Laman

Sabtu, 16 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (535): Pahlawan Indonesia dan Melayunisasi di Semenanjung Malaya; Mandailing, Minang, Bugis, Jawa

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti pada artikel sebelum ini, apa yang terjadi di Malaysia tidak sesederhana yang terkesan sekarang tetapi sungguh sangat kompleks. Sebaliknya di Indonesia seakan terkesan kompleks tetapi pada dasarnya berlangsung cukup sederhana. Hal itulah mengapa (negara) Malaysia menghadapai masalahanya sendiri hingga ini hari, sedangkan Indonesia sudah lama telah menyelesaikan masalahnya. Satu faktor penyebab awal di Semenanjung Malaya ada kekuatan kerajaan-kerajaan yang kemudian membentuk federasi dalam proses melayunisasi di (negara) Malaysia.

Jika di Semenanjung Malaya terjadi proses Melayunisasi, sebaliknya di Indonesia terjadi proses Indonesiasi. Jadi pada masa ini harus dilihat kedua negara telah memilih jalan hidupnya dari awal, yakni Melayunisasi di Malaysia dan Indonesiasi di Indonesia. Proses pembentukan Malaysia sendir berbeda dengan proses pembentukan Indonesia. Untuk proses pembentukan Indonesia sudah lama berlangsung yang dimulai dari Kongres Mahasiswa Hindia di Belanda tahun 1917, kemudian mengkristas pada Kongres Pemuda tahun 1928 dan lalu ditetapkan setelah kemerdekaan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Lalu bagaimana dengan proses pembentukan Malaysia? Secara sadar disasdari oleh para pemimpin di Semenanjung Malaya (para sultan) bahwa ada perbedaan diantara pribumi yang akan berhadapan dengan persekutuan diantara orang-orang Cina dan India. Kekhawatiran para sultan dalam pembentukan federasi (Malaysia) diselesaikan dengan proses Melayunisasi untuk mengungguli kominitas Cina dan komunitas India.

Lantas bagaimana sejarah Melayunisasi di Semenanjung Malaya? Seperti disebut di atas, permasalahan yang dihadapi Malaysia sulit teratasi karena prosesnya sendiri telah selesai pada masa lampau yakni membedakan Melayu di satu pihak dan komunitas Cinda dan komunitas India di pihak lain. Lalu bagaimana sejarah Melayunisasi di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Melayunisasi di Semenanjung Malaya: Mandailing, Minang, Bugis, Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

Melayunisasi di Semenanjung Malaysia: Tantangan dalam Perubahan Visi Internasional

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar