Laman

Jumat, 15 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (713): Kerajaan Tertua di Nusantara, Wilayah Geomorfologi Aru di Sumatra; Ibu Kota di Barus - Binanga


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kerajan tertua dan kerajaan terlama di Nusantara diduga kuat berada di Sumatra bagian utara. Kerajaan ini diduga berada di wilayah antara pelabuhan Barus di pantai barat Sumatra dan pelabuhan Binanga di pantai timur Sumatra. Selama ini kita hanya berasumsi bahwa kerjaan tertua nusantara ada di Koetai (prasasti Muara Kaman berasal dari abad ke-5). Kerajaan tertua ini mulai memudar setelah (kerajaan) Atjeh menaklukkannya (lihat Mendes Pinto 1537).


Ada dua peta detail yang terdapat dalam catatan geografi Ptolomeus yang berasal dari abad ke-2 yang dihubungkan dengan wilayah Asia Tenggara. Pertama peta Semenanjung Chersonesus, suatu peta yang dapat diinterpretasi sebagai peta pulau Sumatra dan peta Semenanjung Malaya. Gambaran peta Semenanjung Chersonesus saat itu pulau Sumatra masih terhubung dengan daratan Asia di di Semenanjung Burma. Kedua, peta pulau Taprobana, suatu peta yang sangat terinxi nama-nama tempat, suatu pulau yang diidentifikasi sebagai pulau Kalimantan. Dalam dua artikel terdahulu dalam blog ini telah dibuktikan bahwa pulau Taprobana adalah pulau Kalimantan dan Semenanjung Chersonesus adalah pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya. Sebagai tamabahan dalam catatan geografis Ptolomeus adalah nama tempat yang diidentifikasi sebagai Katigara yang diduga sebagai kota Kota Negara yang beradi di wilayah Kota Kamboja/Phnom Phen yang sekarang.

Lantas bagaimana sejarah kerajaan tertua Nusantara dan wilayah geomorfologi (kerajaan) Aru di Sumatra bagian utara? Seperti disebut di atas, kerajaan tertua ini diduga telah eksis sejak era Ptolomesus abad ke-2 dimana pusatnya berada diantara pelabuhan Barus di pantai barat Sumatra dan pelabuhan Binanga di pantai timur Sumatra. Lalu bagaimana sejarah kerajaan tertua Nusantara dan wilayah geomorfologi (kerajaan) Aru di Sumatra bagian utara?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta grias pantai timur Sumatra tempo doeloe

Kerajaan Tertua Nusantara, Wilayah Geomorfologi Aru di Sumatra: Ibu Kota Berada Diantara Pelabuhan Barus dan Pelabuhqan Binanga

Tunggu deskripsi Catatan tertulis Kerajaan Aru secara penjang lebar ditulis oleh seorang penulis Portugis Mendes Pinto (1537).  Buku Mendes Pinto berjudul Peregrinacao (Penjelajahan) dapat diakses pada masa ini. Ada enam bab yang berisi tentang eksistensi Kerajaan Aru Batak Kingdom. Mendes Pinto menggambarkan Kerajaan Aroe Batak Kingdom sebagai kerajaan yang kuat dan memiliki armada maritom.


Dalam buku Peregrinacao yang ditulis Fernao Mendes Pinto disebutkan Kerajaan Aru tengah berselisih dengan Kerajaan Atjeh. Kerajaan Aru dibantu oleh pedagang-pedagangan Moor, sedangkan Kerajaan Atjeh mendapat bantuan militer dari Kerajaan Turki. Sebelumnya, menurut Mendes Pinto pernah menyerang Kesultanan Malaka dan orang-orang di Malaka selalu takut kepada Kerajaan Aru. Masih menurut Mendes Pinto kekuatan Kerajaan Aru sebanyak 15.000 pasukan yang mana delapan ribu orang Batak dan sisanya berasal dati Minangkabau, Jambi, Indragiri, Brunai dan Luzon. Ibu kota Kerajaan Aru disebut berada di Panaju. Berdasarkan Peta Portugis (1598) dan Peta Belanda (1818) Kerajaan Aru berada di pantai timur Sumatra (selat Malaka).

Wilayah dimana ditemukan Kerajaan Aru berada diduga terhubung dengan situs kerajaan kuno di Pantai Timur Sumatra, secara arkeologis  berada di wilayah Padang Lawas yang sekarang, dimana kini terdapat puluhan candi-candi tua yang berasal dari era Hindoe/Boedha. Sebaran candi-candi tua tersebut berada di daerah aliran sungai Baroemoen dan sungai Pane. Wilayah peradaban tua dimana ditemukan sebaran candi-candi diduga kuat terhubung dengan catatan-catatan yang lebih tua yakni prasasti-prasasti abad ke-7 dan peta-peta kuno Ptolomeus yang berasal dari abad ke-2.


Dalam catatan geografis Ptolomeus abad ke-2 pada peta semenanjung Chersonesus dapat diidentifikasi sebagai pulau Sumatra dan semenanjung Malaya yang sekarang. Penamaan peta sebagai chersonesus adalah sebagai semenanjung/pulau emas. Sebagaimana diketahui penghasil emas sejak masa lampau adalah Sumatra. Masih dalam catatan geografis Ptolomeus bahasa sentara produksi kamper berada di Sumatra bagian utara. Yang perlu diinterpretasi dalam peta Chersonesus diidentifikasi nama Tacola (Angkola?). Selanjutnya dalam catatan tertulis Eropa yang berasal dari abad ke-5 disebut kamper diekspor dari pelabuhan yang disebut Baroesia (Barus?). Selanjutnya pada prasasti Kedoekan Boekit (682 M) disebutkan nama Minana suatu (pelabuhan) dari mana pasukan kerajaan yang dipimpin Dapunta Hyang Nayk berangkat. Dalam hal ini nama Minana diduga kuat adalah kota Binanga (ibu kota kecamatan) di Padang Lawas.

Dari data-data awal yang berasal dari masa lampau terdapat tiga nama yang dicatat yang nama-nama tersebut masih eksis hingga ini hari (Angkola, Baroes dan Binanga). Lantas bagaimaa posisi GPS kota-kota tersebut di masa lampau dengan membandingkan dengan posisi GPS pada masa ini. Untuk menganalisis perbandingan itu, kita tidak cukup dengan analisis data tertulis tetapi harus dianalisis dengan pendekatan geomotfologis.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wilayah Geomorfologi Kerajaan Aru di Sumatra: Menjelaskan Kerajaan Sriwijaya di Pantai Timur Sumatra

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar