Laman

Senin, 11 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (705): Bahasa Ibu vs Bahasa Nasional;Malaysia Berbahasa Inggris, Melayu Tidak Bisa Bahasa Melayu?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Soal bahasa dan berbahasa di (negara) Malaysia sungguh rumit. Berbeda dengan di Indonesia, dimana Bahasa Indonesia bahasa nasional (bahasa antar suku/bangsa), bahasa daerah dilestarikan dan bahasa Indonesia dianjurkan, di Malaysia bahasa nasional adalah bahasa Melayu, tetapi orang condong berbahasa Inggris diantara suku/bangsa. Namun dipermasahkan jika orang Cina dan orang India tidak bisa berbahasa Melayu. Ternyata tidak hanya itu, disebut orang Melayu tidak bisa berbahasa Melayu (mereka adalah pribumi tetapi bukan suku Melayu; tetapi orang Melayu menganggap semua pribumi adalah Melayu). Hal semacam itu tidak dipermasahkan di Indonesia jika ada orang pribumi yang hanya bisa berbahasa daerah (tidak bisa berbahasa Indonesia).


Orang Jawa di Tapanuli bisa berbahasa Batak tetaplah orang Jawa. Saya orang Batak bisa berbahasa Sunda, tetapi rekan orang Sunda tetap menganggap saya orang Batak. Di Malaysia orang Minangkabau, orang Bugis atau launya bisa berbahasa Melayu dianggap orang Melayu, tetapi baru dianggap benar-benar orang Melayu jika beragama Islam (yang tidak beragama Islam tidak disebut orang Melayu). Orang Iban di Malaysia bukan orang Melayu, banyak diantara orang Iban tidak beragama Islam, tetapi harus berbahasa nasional Malaysia, bahasa Melayu. Demikian juga orang Cina dan orang India di Malaysua yang berbahasa resmi bahasa Melayu, faktanya dalam bahasa dan berbahasa sehari-hari berbahasa Mandarin dan bahasa Tamil. Diantara suku/bangsa di Malaysia jika berkimunikasi merasa lebih nyaman berbahasa Inggris. Sungguh rumit dan memusingkan.

Lantas bagaimana sejarah bahasa ibu vs bahasa nasional yang mana orang Malaysia sendiri cenderung berbahasa Inggris dan mengapa ada Melayu yidak bisa berbahasa Melayu dipersoalkan? Seperti disebut di atas, bahasa dan bderbahasa di Malaysia sangat rumit dan selalu memiliki masalah hingga ini hari. Lalu bagaimana sejarah bahasa ibu vs bahasa nasional yang mana orang Malaysia sendiri cenderung berbahasa Inggris dan mengapa ada Melayu yidak bisa berbahasa Melayu dipersoalkan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa Ibu vs Bahasa Nasional; Orang Malaysia Berbahasa Inggris, Ada Melayu Tidak Bisa Bahasa Melayu?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Orang Malaysia Berbahasa Inggris, Ada Melayu Tidak Bisa Bahasa Melayu? Bagaimana Bisa?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

 *Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar