sekolah sejenis di Bukittinggi (Fort de Kock) pada 1856, Tanah Baru (seharusnta Tanobato), Tapanuli pada 1864, yang kemudian ditutup pada 1874, Tondano pada 1873, Ambon pada 1874, Probolinggo pada 1875, Banjarmasin pada 1875, Makassar pada 1876, dan Padang Sidempuan pada 1879. Jenis sekolah ini mengalami pasang surut karena adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga beberapa sekolah ditutup dengan alasan penghematan keuangan negara. Kweekscool yang ditutup terletak di Magelang dan Tondano pada 1875, Padang Sidempuan (1891), Banjarmasin (1893), dan Makassar (1895). Penutupan sekolah ini akibat dari malaise. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Raden Kamil? Seperti disebut di atas, Raden Kamil adalah salah satu mata rantai guru studi ke Belanda dan guru-guru Indonesia yang berjuang dengan cara sendiri. Raden Kamil berjuang hingga ke dewan pusat Voksraad. Lalu bagaimana sejarah Raden Kamil? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Raden Kamil Guru Studi ke Belanda: Guru Menjadi Anggota Volksraad

Raden Kamil adalah salah satu dari tiga guru muda yang dikirim Pemerintah Hindia Belanda untuk studi keguruan di Belanda. Dua guru muda lainnya adalah Si Hamza’ dan Soeyoed. Mereka bertiga berangkat tahun 1877 dengan menumpang kapal ss Koning der Nederlandern dari Batavia dengan tujuan akhir Nederland (lihat Algemeen Handelsblad, 30-06-1877). Tidak disebutkan berangkat tanggal berapa. Dari puluhan penumpang hanya mereka bertiga dengan nama non Eropa/Belanda.

Pengiriman guru ke Belanda berawal dari inisiatif Sati Nasoetion alias Willem Iskander. Pada tahun 1857, setelah menyelesaikan sekolah dasar, Sati Nasoetion berangkat ke Belanda untuk studi keguruan (pribumi pertama studi ke Belanda). Sati Nasoetion lulus di Haarlem dengan akta guru pada tahun 1860. Sati Nasoetion alias Willem Iskander kembali ke tanah air pada tahun 1861. Pada tahun 1862 Willem Iskander mendirikan sekolah guru (kweekschool) di kampongnya di Tanobato (onder afdeeling Mandailing, afdeeling Angkola Mandailing, residentie Tapanoeli). Pada tahun 1864 Kepala Inspektur Pendidikan Pribumi CA van der Chijs berkunjung ke Tanobato. Chijs menilai sekolah guru Tanobato terbaik jika dibandingkan sekolah guru di Soeracarta (didirikan tahun 1851) dan sekolah guru di Fort de Kock (didirikan tahun 1856). Atas prestasi Willem Iskander dan sekolah guru Tanobato, pemerintah mengirim tiga guru muda ke Belanda untuk studi keguruan. Tiga guru yang dikirim pemerintah adalah Barnas Lubis (lulusan sekolak guru Tanobato), Raden Sorono dari Soerakarta dan Raden Sasmita dari Bandoeng. Untuk mendamping tuga guru muda ini diminta Willem Iskander dengan memberi beasiswa kepada Willem Iskander untuk studi keguruan di Belanda untuk mendapatkan akta guru kepala. Sekolah guru Tanobato ditutup dan sekolah guru akan dibuka tahun 1879 di Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola) yang mana sepulang dari Belanda Willem Iskander akan menjadi direktur. Mereka berempat berangkat dari Batavia bulan Mei 1874. Akan tetapi mereka berempat tidak kembali satu per satu meninggal dunia di Belanda antara tahun 1975-1876.

Tidak lama dari meninggalnya guru Sati Nasoetion alias Willem Iskander di Belanda pada tanggal 8 Mei 1876 tiga guru muda berangkat dari Hindia menuju Belanda pada bulan Juni 1877.  Setahun kemudian Pemerintah Hindia Belanda kembali mengirim dua guru muda studi ke Belanda yakni Jozias Ratulangi dan Elias Kandou. Kapal ss Prins van Oranje berangkat ke Nederland dimana terdapat dua nama Jozias Ratulangi dan Elias Kandou (lihat Bataviaasch handelsblad, 27-04-1878). Si Hamzah tidak lama di Belanda, tidak meneruskan studi dan kembali ke tanah air. Pada tahun 1880 tiga guru muda, Raden Kami, Jozias Ratulangie dan Elias Kandou di Belanda pada bulan September diberitakan lulus ujian dan mendapat akta guru.

Het nieuws van den dag : kleine courant, 23-09-1880: ‘Di antara mereka yang lulus ujian asisten guru kemarin di Haarlem adalah tiga orang Hindia sejak lahir. Tidak hanya mereka yang lulus, Inspektur Pendidikan Dasar memberikan selamat secara khusus kepada mereka dengan cara yang mereka lakukan. Anak-anak muda ini, yang dilatih di negeri Belanda oleh dan di bawah pengawasan D Hekker Jr. di Amsterdam, bernama: Raden Kamil, lahir di Moentilan Residentie Kedoe, di Jawa; Jozias Ratu Langie, lahir di Tondano, di Sulawesi, dan Elias Kandou, lahir di Tonsealama, di Sulawesi’.

Raden Kamil dkk kembali ke tanah air pada bulan Desember 1880 (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 06-12-1880). Disebutkan Amsterdam 4 Desember berangkat tujuan akhir Batavia kapal ss Prins van Oranje dimana diantara penumpang terdapat nama Raden Kamil, Jozias Ratulangi dan Elias Kandou. Dari puluhan penumpang hanya mereka bertiga nama non Eropa/Belanda. Sementara itu Raden Soejoed belum menyelesaikan studinya dan masih berada di Belanda.

Dengan lulusnya Raden Kamil, Jozias Ratulangi dan Elias Kandou studi di Belanda dengan akta guru maka sejauh ini baru empat pribumi yang berhasil. Seperti disebut di atas Sati Nasoetion alias Willem Iskander mendapat akta guru di Belanda pada tahun 1860. Ada jarak 20 tahun. Selain itu, diharapkan Raden Soejoed yang berasal dari Magelang dapat menyelesaikan studinya di Belanda. Sementara itu Pemerintah Hindia Belanda sudah merencanakan mengirim tiga guru muda satu dari Residentie Padangsche Benelanden dan dua dari Residentie Ambon.

Di tanah air Raden Kamil ditempatkan sebagai guru di sekolah guru di Magelang sedangkan Ratulangi dan Kandou di sekolah guru di Tondano. Raden Kamil, ditempatkan di sekolah guru di Magelang pada bulan September (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 01-10-1881). Pada tahun 1881 sekolah guru yang ada di Hindia Belanda berada di Magelang (suksesi Soeracarta), Fort de Kock. Tondano (didirkan 1873), Ambon (didirikan 1874), Probolinggo (didirikan 1875), Banjarmasin (1875-1893), Makassar (1876-1895) dan Padang Sidempuan (1879-1891).

Untuk memenuhi kebutuhan guru, selain tetap akan mengirim guru muda ke Belanda, Pemerintah Hindia Belanda juga melakukan pelatihan dan ujian khusus 1881. Seorang guru muda Sundanees Mas Ardi Sasmita, dipanggil pada awal tahun 1881 ini di bawah bimbingan guru Eropa di Cheribon, untuk memenuhi syarat ujian (akta) guru (bantu), sementara guru muda lulusan sekolah guru di Fort de Koek Si Hamsnh, yang pernah telah studi di Belanda namun tidak selesai untuk melakukan ujian dengan terlebih dahulu melanjutkan studinya di rumah salah satu guru Eropa di Fort de Koek.

Sementara Raden Kamil, J Ratulangi dan E Kandou sudah aktif mengajar, pada tahun 1882 akhirnya Raden Soejoed berasal dari Magelang lulus mendapat akta guru di Belanda (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 28-04-1882). Disebutkan di Amsterdam 27 April lulus ujian guru diantaranya Raden Soejoed. Ini dengan sendirinya menambah jumlah guru lulusan sekolah guru di Belanda.

Raden Soejoed kemudian kembali ke tanah air (lihat Het vaderland, 13-07-1882). Disebutkan kapal ss Conrad berangkat dari Amsterdam menuju Batavia dimana penumpang antara lain Raden Soejoed. Sebelum Raden Soejoed kembali ke tanah air, dua guru muda dari Ambon Anakotta dan JH Wattimena berangkat ke Belanda (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 16-09-1881). Disebutkan kapal ss Conrad dari Batavia menuju Amsterdam pada tanggal 13 Agustus 1881 dimana di dalam manifest kapal ini hanya mereka berdua yang pribumi. JH Wattimena selama mengikuti pendidikan tidak menemukan kesulitan.

Dalam perkembanganya Raden Kamil diangkat lagi sebagai guru di sekolah guru di Magelang (lihat Bataviaasch handelsblad, 21-02-1884). Dalam berita ini juga disebutkan Raden Soejoed dan Si Hamzah diangkat di sekolah guru Probolinggo.

Pada tahun 1884, JH Wattimena dikabarkan lulus sekolah guru di Amsterdam dan mendapat akta guru Lager Onderwijs (LO) (lihat Algemeen Handelsblad, 07-04-1884). Disebutkan dari 14 kandidat yang diuji oleh Universiteit Amsterdam empat siswa dinyatakan lulus, salah satu diantaranya JH Wattimena (dari Amsterdam). ME Anakotta sendiri tidak berumur panjang, ME Anakotta meninggal selama pendidikan karena penyakit paru-paru di Amsterdam. Ini menambah daftar guru-guru yang meninggal di Belanda. Tiga guru muda yang dulu tahun 1874 meninggal satu per satu selama pendidikan. Willem Iskander guru senior yang telah menyelesaikan pendidikannya, sebelum pulang ke tanah air juga dikabarkan meninggal di Amsterdam. Setelah semua urusan beres di Belanda, JH Wattimena kembali ke tanah air. Dalam manifes kapal yang diberitakan Algemeen Handelsblad,  06-09-1884 terdapat nama JH Wattimena. Kapal Prins van Oranje yang ditumpangi JH Wattimena berangkat dari Amsterdam menuju Batavia pada tanggal 6 September 1884.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Guru dan Sekolah Guru: Guru Willem Iskander hingga Guru Soetan Goenoeng Moelia

Pada tanggal 3 Oktober 1908 di Djogjakarta diselenggarakan Kongres Boedi Oetomo yang pertama. Kongres ini dibuka oleh ketua Boedi Oetomo afdeeling Djogjakarta, Wahidin Soedirohoesodo. Dalam kongres ini juga hadir pengurus Boedi Oetomo afdeeling Batavia. Dalam kongres ini juga dihadiri oleh berbagai pihak, juga pemuka Cina dan pejabat Belanda setempat. Dalam kongres juga hadir Raden Kamil, Inspektur Pendidikan Pribumi dan dan Raden Atmodirono, arsitek yang keduanya berdomisili di Semarang.

Organisasi kebangsaan Boedi Oetomo didirikan di Batavia pada tanggal 20 Mei 1908 oleh sejumlah siswa di Batavia dan sekitar yang dimotori siswa-siswa STOVIA seperti Raden Soetomo dan Raden Goenawan. Organisasi kebangsaan pertama didirikan di Padang pada tahun 1900 yang diinisiasi oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda, seorang pensiunan guru yang menjadi pemimpin surat kabar Pertja Barat di Padang. Organisasi kebangsaan di Padang ini diberi nama Medan Perdamaian. Di Belanda, guru Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan yang tengah studi keguruan melihat arah Boedi Oetomo telah bergeser dari visi nasional mengerucut menjadi visi kedaerahan (terbatas di Jawa dan Madoera). Boleh jadi untuk mengantisipasi itu, Boedi Oetomo yang telah dikooprasi oleh para senior, Soetan Casajangan menginisiasi pembentukan organisasi (kebangsaan) yang terdiri dari pribumi yang studi di Belanda yang bervisi nasional (seperti Medan Perdamaian). Pada tanggal 25 Oktober di kediaman Soetan Casajangan di Leiden berkumpul sebanyak 15 orang sepakat mendirikan organisasi kebangsaan dengan visi nasional yang diberi nama Indische Vereeniging. Dalam pertemuan ini secara aklamasi menujuk Soetan Casajangan sebagai ketua dan Raden Soemitro sebagai sekretaris. Dalam rapat ini juga dibentuk komite untuk menyusun statuta (AD/ART) yang terdiri dari Soetan Casajangan, Raden Soemitro, Hoesein Djajadiningrat dan Raden Kartono (abang RA Kartini). Dalam hal Soetan Casajangan adalah adik kelas Dja Endar Moeda di sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean.

Kehadiran Raden Kamil dalam kongres Boedi Oetomo ini dapat dianggap penting. Di satu sisi salah satu tujuan pendirian Boedi Oetomo adalah peningkatan pendidikan di Jawa, sementara di sisi lain Raden Kamil sendiri adalah Inspektur Pendidikan Pribumi. Tahun 1908 ini dapat dikatakan awal momentum peningkatan pendidikan di Jawa. Peran Raden Kamil menjadi sangat strategis.

 

Inspektur Pendidikan Pribumi adalah jabatan tertinggi bagi guru pribumi. Dalam hal ini sejak kelulusan di Belanda tahun 1881 telah berlalu 27 tahun. Pada tahun 1902 Dja Endar Moeda mewakili Medan Perdamaian mengirimkan sebesar f14.000 bantuan peningkatan pendidikan di Semarang. Bantuan itu dikirimkan melalui Inspektur Pendidikan Pribumi di Pantai Barat Sumatra, Charles Adriaan van Ophuijsen untuk diteruskan ke Semarang. Besar dugaan yang menerima bantuan ini di Semarang adalah Raden Kaml, Inspektur Pendidikan Pribumi di Jawa. Raden Kamil diangkat sebagai inspektur pendidikan pribumi di Semarang tahun 1901 (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 02-05-1901). Charles Adriaan van Ophuijsen adalah mantan guru Dja Endar Moedan dan Soetan Casajangan di Padang Sidempoean. Selama delapan tahun menjadi guru di Kweekschool Padang Sidempoean, lima tahun terakhir sebagai direktur sekolah. Sejak 1904 Charles Adriaan van Ophuijsen diangkat sebagai guru besar di Universiteit Leiden. Pada tahun 1908 ini Soetan Casajangan menjadi asisten van Ophuijsen di Universitas Leiden dalam pengajaran bahasa Melayu. Sebagaimana disebut di atas, Raden Kamil adalah salah satu lulusan sekolah keguruan di Belanda (lulus tahun 1881).  Pada tahun ini CA van Ophuijsen diangkat sebagai guru di Kweekschool Padang Sidempoean yang belum lama dibuka (dibuka 1879). Salah satu siswa angkatan pertama adalah Dja Endar Moeda (lulius 1884). Pada tahun 1884 ini Soetan Casajangan diterima di Kweekschool Padang Sidempoean.

Demikianlah guru berjuang dengan caranya sendiri-sendiri. Pada tahun 1908 guru-guru Charles Adrian van Ophuijsen, Raden Kamil, Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan telah memainkan perang penting dalam awal kebangkitan bangsa. Dua guru inilah yang pertama kali menginisiasi organisasi kebangsaan: Dja Endar Moeda di dalam negeri di Padang tahun 1900 dan Soetan Casajangan di luar negeri di Belanda tahun 1908.

Dja Endar Moeda yang sudah pensiun dari guru, sebagai pemimpin redaksi surat kabar Pertja Barat di Padang , pada tahun 1898 mengatakan bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya: sama-sama mencerdaskan bangsa. Dja Endar Moeda adalah pribumi pertama yang memegang posisi editor di dalam surat kabar (jauh sebelum Tirto Adhi Soerjo). Dja Endar Moeda menjadi editor Pertja Barat tahun1895, sedangkan Tirto Adi Soerjo memulai tahun 1903 di Batavia.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar