Laman

Rabu, 06 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (695): Bahasa Melayu SOS di Malaysia; Bangsa Melayu Etnik Mandailing Bugis Jawa Minangkabau

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sangat disayangkan jika ada kecenderungan bahasa Melayu di (negara) Malaysia pada masa ini dianggap menjadi tidak populer seperti dulu lagi. Bukankah bahasa Melayu adalah bahasa resmi negara. Boleh jadi ada dua sebab mengapa demikian. Pertama bahwa hanya bangsa Melayu yang cenderung berbahasa Melayu, sementara bangsa Cina dan bangsa India cenderung menggunakan bahasanya sendiri. Kedua ada kecenderungan warga Malaysia (Melayu, Cina dan India) menggunakan bahasa Inggris. Bagaimana generasi berikutnya?  

Konsep berbangsa di Malaysia agak berbeda dengan di Indonesia. Di negara Malaysia ada tiga bangsa yang cukup signifikan yakni bangsa Melayu, bangsa Cina dan bangsa India. Dari sejarahnya di masa lampau, para migran asal Angkola Mandailing, Bugis Jawa, Minangkabau dan lainnya disebut bangsa Melayu. Sementara di Indonesia hanya ada satu bangsa yakni bangsa Indonesia. Angkola Mandailing, Bugis, Jawa, Minangkabau, Melayu dan lainnya serta Cina, India dan Arab diposisikan sebagai suku bangsa (etnik). Etnik Angkola Mandailing, Bugis Jawa, Minangkabau danlainnya di Malaysia melebur menjadi satu Melayu. Ini berbeda dengan di Indonesia Angkola Mandailing, Bugis Jawa, Minangkabau serta Melayu tetap mengikuti afliasi (suku) bangsanya sendiri-sendiri. Bahasa etnik di Malaysia lambat laut hilang digantikan bahasa Melayu, sementara di Indonesia bahasa etnik secaram umum akan tetap eksis. Jika orang Melayu Malayasia ingin mendengar dialek (bahasa) leluhurnya masih akan menemukan di Indonesia. Lalu bagaimana jadinya jika bahasa Melayu sendiri menjadi tidak populer pada suatu masa nanti di Malaysia? Semoga itu tidak terjadi. Dalam hal ini haruslah dianggap bahasa Melayu di Malaysia dalam situasi SOS.

Lantas bagaimana sejarah SOS bahasa Melayu di Malaysia? Seperti disebut di atas, bahasa Melayu adalah bahasa resmi di negara Malaysia, tetapi disebutkan ada kecenderungan bahasa Melayu tidak populer di Malayasia. Satu yang pasti bangasa Cina dan bangsa India terkesan enggan berbahasa Melayu dan lebih memilih bahasa Inggris untuk berkomunikasi sesama warga beda bangsa. Lalu bagaimana sejarah SOS bahasa Melayu di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

SOS Bahasa Melayu di Malaysia: Bangsa Melayu Etnik Angkola Mandailing Bugis Jawa Minangkabau

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bangsa Melayu Etnik Angkola Mandailing Bugis Jawa Minangkabau Ala Malaysia: Upaya Promosi Bahasa Melayu di Malaysia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar