Laman

Minggu, 19 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (661): Gugus Pulau di Utara Sumatra Zaman Kuno; Weh, Nikobar, Andaman Semenanjung Sumatra?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gugus pulau di utara Sumatra terdiri dari pulau Weh dan pulau Rondo (Aceh, Indonesia) dan kepulauan Andaman dan kepulauan Nikobar (India). Gugus pulau-pulau ini terkesan garis lurus dari ujung utara darata Aceh hingga ujung selatan Myanmar. Apakah gugus pulau ini di masa lampau menjadi penghubung daratan Sumatra dan dararan Burma (Myanmar)? Boleh jadi hal ini benar karena dalam sejarah populasi terdapat orang Negroid di Andaman, Semenanjung Malaya dan pulau Jawa.

Kepulauan Andaman dan Nikobar (India) terdiri atas 2 kelompok, Kepulauan Andaman dan Kepulauan Nikobar yang mana kepulauan Andaman membentang ke utara, dan kepulauan Nikobar ke selatan. Ibu kota teritori ini ialah kota Port Blair di Andaman. Terdapat lebih dari 570 pulau di kepulauan Andaman dan Nikobar dan 38 pulau di kepulauan tersebut dihuni. Kebanyakan kepulauan (sekitar 550) berada dalam grup Andaman, 26 pulau dihuni. Kepulauan ini adalah puncak dari pegunungan laut yang terbentang pada zona tektonik besar yang terbentang dari Himalaya timur di perbatasan Myanmar sampai Sumatra dan Sunda Kecil. Fisiografi kepulauan ini memiliki ciri-ciri topografi yang "berombak". Bukti arkeologi dapat menilik kembali keberadaan manusia hingga ke abad ke-2 SM, tetapi hasil kajian genetik dan linguistik menunjukkan bahwa kepulauan ini sudah dihuni 30.000 - 60.000 tahun yang lalu. Di kepulauan Andaman, bangsa Andaman saat itu saling terpisah, sehingga bahasa dan budaya mereka juga menjadi berbeda. Pada tahun 1850-an, penduduk asli yang berada di Andaman adalah: Andaman Besar, yang memiliki 10 sub-grup dan bahasa; Jarawa, Jangil (atau Jarawa Rutland), Onge, Sentinel (grup yang paling terpencil). Populasi kelompok-kelompok tersebut pada masa kedatangan bangsa Eropa berkisar pada angka 7.000 jiwa. Jumlah pendatang dari pulau utama meningkat, sehingga penduduk asli kehilangan wilayah. Suku Jangil dan Andaman Besar segera punah dan hanya tersisa kira-kira 400-450 jiwa. Terdapat dua kelompok utama: Suku Nikobar, tinggal di banyak pulau; Shompen, terbatas terhadap Nikobar Besar. Bahasa utama yang dituturkan di Andaman dan Nikobar adalah Bahasa Bengali, Hindi, Tamil, Nikobar dan Telugu. Bahasa lain termasuk Bahasa Malayalam dan Inggris. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Gugus pulau di utara Sumatra? Seperti disebut di atas, pulau-pulau Weh dan pulau Rondo (Aceh, Indonesia) dan kepulauan Andaman dan kepulauan Nikobar (India). Apakah pulau-pulau ini di masa lampau menjadi penghubung daratan Sumatra dan dararan Burma (Myanmar)? Lalu bagaimana sejarah sejarah Gugus pulau di utara Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Gugus Pulau di Utara Sumatra; Andaman, Nikobar, Rondo dan Weh Era Semenanjung Sumatra

Dibanding, wilayah lain di luar wilayah Nusantara (Indonesia), wilayah utara Sumatra (barat laut Indonesia) tidak terlalu dikenal, kurang terinformasikan, jika dibandingkan di wilayah timur laut (Semenanjung Malaya, Borneo Utara dan Filipina), di wilayah selatan (pulau Kalapa, pulau Natal, barat dan utara benua Australia) dan wilayah timur (Papua Nugini dan timur benua Australia). Wilayah utara Sumatra hanya dikenal di Indonesia sebatas pulau Weh dan kemudian pulau Rondo (keduanya masuk wilayah provinsi Aceh). Namun wilayah utara Sumatra juga ada kepulauan Nikobar dan kepulauan Andaman yang dalam peta seakan gugus pulau yang menguhubungkan pulau Sumatra dan daratan Burma).

Pada masa ini, peta yang dipersepsikan adalah pulau Sumatra adalah pulau yang berdiri sendiri dari Semenanjung Malaya dan pulau Jawa dan pulau-pulau di pantai barat Sumatra dan pulau-pulau di utara Sumatra. Oleh karena dalam narasi sejarah yang ada, sejarah yang terjadi di Sumatra dibedakan dengan sejarah pulau-pulau di pantai barat Sumatra dan pulau-pulau di utara Sumatra. Dalam hal ini pulau Weh dan kota Banda Aceh (di daratan Sumatra) bisa dibedakan.

Sejarah tertulis dari pulau-pulau di utara Sumatra, terutama kepulauan Nikobar dan kepulauan Andaman sudah ditemukan pada zaman lampau. Jika rute pelayaran zaman kuno dari India. Arab dan Persia serta Eropa diikuti, yang berlayar dekat ke pantai, sudah barang kepulauan tersebut lebih dulu dikenal sebelum kepulauan nusantara (pulau Sumatra dan Jawa). Menurut laporan kuno, rute di sepanjang pantai India dan semenanjung, yang terbawa angin dan arus, akan mengarah ke Kepulauan Andaman dan Nicobar. Pulau-pulau ini disebutkan sejak awal sebagai pulau telanjang dan pulau kelapa, yakni Narikela di Kathasaritsagara, Nadikera di Manjuqrimulakalpa, Nalikera di Brhat-Samhita, Menurut Ptolomeus Bazakata dan Na-lo-ki-lo oleh orang Tiongkok Huen-Thsang serta, Kia-lan dan Kie-lan oleh orang Tiongkok lainnya. Ptolomeus menyebut nama Barousai dan Sabadeibai sebagai pulau sebelum pantai timur pulau ini, serta tanah Batoi (= Batak) di Sumatera Utara yang sekarang.

Gerini yang telah mempelajari geografi dari Ptolemeus, menyebuitkan adanya kanibalisme untuk Tanah Batak, yang mana Gerindi juga mengacu pada Padaioi dari Herodofus (450 SM). Nicolo de 'Conti menyebut Batech (=Batak). Orang-orang yang sangat berkulit gelap ini, juga pemakan manusia, juga disebutkan oleh orang-orang Arab. Kebanyakan dari mereka berpikir untuk menempatkan tanah ini di Sumatera, seperti Ibrahim bin Wa$ïf Sah menyebut nama Ramni, Edrisi menyebut nama Balus, Yakut menyebut nama Zabag, Sulaiman menyebut nama Andaman, biasanya diambil untuk Kepulauan Andaman.

Dalam peta semenanjung Aurea Chersonesus pada era Ptolomeus abad ke-2 diidentifikasi beberapa nama tempat (kota) di Semenanjung Sumatra (Sumatra tampaknya dianggap sebagai pulau yang bersatu dengan Burma yang dihubungkan kepulauan Nikobar dan Andaman). Salah satu kota di sebelah utara diidentifikaso sebagai Tacola (boleh jadi Akkola atau Angkola yang sekarang di pantai barat Sumatra di Tapanuli).

Berdasarkan peta Ptolomesus semenanjung Aurea Chersonesus (abad ke-2) pulau Sumatra tersambung dengan Burma. Namun bisa jadi bahwa pulau-pulau di kepulauan Nikobar dan Andaman sudah terpisah-pisah tetapi saat itu masih luas dan tidak seramping yang sekarang (akibat abrasi jangka panjang). Ptolomeus dalam hal ini menggambarkan Sumatra dan pulau-pulau secara bulat meski ada dugaan bahwa dirinya mengetahui pulau-pulau Nikobar/Andaman sebagai yang terpisah.

Namun bagaimanapun, bahwa pulau Sumatra dan daratan Burma tersambung haruslah tetap menjadi pertimbangan dalam zaman kuno masa yang jauh lebih awal sebelum era Ptolomeus. Hal ini karena mengingat keberadaan penghuni pulau sebagai penduduk yang terawal mendiami semenanjung (Sumatra). Hingga masa ini diketuhui bahwa terdapat penduduk awal yang masih tersisa orang Negroid di Andaman dan di Semenanjung Malaya (suku Semang). Dapat diduga pada dahulunya mereka bermigrasi dari daratan Afrika.

Orang-orang Negroid juga pada masa kini ditemukan di pulau-pulau Filipina. Bagaimana orang negroid di Filipina terhubung dengan Semenanjung Malaya dan Andaman (juga Sumatra) juga dapat dijelaskan keberadaan orang negroid di Jawa pada era Hindia Belanda. Seperti halnya yang dapat dipikirkan bahwa pulau Sumatra terhubung dengan Burma melalui Nikobar dan Andaman, maka hal serupa juga di masa lampau Semenanjung Malaya terhubung dengan pulau-pulau selatan seperti Bintan, Batam. Lingga, Singkep, Bangka dan Belitung yang kemudian terhubung dengan pulau Kalimantan yang dihubungkan kepulauan Karimata yang pada gilirannya menjelaskan keberadaan orang negroid di Filipina. Oleh karenanya keberdaan negroid di Jawa merupakan jalur migrasi dari daratan Asia (Burma) melalui Andaman dan Nikobar terus ke Jawa hingga ke Jawa (selat Sunda belum terbentuk).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Geomorfologi Andaman, Nikobar, Rondo dan Weh Era Semenanjung Sumatra

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar