Laman

Senin, 08 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (761): Bahasa Belanda Gagal di Indonesia, Bahasa Inggris Sukses di Malaysia; Merdeka atau Merdeka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada saat mana kehadiran orang Eropa pertama di Nusantara (Portugis) bahasa yang digunakan secara luas (lingua franca) adalah bahasa Melayu. Namun bahasa Melayu bukanlah penutur terbanyak, tetapi adalah penutur bahasa Jawa dan juga bahasa Batak. Di Semenanjung Malaya bahasa yang dominan adalah bahasa Melayu. Dua bahasa Eropa yang kemudian berkembang pesat kemudian adalah bahasa Belanda dan bahasa Inggris.


Orang-orang pertama Eropa (terutama Portugis) di Nusantara tidak terlalu intens memperkenalkan bahasanya, tetapi sebaliknya orang-orang Portugis belajar berbahasa Melayu (karena mereka cenderung merakyat dan kawin mawin dengan berbagai penduduk asli). Orang-orang Spanyol di pulau-pulau Filipina melalui kegiatan misionaris yang masif melembagakan bahasa Spanyol melalui pendidikan yang diselenggarakan para misionaris. Dua Eropa berikutnya yakni Belanda dan Inggris memiliki pola koloni yang berbeda. Orang-orang Belanda sejak era Portugis telah membentuk koloni yang diperluas dengan kahadirannya di berbagai wilayah bahkan hingga ke pedalaman. Sementara Inggris membentuk koloni di kota-kota pantai/pulau dan bekerjasama dengan para pemimpin lokal baik di India maupun Bengkulu yang kemudian di Semenanjung. Hanya di Australia populasi Inggris dominan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda (sejak 1800) Kerajaan Belanda membentuk cabang-cabang pemerintah yang sangat luas dan bahkan hingga ke tingkat distrik (dengan pejabat Controleur(. Belanda melestarikan bahasa Belanda melalui pemerintahan dan pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya Inggris seperti di India dan Semenanjung hanya melesatrikan bahasa Inggris di kota-kota koloni.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti disebut di atas, ada perbedaan cara berkoloni Belanda di Indonesia dengan cara berkoloni Inggris di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah bahasa Belanda gagal di Indonesia sedangkan bahasa Inggris sukses di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa Belanda Gagal di Indonesia, Bahasa Inggris Sukses di Malaysia; Merdeka atau Merdeka

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Indonesia Merdeka di Indonesia, Kemerdekaan Bebahasa di Malaysia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar