Laman

Sabtu, 21 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (603): Pahlawan Indonesia–Sejarah Lagu di Indonesia;Terang Bulan, Indonesia Raya dan Rasa Sayang E

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Hingga ini hari kita hanya mengetahuai sejarah lagu Indonesia Raya yang kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia. Tidak ada tulisan di internet yang mendeskripsikan sejarah lagu di Indonesia. Yang ada adalah sejarah musik, namun narasinya hanya sekadar dan buktinya tidak terkonfirmasi. Oleh karena itu dalam blog ini sudah dideskripsikan sejarah musi di Indonesia. Kini yang perlu diperhatikan adalah sejarah lagunya.

Mana yang lebih dahulu ada, lagu atau musik. Sulit diketahui dan datanya tidak tersedia. Ibarat telur sama ayam, mana yang lebih dahulu ada, itu sudah jauh di luar narasi sejarah modern. Di Indonesia, data sejarah musik lebih awal diketahui daripada data sejarah lagu. Yang dimaksud lagu dalam hal ini bukan nyanyiannya tetapi lirik lagu yang dinyanyikan. Berbeda dengan di Eropa, lagu dan lirik sudah terdokumentasikan sejak lama dan datanya dapat diperhatikan pada masa ini, dokumen lagu tidak/sulit diperoleh karena penulisan not dalam bentuk notasi terbilang baru. Lagu/lirik di Indonesia, sejak masa lampau hingga pada era Pemerintah Hindia Belanda hanya bersifat lisan, suatu lagu/lirik yang diturunkan dan ditansmisikan melalui lisan. Dalam data sejarah lagu tertua di Indonesia adalah lagu dalam rekaman gramofon yang kemudian yanyianya ditulis dalam bentuk lirik tetapi tidak disertai notasi lagunya. termasuk lagu Indonesia Raya karya.    

Lantas bagaimana sejarah lagu di Indonesia? Seperti disebut di atas, musik dan lagu itu berbeda, dan lagu ada yang dinyanyikan dengan lirik seperti lagu Indonesia Raya Lalu bagaimana sejarah lagu di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia – Sejarah Lagu di Indonesia: Indonesia Raya, Terang Bulan dan Rasa Sayang E

Apa nama lagu Indonesia pertama yang diketahui? Tentu saja banyak nama lagu di Indonesia sejak zaman kuno hingga era Hindia Belanda, namun yang diketahui dari catatan tertulis belum lama. Nama lagu Indonesia Raya, paling tidak sudah diketahui dalam sejarah sekitar tahun 1928 (seiring dengan Kongres Pemuda 1928). Apakah ada nama lagu-lagu Indonesia jauh sebelum muncul nama lagu Indonesia Raya?

Banyak lagu-lagu Indonesia dengan pengarang anonim No Name (NN). Suatu lagu-lagu yang umumnya lagu rakyat (volksong) yang telah dilestarikan oleh berbagai suku bangsa di Indonesia sejak masa lampau. Lagu rakyat, tidak diketahui siapa pencipta dan siapa yang mempopulerkannya, tetapi lagu rakyat adalah lagu yang muncul di dalam wilayah penduduk yang melestarikannya. Tentu saja pada zaman dulu, belum dikenal notasi lagu dan medium pencatatan juga terbatas. Dilestarikan dan diturunkan secara lisan. Lagu-lagu rakyat inilah yang kemudian dicatat oleh orang-orang Eropa/Belanda pada era Hindia Belanda.

Pada tahun 1929 di Belanda beredar rekaman lagu-lagu dalam bentuk gram-plate (kini kaset/CD) yang isinya tentang lagu-lagu pribumi di Hindia (lihat Haagsche courant, 22-02-1929). Tampak dalam kemasan, lagu-lagu itu diiringi musik kroncong yang dinyanyikan oleh P Miejer (Amsterdam) yang diedearkan oleh perusahaan rekaman Inggris Edison Bell dengan harga f1.25 per keping. Dalam daftar ada 30 buah lagu, antara lain Krontjong Betawie, Krontjing Toegoe, Krontjong Kemajoran, Krontjong Bandan, Ajoen-Ajoen, Boeroeng Kaka [Tua], Terang Boelan, Patjar Keling, Nina Bobo. Patokaan, Nona Manis, O Ina ni Keke dan Rasa Sajang E. Lagu Ajoen-Ajoen diputar di radio 1852 M (lihat De standaard, 11-06-1929).

Musik adalah satu hal, lagu adalah hal lain lagi. Lagu-lagu dapat diiringi dengan (genre) musik kroncong. Dari daftar lagu mengindikasikan lagu-lagu daerah di berbagai tempat. Lagu Kronting Betawie tetantu saja berasal dari daerah Betawi, dan secara khusus juga lagu-lagu kroncong (non-Betawie) berasal dari Toegoe dan Kemajoran. Lagu O Ina ni Keke dan Patokaan berasal dari Minahasa. Lagu Rasa Sajange dari Maluku. Lagu Patjar Keling darimana? Yang jelas pada masa ini lagu Cing Cangkeling dari Soenda.

Nama lagu Terang Boelan paling tidak sudah diketahui pada tahun 1922 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-10-1922). Disebutkan dua orang Eropa pada malam hari tengah jalan, salah satu diantaranya berhenti dan mendengarkan lagu Terang Boelan yang dimainkan dengan musik kroncong oleh orang pribumi.

Pada tahun 1926 di Batavia diadakan pameran dagang dimana diadakan kompetisi lagu kroncong (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 12-07-1926). Ada empat lagu yang dikompetisikan yakni Vogel, Nachtvlinders. Doodskoppen danTerang Boelan. Banyak orang Eropa, Cina dan pribumi yang menghadirinya. Ini mengindikasikan bahwa lagu Terang Boelan terbilang lagu sangat populer.

Lagu Ajoen-Ajoen dan lagu Krontjong Bandan sudah diketahui pada tahun 1906 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-08-1906). Dua lagu ini terdapat dalam plaat (album) dari perusahaan rekaman Beka  pimpinan Tio Tek Hong di Pasar Baroe, Weltevreden. Dalam plaat ini terdapat 20 lagu dalam format Stamboel Batavia dan 12 lagu yang diringi gemelan.

Lagu Nina Bobo terbilang lagu yang sudah lama dikenal. Lagu ini bahkan telah diadaptasi ke dalam lagu Eropa (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1865). Disebutkan sebuah komposisi baru dari komposer dan pianis Charles Wehle telah diterima seorang anggota parlemen, yang juga memberikan konsentrasi pada tur seninya tahun lalu dengan pemain biola Fcri Kletzer. Karya ke-72 dari seniman terpuji ini, berjudul "Berceuse Javanaise ponr Piano, par Charles Welhe," merupakan adaptasi dari lagu yang kita semua kenal: "nina nina bobo/" dan membuat kemajuan yang mencengangkan di Eropa. Lagu ini telah diedarkan di Batavia oleh DF Groot, Kolf en Co seharga f3 (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 22-09-1865). Lagu Nina Bobo tidak hanya lagu klasik di Indonesia, juga telah menarik perhatian komposer Prancis. Di Belanda disebut lagu ini adalah lagu berbahasa Melayu yang diartikan sebagai Nina, Nina Bobo (Slaap Kindje, Slaap-Tidur Nak/Sayang, Tidur) (lihat Algemeen Handelsblad, 21-03-1902).      

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Lagu di Indonesia: Lagu Apa Saja yang Populer Era Hindia Belanda?

Seperti disebut di atas, lagu-lagu Indonesia tempo doeloe, yang sudah eksis sejak lama masih dapat didengarkan pada masa ini dalam berbagai versi. Tidak semua lagu tempo doeloe dapat bertahan hingga ini hari. Lagu Nina Bobo telah telah diadopsi seorang komposer Prancis (1865). Komposer itu tertarik ketika melakukan tur ke Hindia. Lagu Terang Boelan juga telah digubah ke bahasa Belanda oleh komposer Speenhoff dengan judul Klacht aan een Verlaten Meisje (lihat  De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).

Lagu Terang Boelan pernah dibawakan oleh penyanyi Indonesia Saipul Bahri. Lagu ini juga telah diugubah oleh penyanyi lainnya apakah dalam bentuk bahasa Belanda maupun dalam bahasa Inggris dengan iringin berbagai musik. Namun yang sedikit mengejutkan lagu Terang Boelan tempo doeloe tersebut mirip dengan lagu kebangsaan Malaysia yang sekarang, Negaraku.

Lagu Ajoen-Ajoen disebut tempo doeloe lagu yang sangat terkenal. Lagu ini begitu diminati yang bahkan penulis lagu Belanda harus menambahkan bahasa Belanda dalam liriknya (lihat (lihat  De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1). Seseorang menulis di Kompasian belum lama ini (Mochamad Abi Munir) merasa bersalah saat mennyanyikan lagu Burung Kakak Tua karena kata ‘menclok’ yang dinyanyikannya dianggap salah dan yang benar menurut orang lain dalah ‘hinggap’. Namun sesungguhnya yang asli adalah menggunakan kata ‘mentjlok’ (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).

Lagu Rasa Sajange, yang berasal dari Ambon/Maluku liriknya dari yang asli telah berubah. Lagu ini telah dinyanyikan dengan lirik yang berbeda-beda. Lahu Rasa Sayange versi lirik Melayu Malaysia pernah diklaim Malaysia yang menjadikannya sebaga theme song dalam promosi pariwisata Malaysia Trully Asia, Namun kemudian disebutkan dibantah Malaysia. Lirik yang asli adalah sebagai berikut: //Ombak poetih, poetih//..//Omhak datang dari laoet//..//Kipas linsoe poetih//…//Tenah Ambon soeda, ajaoe//…//Rasa sajang Keneh!// (lihat De Hollandsche revue jrg 34, 1929, No 1).    

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar